Homili Hari Kamis Putih Pagi

Hari Kamis Putih Pagi

Yes 61:1-3a,6a,8b-9

Mzm 89:21-22,25,27

Why 1:5-8

Luk. 4:16-21

Menjadi Imam bagi Allah

Fr. JohnSaya memiliki sebuah pengalaman yang sangat mendidik sebagai seorang imam. Pada suatu kesempatan, sambil menyiapkan diri untuk merayakan Ekaristi, saya didatangi oleh seorang umat yang berbicara sambil memberi kritikan keras tentang suatu kebijakan pastoral di paroki.  Bagi saya, ini adalah suatu keanehan karena bukan saatnya berdiskusi apalagi saya sendiri sedang menyiapkan diri di saat-saat terakhir sebelum memulai ekaristi.  Hati saya kesal dan menanggapi pembicaraan itu dengan sinis dan menyakitkannya. Ia pergi dari ruang persiapan misa dengan kesal. Beberapa saat kemudian saya mendoakan doa sebelum merayakan ekaristi bagi imam. Di hadapan saya ada sebuah tulisan: “Untuk itulah engkau ditahbiskan!” Saya merasa, Tuhan langsung menegur saya sebelum merayakan Ekaristi sebagai imam karena apa pun yang akan saya lakukan bukan untuk diriku sendiri melainkan untuk Gereja Kristus. Sejak saat itu saya menyadari bahwa setiap pelayanan sebagai imam, berat atau ringan, tulisan itu selalu mengingatkan: “Untuk itulah engkau ditahbiskan!”

Pada hari kamis putih pagi ini kita mempersiapkan diri kita untuk mengenang perjamuan Tuhan. Sebelum mewujudkan tugasnya untuk mewujudkan kasihNya hingga tuntas, Yesus melakukan perjamuan bersama para muridNya. Yesus bertindak sebagai Imam Agung yang berdoa bagi GerejaNya. Seorang imam yang tidak memiliki pola hidup gampang, yang dilayani melainkan Imam Agung yang melayani bahkan lebih dari itu Yesus adalah Imam Agung yang menyerahkan diriNya satu kali untuk selama-lamanya. Ia melakukan perjamuan sebagai kenangan yang diwariskan secara turun temurun di dalam Gereja. Itulah Sakramen Ekaristi yang kita kenang dan kenal sebagai Paskah harian dan Mingguan di dalam Gereja.

Yohanes dalam Kitab Wahyu menulis: “Yesus Kristus adalah saksi setia yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja di bumi ini. Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darahNya dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah BapaNya, bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amen.” (Why 1:5-6). Inilah yang mendorong kita supaya setiap kali merayakan Ekaristi kita selalu menyatakan misteri iman kita dengan berkata: “Wafat Kristus kita maklumkan, kebangkitanNya kita muliakan, kedatanganNya kita rindukan.” Ekaristi membantu kita untuk selalu memuliakan Tuhan yang telah wafat dan bangkit dengan mulia. Dialah yang akan datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang menikam Dia dan semua bangsa akan meratapi Dia. Dialah Alfa dan Omega. (Why 1:7-8).

Yesus sebagai Imam Agung ketika tampil di hadapan umum mengatakan visi dan misiNya di dunia ini. Semua yang mau dilakukan Yesus sebenarnya sudah dinubuatkan oleh para nabi, terutama nabi Yesaya. Dalam kunjunganNya ke Nazareth, Yesus membaca nas yang membicarakan tentang diriNya: “Roh Tuhan ada padaKu, oleh sebab itu Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan khabar baik kepada orang-orang miskin; untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang” (Luk 4:18-19; Yes 61:1-2. 58:6).

Yesus tidak melakukan segala sesuatu dengan kuasaNya sendiri tetapi dengan Roh yang ada padaNya dari Bapa, yang menguduskanNya menjadikanNya sebagai pewarta Injil bagi kaum miskin. Tuhan tidak memberikan emas atau perak tetapi Injil sebagai khabar sukacita dari Allah sendiri. Injil bahwa Allah sungguh-sungguh mengasihi manusia. Tuhan Yesus juga datang untuk membebaskan manusia dari berbagai belenggu kehidupan, keselamatan dan sukacita bagi manusia.

Tugas perutusan Yesus  ini tetap dilanjutkan di dalam Gereja.Sebagai Gereja, kita semua memiliki tugas untuk mewartakan Injil kepada semua makhluk dan menjadikan mereka akrab dan bersahabat dengan Tuhan. Gereja menjadi kumpulan umat yang memiliki imamat umum untuk melakukan tugas dan pekerjaan Yesus di dunia ini. Itu sebabnya Gereja selalu diingatkan untuk terlibat dalam membela kaum miskin dan tak berdaya sebagaimana dilakukan Yesus sendiri. Tugas yang lebih khusus diberikan kepada para imam yang diurapi Roh Kudus melalui tahhbisan suci untuk melayani seperti Yesus sendiri.

Pada zaman ini panggilan menjadi imam semakin sulit. Demikian juga panggilan untuk menjadi biarawan dan biarawati. Saya sebagai seorang formator bagi para calon imam dan bruder merasakan betapa sulitnya mendapatkan anak-anak muda dan remaja yang bersedia untuk membaktikan dirinya bagi Gereja. Betapa sulitnya keluarga-keluarga, terutama keluarga muda untuk memberikan anaknya dididik dan dibina sebagai orang yang akan menghayati panggilan khusus. Pada hari yang istimewa ini marilah kita mendoakan panggilan-panggilan istimewa untuk melayani Tuhan sebagai imam, biarawan dan biarawati.

Doa: Tuhan, panggilah orang-orang muda untuk ikut terlibat dalam melayani Engkau di kebun anggurMu. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply