Homili 4 Juni 2014 (dari Bacaan Pertama)

Hari Rabu Pekan  Paskah VII

Kis 20:28-38

Saling menjaga itu baik!

Fr. JohnSaya pernah mengikuti upacara pemberkatan nikah. Romo yang memimpin upacara pemberkatan nikah itu memberi homily yang singkat tetapi sangat meneguhkan pasangan itu. Intinya romo itu mengajak pasutri itu untuk saling menjaga satu sama lain. Dalam budaya patriarkal orang selalu berpikir bahwa suami harus menjaga istrinya, tetapi Romo itu mengatakan bahwa istri juga harus menjaga suaminya. Saling menjaga satu sama lain adalah tanda kasih yang mahal harganya. Saya merenungkan penjelasan Romo ini. Bagi saya saling menjaga satu sama lain itu tidak mengekang pasangan tetapi menunjukkan tanggung jawab dalam hidup bersama. Orang yang saling menjaga itu adalah orang merdeka dan mampu mengasihi.

Pada hari ini kita mendengar kisah lanjutan dari perjumpaan sekaligus perpisahan antara Paulus dan jemaat di Efesus. Ketika berada di Miletus, Paulus memohon kehadiran para penatua dari Efesus untuk datang ke Miletus. Di sana Paulus mengingatkan mereka banyak hal. Ia mengatakan rasa syukurnya karena sudah melayani Tuhan dengan rendah hati. Ia juga sudah mencapai garis akhir dalam pelayanannya dan merasa sukses. Ia melayani Tuhan dengan memberikan pengajaran-pengajaran yang berkenan pada Allah.

Pada hari ini kita mendengar pesan lanjutan dari Paulus kepada para penatua Efesus. Paulus menyerahkan Gereja Kristus kepada para penatua dan berharap supaya para penatua melanjutkan karya yang sudah dirintisnya di Efesus. Inilah tugas para penatua: “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri.” (Kis 20:18). Supaya mereka dapat menjadi gembala yang baik, mereka harus menjaga diri dan seluruh kawanan domba. Dengan kuasa Roh Kudus mereka harus saling menjaga satu sama lain.

Perkataan Paulus ini menjadi tantangan bagi para gembala kawanan domba masa kini. Apakah para gembala atau pemimpin umat masih memiliki kemampuan untuk membimbing dan mengarahkan seluruh umat kepada Tuhan atau hanya mengarahkan umat kepada dirinya sendiri. Banyak kali ketika seorang Romo bisa melakukan kekeliruan dalam pelayanan. Misalnya sadar atau tidak sadar ia membawa orang kepada dirinya. Ketika ia pindah tugas, umat yang dilayaninya tidak lagi aktif melayani di gereja. Umat juga tidak sadar dan berkata: “Kami tidak aktif lagi karena romo kami sudah pindah.” Romo adalah gembala bagi seluruh kawanan.

Paulus berani memberi arahan untuk saling menjaga di dalam komunitas karena ia yakin bahwa di antara kalangan jemaat akan muncul nabi-nabi palsu yang bisa memecah belah persekutuan umat dengan ajaran-ajaran palsunya. Iman kristiani yang mereka terima akan ditantang, apakah masih memiliki iman yang matang kepada Tuhan atau tidak. Itu sebabnya Paulus berdoa dan menyerahkan jemaat yang dibinanya tiga tahun kepada Tuhan. Selama tiga tahun ia mencucurkan air mata dan berbagai pengorbanan diri untuk Tuhan. Ia mengalami penolakan tetapi ia tabah karena cinta kepada Kristus.

Paulus juga mengingatkan para penatua untuk tekun bekerja. Dengan bekerja mereka bisa memberi atau berbagi dengan sesama yang lainnya. Prinsip Yesus yang dipakai oleh Paulus adalah : “lebih berbahagia memberi dari pada menerima.” (Kis 20:35). Hati semua orang berdukacita dan juga terharu dengan kata-kata perpisahannya ini. Mereka saling mendoakan dan mengantar Paulus untuk melakukan perjalanan ke Yerusalem sebagai tawanan Roh. Paulus meninggalkan Efesus dengan harapan besar bahwa Gereja muda itu akan berkembang karena campur tangan Tuhan sendiri.

Kisah hidup missioner Paulus ini amat mengesankan. Ketika kita mengabdikan diri dalam tugas maka hendaknya kita berpikir bahwa tugas kita adalah menjadi hamba dari hamba yang melakukan apa yang ditugaskan kepada kita. Tugas kita adalah menjadi abdi yang siapa untuk melayani supaya banyak orang bisa datang kepada Tuhan. Kita boleh menjadi jembatan yang dilewati oleh orang untuk bersatu dengan Tuhan. Tentu saja kita saling menjaga satu sama lain. Konkretanya adalah dalam hidup setiap hari di dalam keluarga, silahkan saling menjaga satu sama lain. Dalam hidup bersama di dalam komunitas, pekerjaan, silahkan saling menjaga satu sama lain.

Hidup kita akan bermakna ketika kita dengan terbuka menerima sesama apa adanya, menjaga dan melindunginya. Kita akan merasakan peran Tuhan sebagai imanuel, yang selalu berada di tengah umatNya untuk menjaga dan melindungi. Yesus sendiri menjanjikan Parakleitos untuk menyertai GerejaNya. Apakah anda juga bisa menjaga sesamamu untuk tetap berada di jalan Tuhan?

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk saling menjaga satu sama lain. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply