Homili 2 Mei 2014

Hari Jumat Pekan Paskah II
Peringatan Wajib St. Atanasius
Kis. 5:34-42;
Mzm. 27:1,4,13-14;
Yoh. 6:1-15

Menderita Penghinaan demi Yesus Kristus

Fr. JohnPada hari ini seluruh Gereja Katolik merayakan peringatan St. Athanasius, Uskup dan Pujangga Gereja. Ia lahir di Alexandria, Mesir pada tahun 297 dan meninggal pada tanggal 2 Mei 373. Beliau dikenal sebagai “Bapa Ortodoksi” karena perjuangannya yang besar dalam menentang ajaran-ajaran sesat atau bidaah pada masa itu. Ia juga dikenal sebagai pembela terbesar tentang Tritunggal Mahakudus dan Inkarnasi (Penjelmaan Sabda menjadi Manusia). Pada tahun 318, Atanasius ditahbiskan sebagai daikon dan ditunjuk sebagai sekretaris uskup Alexandria. Ia menulis buku tentang Inkarnasi, mempelajari banyak hal dari para rahib di padang gurun seperti St. Antonius Abas. Ia lalu menjadi seorang pendoa besar. Untuk menghadapi bidaah seperti Arianisme, Athanasius bersama Uskupnya menghadiri Konsili Nicea yang diprakarsai oleh kaisar Konstantinus. Ia berdiskusi dan memberi pendapatnya tentang Yesus sang Logos, Putra Allah, khususnya mengenai keallahan Yesus Kristus.

Perananan Atanasius semakin besar setelah Konsili Nicea. Setelah Uskupnya meninggal dunia, ia dipilih sebagai Uskup Alexandria dan melayani selama 45 tahun. Pada masa itu juga Arianisme berkembang di Mesir. Ia tampil dan melawan bidaah ini dan nyawanya juga banyak kali terancam. Ia pernah lima kali melarikan diri karena ancaman pembunuhan. Ia banyak menulis buku yang berisi pembelaan iman Katolik sampai saat meninggal dunia. Atanasius menginspirasikan kita untuk mencintai Yesus, sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia. Ini adalah kesaksian iman yang diwartakan kepada dunia.

Kiranya keberanian St. Atanasius juga diinspirasikan oleh Petrus dan Yohanes serta para rasul Yesus lainnya. Mereka berani mewartakan Kristus yang bangkit dengan mulia di Yerusalem dan sekitarnya. Banyak tanda heran dilakukan dalam nama Yesus dari Nazareth. Nama Yesus juga menjadi sangat popular dan menjadi pembicaraan banyak kalangan di Yerusalem. Konsekuensinya adalah Petrus dan Yohanes serta para rasul lainnya ditangkap dan dipenjarakan. Tuduhannya juga tetap sama yakni mereka merong-rong ajaran agama Yahudi dan selalu menyebut nama Yesus dari Nazareth. Akibatnya adalah para murid dilarang keras untuk berbicara terang-terangan tentang nama Yesus.Namun semakin dilarang, mereka justru semakin berani untuk mengajar dan menyebut namaNya.

Pada hari ini kita mendengar nasihat Gamaliel kepada para pemuka Israel supaya membiarkan para murid Yesus mengajar dan membuat tanda-tanda. Kalau semua yang dilakukan berasal dari Allah maka tetap bertahan, tetapi apabila semata-mata dari manusia maka akan hilang dengan sendirinya. Lebih jelas Gamaliel berkata: “Hai orang-orang Israel, pertimbangkanlah baik-baik, apa yang hendak kamu perbuat terhadap orang-orang ini! Sebab dahulu telah muncul si Teudas, yang mengaku dirinya seorang istimewa dan ia mempunyai kira-kira empat ratus orang pengikut; tetapi ia dibunuh dan cerai-berailah seluruh pengikutnya dan lenyap. Sesudah dia, pada waktu pendaftaran penduduk, muncullah si Yudas, seorang Galilea. Ia menyeret banyak orang dalam pemberontakannya, tetapi ia juga tewas dan cerai-berailah seluruh pengikutnya. Karena itu aku berkata kepadamu: Janganlah bertindak terhadap orang-orang ini. Biarkanlah mereka, sebab jika maksud dan perbuatan mereka berasal dari manusia, tentu akan lenyap, tetapi kalau berasal dari Allah, kamu tidak akan dapat melenyapkan orang-orang ini; mungkin ternyata juga nanti, bahwa kamu melawan Allah.” (Yoh 5:35-39). Gamaliel memberi nasihat yang bagus sehingga diterima.

Nasihat Gamaliel ini amat bijaksana. Banyak kali kita hanya melihat manusia sebagai manusia saja dan lupa bahwa Tuhan juga berkarya di dalam diri mereka. Rasanya prasangka-prasangka manusiawi lebih kuat ketika berhadapan dengan sesama manusia dibandingkan dengan kasih dan kuasa Tuhan. Itulah sebabnyak banyak orang hanya bisa menilai dan mengadili sesama. Gamaliel menginspirasikan kita untuk berpasrah pada Tuhan. Kalau semuanya berasal dari Tuhan maka Ia juga yang akan menggenapinya. Bisa jadi kitalah yang melawan Tuhan karena Tuhan ada di pihak mereka.

St. Lukas mengisahkan bahwa para rasul dipanggil kembali, disesah lalu mereka sekali lagi dilarang untuk berbicara atas nama Yesus dari Nazareth. Pengalaman yang menyakitkan ini dirasakan sebagai sebuah kemenangan bagi para rasul. St. Lukas menulis: “Rasul-rasul itu meninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan gembira, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus. Dan setiap hari mereka melanjutkan pengajaran mereka di Bait Allah dan di rumah-rumah orang dan memberitakan Injil tentang Yesus yang adalah Mesias.” (Kis 5:41-42). Para rasul selalu siap dianiaya, siap menderita karena cinta kepada Yesus Kristus.Teladan heroik para rasul ini hendaknya menjadi bagian dari kehidupan setiap orang yang dibaptis. Dengan sakramen pembaptisan, kita semua memiliki panggilan untuk mewartakan kasih Tuhan, khabar sukacita kepada segala makhluk. Ketika kita bertahan dalam penderitaan seperti para rasul maka upah juga besar di surga.

Yohanes dalam bacaan Injil melaporkan mukjizat yang dilakukan Yesus yaitu memperbanyak roti untuk memberi makan kepada lima ribu orang. Yesus melihat bahwa banyak orang berbondong-bondong datang kepadaNya. Ini menjadi momen yang tepat bagi Yesus untuk mengajar para muridNya supaya mengimaniNya dan berbagi. Ia mencobai para muridNya supaya mereka berpikir dan berusaha untuk memberi makan kepada banyak orang yang mengikuti mereka. Namun para murid menyadari keterbatasannya sehingga Filipus mewakili mereka mengatakan tidak cukup atau tidak mampu memberi makan kepada banyak orang. Andreas menambahkan bahwa yang ada pada mereka hanya lima potong roti dan dua ekor ikan. Jumlah yang terbatas ini tentu tidak akan mengenyangkan ribuan orang.

Yesus mengambil roti dan ikan, mendoakan doa syukur dan berkat lalu memberinya kepada para murid untuk membagikannya kepada banyak orang. Jumlah mereka yang makan ada sekitar 5000 laki-laki danbahwa  masih ada sisa 12 bakul penuh. Para murid menyadari bahwa Yesus memberi segalanya sampai tuntas maka hendaknya mereka juga melakukan hal yang sama. Gereja masa kini juga mendapat panggilan untuk menghadirkan Kristus yang peka terhadap kebutuhan manusia, Gereja yang bisa berbagi dengan kaum papa dan miskin supaya semua orang boleh berkata: “Dia ini adalah benar-benar Nabi yang akan datang ke dalam dunia.” (Yoh 6:14).

Kisah ini injil ini mau menekankan bahwa orang tidak harus bangga karena beragama katolik. Orang justru harus berbangga karena mengimani, percaya pada Yesus Kristus sebagai satu-satunya Penyelamat. Orang datang kepada Yesus karena mengimaniNya. Kisah Injil ini juga mengingatkan kita akan Ekaristi sebagai saat di mana Tuhan Yesus berbagi dengan manusia. Ia mengambil roti, mengucap doa berkat, memecah-mecahkan dan memberi kepada para murid untuk membaginya. Buah Ekaristi bagi kita adalah membagikan segala yang Tuhan berikan kepada kita supaya semua orang menikmati keselamatan. Orang yang menderita, mengalami penghinaan karena Kristus juga menunjukkan saling berbagi dengan Kristus sendiri. Apakah anda juga mau berbagi penderitaan dengan Kristus? Apakah anda mau berbagi dengan sesama? Jangan takut untuk merugi atau menjadi miskin. Segala yang kita miliki hanyalah titipan dari Tuhan.

Doa: Tuhan, bantulah kami semua untuk bertumbuh dalam kasihMu dan berani untuk bersaksi bahwa Yesus PutraMu sungguh-sungguh bangkit dari alam maut. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply