Homili 9 April 2014

Hari Rabu Pekan Prapaskah V

Dan 3:14-20,24-25,28;

Mzm (Dan) 3:52,53,54,55,56;

Yoh 8:31-42

Beriman sebagai orang merdeka

Fr. JohnPada hari ini hampir semua warga negara Indonesia menunjukkan hak pilihnya. Ada yang datang dengan hati yang jernih dan nyaman memberikan hak pilihnya, ada yang datang dengan terpaksa, ada yang datang karena mengalami intimidasi, ada yang memilih dengan emosional karena dicap orang kafir memilih orang kafir untuk berkuasa. Suasana bathin para pemilih memang berbeda-beda ketika memilih wakil rakyat dan partai yang dianggap bersih untuk mengabdi bagi kemanusiaan, bangsa dan negara kita. Orang-orang beriman  sebagai pemilih dan yuang dipilih memulai pemilihan umum dengan doa supaya Tuhan memberikan yang terbaik. Orang-orang beriman yang merdeka melakukan kehendak Tuhan, memperjuangkan kebenaran dan keadilan.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini mengajak kita untuk merenung lebih dalam hidup sebagai orang beriman sekaligus orang merdeka. Kita teringat pada St. Petrus yang menulis dalam suratnya: “Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti orang yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka tetapi hiduplah sebagai hamba Allah.” (1Pt 2:16).  St. Paulus mengatakan bahwa setiap orang, baik hamba atau pun orang merdeka, kalau ia telah berbuat sesuatu yang baik, ia akan menerima balasannya dari Tuhan” (Ef 6:8).

Hidup sebagai orang beriman yang merdeka ditunjukkan oleh tiga pemuda yakni Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang dikisahkan dalam Kitab Daniel. Dikisahkan bahwa Raja Nebukhadnezar memaksa ketiga pemuda ini untuk menyembah berhala tetapi mereka memilih mati dari pada menyembah berhalan. Raja Nebukhadnezar berkata: “Apakah benar, hai Sadrakh, Mesakh dan Abednego, bahwa kamu tidak memuja dewaku dan tidak menyembah patung emas yang kudirikan itu? Sekarang, jika kamu bersedia, demi kamu mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, sujudlah menyembah patung yang kubuat itu! Tetapi jika kamu tidak menyembah, kamu akan dicampakkan seketika itu juga ke dalam perapian yang menyala-nyala. Dan dewa manakah yang dapat melepaskan kamu dari dalam tanganku?”

Dalam situasi yang sulit ketiga pemuda ini masih ingat Tuhan yang mereka Imani. Mereka percaya bahwa Tuhan akan melakukan yang terbaik bagi mereka. Inilah hati nurani orang merdeka. Inilah pengakuan iman dari ketiga pemuda ini di hadapan Nebukhadnezar: “Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.” (Dan 3:16-18).

Jawaban ketiga pemuda ini memancing emosi dari raja Nebukhadnezar. Ketiga pemuda ini mengalami penyiksaan dengan diikat dan dimasukkan ke dalam tanur api yang sangat panas. Sambil berjalan di dapur api, mereka masih memuji dan memuliakan Allah. Semakin mereka disiksa, semakin ada tanda ajaib yang mereka alami yakni badan mereka tidak terbakar, bahkan ada satu orang yang ada bersama mereka, seperti anak manusia. Penglihatan ini yang mengubah Nabukadnezar dengan mengakui Allahnya ketiga pemuda ini.

Pengalaman iman ketiga pemuda ini menggambarkan bagaimana sebagai orang merdeka, mereka bertahan dalam derita dan tetap setia kepada Tuhan. Tuhan Yesus dalam bacaan Injil mengatakan: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (Yoh 8:31-32). Orang-orang merdeka adalah mereka yang hidup bukan sebagai hamba dosa. Orang yang hidup dalam dosa menjadi hamba dosa dan tidak tinggal bersama Tuhan. Orang-orang merdeka itu hidupnya tulus di hadirat Tuhan dan tinggal bersama Tuhan.

St. Paulus melihat kemerdekaan sebagai suatu panggilan dari Tuhan dan harus digunakan untuk melayani dan mengasihi (Gal 5:13). Mengapa karena Kristus adalah Kebenaran yang memerdekakan kita semua. Kristus adalah kebenaran, relasiNya begitu menyatu dengan Bapa sehingga dapat melepaskan kita dari segala noda dosa (Gal 5:1). St.Paulus juga mengatakan bahwa dalam Roh Kudus kita semua sudah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran. Kita bukan lagi hamba dosa tetapi hamba kebenaran.

Sabda Tuhan pada hari ini sangat indah untuk kita renungkan dalam masa prapaskah ini. Semoga kita semakin siap, hidup sebagai orang merdeka yang beriman dan orang beriman yang merdeka. Kita bukan lagi berada di dalam penjara dosa dan menjadi hamba dosa, tetapi kita telah dimerdekakan oleh Tuhan Yesus sendiri. Allah adalah Bapa yang sangat mengasihi kita dan membebaskan kita semua dari kuasa dosa dan maut. Yesus adalah Putera yang menebus kita dan memberi hidup baru, hidup sebagai orang merdeka dalam RohNya yang kudus.

Doa: Tuhan, terima kasih atas anugerah iman yang membuat kami menjadi orang merdeka karena percaya kepadaMu. Bantulah kami untuk menghayati kemerdekaan yang kami miliki di dalam hidup ini. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply