Homili 10 Juni 2014

Hari Selasa, Pekan Biasa X
1Raj. 17:7-16
Mzm. 4:2-3,4-5,7-8
Mat. 5:13-16

Berbuat baik itu Perlu dan Harus!

Fr. JohnAda sebuah keluarga sederhana yang dikaruniai dua orang anak yang beda usianya sekitar tiga tahun. Sejak hadirnya anak kedua, anak sulung mulai dilatih orang tuanya untuk menjadi saudara dan sahabat bagi adiknya. Kini anak kedua berusia satu tahun dan anak pertama berusia empat tahun. Pada suatu hari ayahnya duduk dan mengamati perilaku kedua anaknya yang sedang makan bersama. Akibatnya, beberapa kali anak sulung berlaku curang terhadap adiknya dengan mengambil dan memakan lauk adiknya. Setelah selesai makan, ayahnya berkata kepada anak sulung: “Nak, ayah senang melihat kalian berdua makan bersama. Ayah bangga punya anak sulung yang baik dan selalu memperhatikan adiknya. Hanya saja tadi ayah melihat beberapa kali kamu mengambil lauk adikmu, sampai adikmu merengek meminta lauk baru dari mamimu. Sebagai kakak sebaiknya kamu selalu berbuat baik terhadap adikmu.” Anak sulungnya mendengar dan ia bertekad untuk selalu berbuat baik kepada adiknya. Ini kesaksian seorang sahabat pada kesempatan perayaan HUT perkawinan orang tuanya. Ia mengaku bahwa ini adalah salah satu pengalaman yang sangat mengesankannya dari ayah. Ia diajarkan untuk selalu berbuat baik.

Pada hari ini Tuhan menyapa kita untuk selalu berbuat baik sehingga semua orang dapat memuji dan memuliakan Bapa di Surga. Di dalam bacaan pertama kita mendengar pengalaman akan Allah di dalam diri nabi Elia. Nama Elia berarti Tuhan adalah Allahku. Setelah diperintahkan Tuhan untuk tinggal di pinggir kali Kerit sehingga bisa mendapatkan makanan dan minuman dari Tuhan, suasana kemarau panjang masih menguasai seluruh negeri dan belum ada tanda-tanda hujan. Tuhan lalu mengutus Elia ke Sarfaat di daerah Sidon. Daerah ini berada di luar komunitas Yahudi. Bagi kaum Yahudi, tidak ada keselamatan bagi daerah ini. Ketika Elia tiba di depan gerbang Sarfaat, Elia melihat seorang janda yang sedang mengumpulkan kayu bakar. Elia memanggil dan meminta janda itu: “Cobalah ambil bagiku sedikit air dalam kendi, supaya aku minum, dan sepotong roti untuk kumakan.” (1Raj 17:10-11).

Reaksi dari janda di Sarfaat adalah: “Demi Tuhan, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikitpun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati.” (1Raj 17:12). Realitas hidupnya memang demikian akibat kemarau panjang. Tidak ada lagi harapan hidup bagi mereka. Ketika orang tidak lagi mengandalkan Tuhan maka yang ada adalah kematian!

Terhadap sikap janda ini, Elia berkata: “Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu. Sebab beginilah firman Tuhan, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun tidak akan berkurang sampai pada waktu Tuhan memberi hujan ke atas muka bumi.” (1Raj 17:13-14). Janda itu terpesona dan berani melakukan kehendak Tuhan yang disampaikan melalui nabi Elia. Mereka bertahan hidup selama waktu yang lama.

Apa yang mau dikatakan Tuhan melalui sabdaNya kepada kita dalam bacaan pertama ini? Pertama, pengalaman rohani dari Elia dan janda di Sarfaat membantu kita untuk belajar berbuat baik meskipun situasi kita juga banyak kesulitannya. Janda di Sarfaat memang mengatakan apa adanya tentang situasi hidupnya, tetapi ia tetap berbuat baik sebagaimana diharapkan oleh Elia, utusan Tuhan. Kedua, Dalam situasi apa saja, baik suka maupun duka kita harus selalu mengandalkan Tuhan. Masalah-masalah kehidupan kita itu kecil, Tuhan kita jauh lebih besar dan Dia yang menyelesaikan setiap persoalan kehidupan kita.

Perbuatan-perbuatan baik yang kita lakukan dengan sadar memiliki kekuatan yang mujarab untuk membantu banyak orang memuji dan memuliakan Bapa di Surga. Orang-orang yang berdatangan untuk mendengar Yesus adalah orang-orang yang miskin dalam roh, mereka yang meratap, mereka yang lembut hati, mereka yang lapar dan haus akan kebenaran, mereka yang murah hati, mereka yang murni hati, mereka yang berkarya untuk perdamaian, mereka yang dianiaya karena kebenaran, mereka yang dihina karena nama Yesus. Semua orang dengan kategori hidup seperti ini disapa berbahagia oleh Yesus. Di dalam hidup mereka dan di mata Tuhan, mereka berbahagia dan layak bagi Kerajaan Allah yang diwartakan Yesus.

Untuk menjelaskan sabda Bahagia ini, Tuhan Yesus menentukan misi para murid yang mendengar sabdaNya ini. Pertama, menjadi garam dunia. Garam adalah zat yang dipakai untuk mengawetkan makan dan bisa menyembuhkan penyakit-penyakit tertentu. Garam bisa berguna kalau ia bisa malarutkan dirinya dan memberi rasa nikmat dari dalam. Perbuatan baik itu bukan berasal dari tutur kata saja tetapi nyata dalam perbuatan. Orang merasakannya dalam perbuatan-perbuatan konkret. Di dalam Kitab Suci Perjanjian Lama terdapat perjanjian garam (Bil 18:19) dimana Allah mengikat perjanjian dengan orang yang akan melayaniNya selama-lamanya. Para murid menjadi garam artinya mereka menjadi pelayan Tuhan selama-lamanya. Merekalah yang harus memperjuangkan kebenaran, keadilan dan kasih. Mereka harus rela kehilangan jati dirinya supaya lebih bebas melayani.

Kedua, Menjadi terang dunia. Tuhan Yesus tidak bermaksud mengatakan bahwa para murid adalah terang terbaik di dunia tetapi Tuhan mau menegaskan bahwa mereka dipilih untuk menjadi sebuah kelompok yang dapat memperkenalkanNya kepada banyak orang. Terang mereka harus bercahaya di hadapan semua orang lain dalam bentuk perbuatan baik sehingga banyak orang dapat memuji dan memuliakan Bapa di Surga.

Sabda Tuhan pada hari ini sangat menarik untuk kita renungkan dan hayati. Ia senantiasa memanggil dan menentukan kita untuk berbuat baik sebagaimana Ia sendiri lakukan bagi kita. Maka perbuatan baik itu perlu dan harus bagi kita semua.

Doa: Tuhan, kami memohon kepadaMu supaya dapat bertumbuh menjadi garam dan terang bagi sesama kami. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply