Homili 1 Maret 2014

Hari Sabtu, Minggu Biasa VII

Yak 5: 13-20

Mzm 141: 1-2.3.8

Mrk 10: 13-16

 

Kuasa Doa Orang Benar

 

Fr. JohnSeperti apakah mendoakan orang sakit itu? Sebelum menjadi seorang imam, saya merasa bahwa mendoakan orang sakit itu biasa-biasa saja. Namun ketika sudah menjadi seorang imam, saya merasa bahwa mendoakan orang sakit itu adalah suatu pengalaman iman yang luar biasa. Saya berada bersama orang sakit dan melihat secara langsung pengalaman rohani orang-orang merasakan sakit penyakitnya dan mereka yang sebelum meninggal dunia. Ada orang yang menerima sakit penyakit dengan lapang dada tetapi ada juga yang menolaknya. Orang-orang beriman atau tidak beriman selalu berjuang untuk bertahan dalam penderitaan, mengatasi segala penyakit atau menyerah saja pada kuasa sang ilahi. Hal terpenting yang patut dilakukan adalah dengan berdoa dan percaya pada semua rencana Tuhan.

St. Yakobus dalam suratnya mengingatkan pentingnya orang berdoa di kala sedang menderita atau mengalami sakit. Ia berkata: “Kalau ada seorang di antara kamu yang menderita baiklah ia berdoa! Kalau ada ada seorang yang bergembira, baiklah ia menyanyi!” Nasihat Yakobus ini baik adanya bagi kita semua. Kadang-kadang ada orang tidak menerima penderitaan yang dialami sehingga mereka tidak berdoa. Mereka justru memberontak melawan Tuhan karena berpikir bahwa segala penderiataan adalah siksaan dari Tuhan. Orang yang bergembira kadang lupa diri sehingga bernyanyi di atas penderitaan sesama. Seharusnya karena mereka bergembira maka menyanyi merupakan ungkapan rasa syukurnya kepada Tuhan.

Bagi orang yang sakit, Yakobus menganjurkan supaya memanggil para penatua jemaat supaya mendoakannya dan mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. Anjuran Yakobus ini yang diterapkan dalam sakramen perminyakan orang sakit. Menurut Yakobus, doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia, dan jika telah berbuat dosa maka dosanya itu diampuni. Nah, ketika orang dalam keadaan sekarat, dengan memberikan pelayanan sakramen perminyakan orang sakit, maka si sakit tidak perlu lagi mengaku dosanya.

Perkataan Yakobus ini berfokus pada dua hal penting. Pertama, doa memiliki kuasa untuk menyembuhkan orang-orang yang sakit. Dalam doa kita mengarahkan pikiran dan hati kita kepada Tuhan untuk menyampaikan kepadanya permohonan-permohonan untuk kesembuhan orang sakit. Kedua, Sakramen pengurapan orang sakit memiliki kekuatan untuk menyembuhkan dan melepaskan orang dari kuasa dosa.

Siapa saja yang dapat menerima sakramen perminyakan orang sakit? Orang yang berhak menerima sakramen ini adalah setiap orang katolik yang kondisi kesehatannya kritis. Biasanya minyak urapan dioleskan pada dahi dan kedua telapak tangan diiringi oleh doa-doa sebagaimana diungkapkan St. Yakobus. Dari ritus pengurapan orang sakit dikatakan: “Semoga berkat pengurapan kudus ini, Tuhan yang maharahim membantu saudara dengan kekuatann Roh Kudus, semoga saudara dibebaskan dari dosa, ditabahkan dalam penderitaan dan diselamatkan”.

Katekismus Gereja Katolik mengajarkan bahwa sakramen pengurapan orang sakit membawa penghiburan, damai, dan kekuatan, menyatukan orang sakit dan penderitaannya dengan Kristus sendiri. Kristus ikut menanggung ketakutan dan rasa sakit kita di dalam TubuhNya.Sakramen ini mendatangkan kesembuhan fisik. Tetapi apabila Tuhan memutuskan untuk memanggil seseorang pulang kepadaNya, Ia menguatkan orang itu dengan sakramen ini untuk menghadapi pertempuran fisik dan rohani dalam perjalanan terakhirnya. Sakramen ini juga untuk mengampuni dosa. (KGK, 1520-1523.1532).

Penyembuhan melalui doa dan pengurapan dengan minyak menandakan kuasa dan kasih Tuhan bagi manusia.  Tuhan menunjukkan kasih dan kuasaNya bagi manusia dalam segala situasi hidupnya. Di dalam bacaan Injil Tuhan menunjukkan kasih dan kuasaNya dengan menjamah dan memberkati mereka. Para muridNya menghalangi mereka tetapi Yesus berkata: “Biarkanlah anak-anak itu datang kepadaKu, jangan menghalang-halangi mereka sebab orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah. Maka sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya” (Mrk 10:14-15).

Anak-anak kecil adalah simbol orang yang polos, transparan dan jujur di hadapan Tuhan. Pada zaman Yesus anak-anak kecil ini dianggap sebagai kaum pinggiran, mereka tidak berdaya. Semua kebutuhan hidupnya secara total bergantung kepada orang tuanya. Nah, sikap anak kecil inilah yang hendaknya dimiliki oleh anak-anak Allah. Kita datang kepada Tuhan dan menyerahkan diri secara total kepadaNya. Dialah yang punya rencana dan kuasa untuk semua hal yang kita butuhkan. Namun demikian banyak kali kita menghalangi orang untuk datang kepada Yesus seperti yang dilakukan para murid. Baiklah kita menyadari bahwa Tuhanlah yang memiliki kuasa atas segala sesuatu. Mari kita berpasrah kepadaNya. Sikap sebagai anak kecil juga akan membantu kita untuk menyerahkan kepada Tuhan semua sakit dan penyakit, segala penderitaan kita semua.

Doa: Tuhan, semoga Engkau dapat memulihkan sakit dan penyakit yang dialami umatMu. Amen.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply