Homili Hari Minggu Prapaskah II/A – 2014

Hari Minggu Prapaskah II/A

Kej 12:1-4a

Mzm 33: 4-5.18-19.20.22

2Tim 1:8b-10

Mat 17:1-9

Melihat Yesus Seorang diri!

Fr. JohnKita berada di Hari Minggu pekan Prapaskah II. Biasanya Pekan Prapaskah II disebut juga pekan Transfigurasi karena bacaan Injil mengisahkan tentang Yesus menampakkan kemuliaanNya. Yesus sudah mengalahkan godaan terhadap harta duniawi, kekuasaan dan keinginan daging sebagaimana kita renungkan dalam pekan pertama prapaskah. Pada hari Minggu ini Yesus menunjukkan satu aspek lain yakni nilai rohani pengorbanan dan penderitaanNya. Ia menderita, wafat dan bangkit dengan mulia pada hari yang ketiga untuk keselamatan umat manusia. Yesus menunjukkan diriNya mulia di hadapan para murid, sebuah bentuk hidup baru yang menjadi harapan dan cita-cita kita semua. Hidup lama yang penuh dengan kegelapan berubah menjadi hidup baru yang penuh dengan terang cemerlang.

Penginjil Matius mengisahkan bahwa pada suatu kesempatan Yesus memanggil tiga murid inti yakni Petrus, Yakobus dan Yohanes untuk mendaki sebuah gunung yang tinggi. Kita mengingat bahwa di dalam Kitab Suci, gunung selalu menjadi shekina atau tempat di mana Tuhan bersemayam. Yesus bersatu dengan Bapa dalam doa di gunung atau bukit. Nah, ketika mereka tiba di puncak gunung itu sendirian saja, Yesus berubah rupa di hadapan mereka. Dalam hal ini wajahNya bercahaya seperti matahari, pakaianNya menjadi putih bersinar seperti terang. Lebih mengejutkan lagi tampil juga dua tokoh Perjanjian Lama yakni Musa dan Elia yang sedang berbicara denganNya. Kiranya Musa dan Elia mewakili Kitab Taurat dan Kitab Para Nabi yang berbicara secara istimewa tentang Mesias yang harus menderita untuk menyelamatkan umat manusia.

Situasi ini amat membahagiakan sehingga Petrus berani memohon kepada Yesus: “Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau biarkanlah aku mendirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.” Pada saat yang sama, kemulian Tuhan turun ke atas mereka sehingga terdengar suara yang mirip ketika Yesus dibaptis di Sungai Yordan: “Inilah Anak yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia!”. Dalam suasana ketakutan Yesus datang dan menyapa ketiga murid itu dan ketika mengangkat kepala, mereka hanya melihat Yesus seorang diri saja.

Kisah Injil ini termasuk salah satu kisah yang dikenal dan favorit di dalam Gereja Katolik. Kisahnya memang sederhana tetapi memiliki makna yang sangat mendalam dalam berkaitan dengan keselamatan umat manusia. Sebelum semuanya terjadi Yesus mau menunjukkan kepada para murid inti atau para saksi mata segala sesuatu yang akan dialami Yesus. Tuhan Yesus menujukkan hidup baru maka kitapun dipanggil untuk mencapai hidup baru di dalamNya. Hidup baru di mana kita hanya memandang Yesus seorang diri saja. Hidup baru di mana tidak ada lagi ketakutan karena Yesus menyertai kita semua.

Di dalam bacaan pertama, kita mendengar Kisah panggilan Abraham. “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat.” (Kej 12:1-2). Abraham sedang diingatkan Tuhan untuk mencapai hidup baru. Hidup baru sendiri bukanlah hal yang muda baginya tetapi ia harus berani meninggalkan pribadi-pribadi dan hal-hal yang melekat dalam hatinya. Ketika orang tidak berani meninggalkan hal-hal yang melekat di dalam dirinya maka ia juga akan mengalami kesulitan dan tidak akan mencapai hidup baru.

Selanjutnya Tuhan bersabda kepada Abraham, “Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.” Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya, dan Lotpun ikut bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran.” (Kej 12:3-4). Kisah kasih antara Allah dan Abraham adalah kisah kasih penuh persahabatan. Abraham taat dan meninggalkan kampung halamannya untuk memperoleh hidup baru yang dijanjikan Tuhan.

St. Paulus dalam suratnya kepada Timotius mengatakan bahwa Allah mendatangkan kita untuk hidup. Untuk mencapai hidup itu orang perlu melewati penderitaan demi Injil Kristus. Tuhan Yesus memanggil kita untuk mencapai kekudusan bukan berdasarkan perbuatan kita melainkan berdasarkan maksud dan kasih karuniaNya sendiri. Yesus Kristus adalah satu-satunya sumber karunia keselamatan bagi kita. Dengan InjilNya Kristus telah mematahkan  kuasa maut dan mendatangkan hidup kekal bagi kita semua.

Sabda Tuhan pada hari ini mengajak kita untuk mengarahkan hati dan pikiran kita kepada Kristus. Dalam hidup pribadi, kita mengalami banyak persoalan hidup, penderitaan dan kemalangan. Tuhan Yesus hari ini mengatakan kepada kita, “Berdirilah, jangan takut!” Hidup baru bagi kita adalah melihat Yesus seorang diri saja. Dialah pusat kehidupan kita.

Doa: Tuhan Yesus, bantulah kami supaya dapat melihat Engkau seorang diri saja. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply