Homili 12 April 2014

Hari Sabtu, Pekan Prapaskah V

Yeh 37:21-28

Mzm (Yer) 31:10.11-12ab.13

Yoh 11:45-56

KematianNya mempersatukan semua orang

Fr. JohnSaya pernah diundang untuk merayakan misa requiem bagi seorang bapa. Perayaan misa berlangsung meriah dan mengharukan semua umat yang hadir. Saya mendengar bahwa bapa itu pernah membuat kesalahan pribadi yang fatal sehingga menyebabkan anak-anaknya terbagi menjadi dua kelompok. Anak-anak yang tidak suka dengan perilaku bapanya menjauhkan dirinya selama dua puluh tahun. Anak-anak yang lain selalu bersama-sama dengan bapa dan ibunya. Kematian bapa itu mempersatukan seluruh keluarga. Anak-anak yang pernah melawan bapa itu datang dan bersatu dengan anak-anak yang selalu bersama dengannya. Mereka semua berekonsiliasi dan berusaha untuk melupakan masa lalu sang bapa. Anak-anak yang menjauh dari bapa juga dengan sepenuh hati memaafkan dan menerimanya meskipun rekonsiliasi itu terjadi pada saat-saat terakhir sebelum bapa menghembuskan nafasnya. Ia sendiri masih meminta maaf kepada seluruh keluarga atas perbuatannya yang mengecewakan selama dua puluh tahun terakhir.

Saya kembali ke komunitas dengan hati yang penuh sukacita. Saya memikirkan kembali: adanya rekonsiliasi meskipun terjadi pada saat-saat terakhir kehidupan seorang bapa keluarga. Mungkin saja banyak orang memiliki pengalaman kesal, dendam dan marah berkepanjangan bukan hanya kepada orang lain tetapi juga kepada sanak keluarga dan bisa berekonsiliasi pada saat-saat seperti ini, ada juga yang sulit untuk menerima keadaan dan tidak bisa mengampuni. Sebenarnya mengampuni itu berarti bisa melupakan kesalahan-kesalahan yang pernah sengaja atau tidak sengaja dibuat. Kita semua manusia yang lemah dan banyak kekurangan. Hanya orang yang sombong tidak akan mau memaafkan sesamanya.

Pada hari ini kita mendengar bacaan-bacaan yang sangat menguatkan kita semua.  Tuhan melalui nabi Yehezkiel bernubuat bagi orang-orang Israel di Babel bahwa mereka akan kembali ke Yerusalem dan menjadi satu umat Allah. Tuhan Allah bersabda: “Sungguh, Aku menjemput orang Israel dari tengah bangsa-bangsa, ke mana mereka pergi; Aku akan mengumpulkan mereka dari segala penjuru dan akan membawa mereka ke tanah mereka.” (Yeh 37:21). Di sini Tuhan memiliki inisiatif untuk mempersatukan anak-anak Israel yang tercerai berai. Dia laksana gembala yang baik, mengumpulkan domba-domba yang tercerai berai. Setiap orang berbeda-beda, tercerai berai tetapi dipersatukan oleh Tuhan.

Selanjutnya Tuhan berjanji untuk mempersatukan Israel umatNya. Israel akan menjadi satu bangsa yang dipimpin oleh satu raja yakni Daud dan keturunannya dan satu kawanan domba yang dipimpin oleh seorang gembala. Tuhan Allah percaya pada manusiaNya bahwa mereka tidak akan menajiskan diri dengan berhala-berhala. Ia bahkan berjanji untuk menghapus segala dosa dan salah mereka. Dengan demikian Tuhan menjadi Allah mereka dan mereka menjadi umat kesayanganNya. Mereka akan hidup dengan mematuhi segala peraturan dan ketetapan-ketetapanNya. Tuhan menguduskan dan mempersatukan mereka sebagai Imanuel. Rumah Tuhan ada ditengah-tengah mereka sehingga mereka semua sungguh-sungguh menjadi satu keluarga dalam Tuhan.

Kita melihat inisiatif Tuhan untuk mempersatukan bukan untuk memisahkan. Ia mempersatukan bangsa yang sudah tersesat, terpecah-pecah menjadi kerajaan utara dan selatan. Manusialah yang menghendaki perpecahan karena kesombongan dan egoismenya. Manusia suka menyembah berhala dan lupa pada seorang Allah yang selalu mengasihi mereka. Hanya Tuhanlah yang bisa mempersatukan manusia dengan sempurna.

Di dalam bacaan Injil, kita mendengar Tuhan Yesus membangkitkan Lazarus dan mukjizat ini menakjubkan semua orang. Ada orang yang percaya bahwa kuasa Tuhan memang ada di dalam diri Yesus. Dia adalah seorang nabi atau utusan Tuhan. Ada juga yang diam-diam pergi dan berbicara dengan orang-orang Farisi. Orang-orang Farisi bersekongkol dengan para imam kepala untuk membunuh Yesus. Para imam kepala dan orang-orang Farisi memanggil Mahkamah Agama untuk berkumpul dan mereka berkata: “Apakah yang harus kita buat? Sebab orang itu membuat banyak mujizat. Apabila kita biarkan Dia, maka semua orang akan percaya kepada-Nya dan orang-orang Roma akan datang dan akan merampas tempat suci kita serta bangsa kita.” (Yoh 11:47-48). Unsur-unsur kebencian mereka bukan semata-mata bersifat religi tetapi unsur politik juga masuk. Artinya semua kebaikan Yesus diabaikan dan yang ada hanya rasa benci yang sifatnya sangat manusiawi.

Kayafas adalah imam agung yang memiliki nubuat yang patut direnungkan. Ia berkata: “Kamu tidak tahu apa-apa, dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa.” (Yoh 11:49-50). Perkataan Kayafas merupakan perkataan profetis karena ia berbicara tentang Yesus. Yesus akan mati untuk bangsa Yahudi dan Ia jugalah yang mengumpulkan dan memerpersatukan anak-anak Allah yang tercerai berai. Yesus akan menebus semua orang. Melalui kematianNya, semua orang menjadi satu.

Bacaan-bacaan Kitab Suci hari ini membantu kita untuk melihat figur Yesus yang mempersatukan semua orang dari berbagai suku, bangsa dan bahasa yang berbeda-beda. Kepemimpinan Yesus bukan dilihat berdasarkan strategi kepemimpinan seperti para pemimpin dunia. Tidak ada koalisi atau partai yang  berkuasa di dalam Kerajaan Surga. Tuhan Yesus menebus kita dengan Tubuh dan DarahNya yang mulia. Inilah pekerjaan Bapa yang luhur untuk menebus semua orang. Maka kebesaran Yesus sebagai pemimpin terletak pada kematianNya. Artinya, Dia adalah pemimpin yang berkorban dengan wafat di kayu salib tanpa busana dan kematianNya mempersatukan semua orang hingga saat ini.

Doa: Tuhan Yesus, kami bersyukur kepadaMu karena Engkau telah rela berkorban untuk mempersatukan kami. Semoga hari ini kami boleh berkorban dan hidup layak di hadiratMu. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply