Homili 17 Maret 2014

Hari Senin, Pekan II Prapaskah

Dan 9:4b-10

Mzm 79:8.9.11.13

Luk 6:36-38

Mengaku dosa dengan jujur

Fr. JohnSalah satu hal yang memperindah masa prapaskah adalah kesempatan untuk mengaku dosa. Saya selalu mengingat pengalaman indah dengan sekramen keempat ini. Selama tahun-tahun pembinaan awal sebagai calon imam, saya memilih seorang romo untuk menjadi bapa pengakuan atau confessorku. Saya selalu pergi mengaku dosa satu atau dua kali dalam sebulan. Pada mulanya saya merasa ragu apakah romo itu bisa membantu saya untuk bertumbuh secara rohani atau tidak bisa. Setelah berkali-kali mengaku dosa padanya, ia juga semakin mengenal dan membimbingku secara rohani sebagai seorang calon imam. Saya juga merasakan kerahiman dan belas kasih yang besar dari Tuhan melalui romo tersebut. Ketika saya sudah menjadi imam, orang pertama yang datang untuk mengaku dosa pada saya adalah beliau sebagai bapak pengakuanku. Ia berlutut untuk mengaku dosa dengan  baik dan saya menasihati dan memberi penitensi yang berguna baginya.

Pengalaman pribadi ini saya bagikan untuk membantu kita merenungkan lebih dalam lagi tentang sakramen tobat ini. Dahulu saya pernah berpikir bahwa kalau mengaku dosa, maka kita hanya menyebut dosa-dosa, menerima nasihat, berkat pastor dan selesai. Setelah menjadi imam dan melayani sendiri sakramen ini, saya berubah cara pandang. Sakramen tobat menjadi kesempatan kita membuka diri di hadapan Allah Bapa yang maharahim dan kesiapan untuk menerima belas kasih dan pengampunan yang berlimpah daripadaNya. Kesempatan membuka diri di hadirat Tuhan Allah berarti ketika mengaku dosa kita menyebut dosa-dosa kita dengan jujur seperti seorang anak yang membutuhkan pengampunan dan belas kasihan serta kerahimanNya. Kita menyebut dosa-dosa tanpa harus menjelaskan dosa itu kepada romo.Kita juga mengatakan apa adanya dosa-dosa kita kepada Allah Bapa yang maharahim dengan perantaraan romo sebagai pelayan Tuhan. Banyak kali kita mengaku dosa disertai penjelasan yang bisa membuat kita membenarkan diri di hadapan Tuhan bahwa kita bukan orang berdosa.

Daniel dalam bacaan pertama hari ini menginspirasikan kita untuk menjadi anak yang polos di hadirat Tuhan saat mengakui dosa-dosa kita. Daniel percaya bahwa Tuhan itu Allah yang mahabesar dan dahsyat, memegang Perjanjian dan kasih setia terhadap mereka yang mengasihiNya serta berpegang pada perintah-perintah Tuhan. Keyakinan seperti ini sangatlah penting untuk membantu kita terbuka dan jujur mengakui dosa dan salah kita. Dalam doanya Daniel jujur berkata: “Kami telah berbuat dosa dan salah, kami telah berlaku fasik dan telah memberontak, kami telah menyimpang dari perintah dan peraturanMu dan tidak taat kepada para utusanMu” (Dan 9:5-6). Daniel menunjukkan keterbukaan hatiNya kepada Tuhan, transparan, polos seperti seorang anak mengakui bersalah di hadirat Tuhan. Dia tidak menyembunyikan sesuatu di dalam hatinya. Ia juga mengatakan kepada Tuhan perasaan malu karena telah berdosa. Berkali-kali manusia jatuh dalam dosa tetapi pada Tuhan Allah ada belas kasih dan pengampunan yang berlimpah.

Doa Daniel dalam bacaan pertama ini sangat inspiratif bagi kita untuk memeriksa bathin dan mengakui dosa dengan baik. Kita harus percaya bahwa Tuhan itu mahabesar. Ia memiliki kuasa dan kehendak bagi manusia. Kita juga diingatkan untuk terbuka dan mengakui dosa-dosa dengan jujur seperti seorang anak mengakui kesalahan di hadapan ayahnya yang baik. Ketika mengaku dosa, katakanlah dosa-dosamu bukan dosa orang lain. Hindarilah sikap membenarkan diri ketika mengaku dosa dan sedapat mungkin tidak perlu menjelaskan secara detail dosa-dosamu di hadapan romo. Romo bukanlah hakim yang mengadili, tetapi in persona Christi, ia duduk dan menunjukkan Tuhan Bapa yang maharahim.

Tuhan Yesus di dalam bacaan Injil menekankan perlunya menghayati hukum kasih kepada sesama terutama bagaimana kita memiliki belas kasih dan keadilan. Tuhan bersabda: “Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak dihakimi. Janganlah kamu menghukum maka kamupun tidak di hukum, ampunilah maka kamu akan diampuni” (Luk 6: 37). Hal yang justru harus dimiliki juga oleh setiap pribadi adalah kemurahan hati. Yesus berkata: “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati” (Luk 6:36). Mari kita mengakui dosa dengan jujur dan merasakan kerahiman, belas kasih dan kemurahan hati Tuhan.

Doa: Tuhan, bantulah kami sepanjang hari ini untuk mengakui dosa dan salah kami dengan jujur sehingga layak merayakan paskahMu. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply