Homili Hari Minggu Biasa XVIII/A

Hari Minggu Biasa XVIII/A
Yes 55:1-3
Mzm 145: 8-9.15-16.17-18
Rm 8:35.37-39
Mat 14: 13-21

Berani Berbagi!

Fr. JohnAda seorang pengurus gereja pernah bermimpi. Konon ia sedang berada di dalam Gereja untuk berdoa. Salah satu intensi yang selalu didoakannya adalah supaya kaum papa miskin di parokinya boleh merasakan peneguhan, penghiburan dan kebahagiaan di dalam hidup setiap hari. Setelah selesai berdoa, ia mendengar ada suara seorang bapa yang berkata: “Doa dan harapmu akan hal-hal yang baik bagi kaum papa miskin itu belumlah cukup. Anda juga bisa melakukannya tanpa harus meminta dariKu.” Pengurus gereja ini memang menangani seksi sosial dan dana papa di parokinya. Ia heran dan bertanya-tanya dalam hatinya tentang suara yang barusan didengarnya itu. Ia kembali ke rumahnya dan merenungkan segalanya itu. Ia menemukan bahwa selama bertahun-tahun melayani umat dalam seksi social paroki, ia hanya sedikit berbagi dengan kaum papa miskin. Ia lebih banyak mendorong sesama untuk membantu sedangkan dia sendiri selalu memakai perhitungan tertentu atau bisa memberi tetapi tidak memberi dengan tulus hati.

Pengalaman pengurus gereja ini bukanlah hal yang baru. Para murid yang setiap hari bersama-sama dengan Yesus juga pernah mengalaminya. Dalam bacaan Injil hari ini kita mendengar sebuah kisah yang menarik. Banyak orang dari kota dan desa sekitar Galilea mencari Yesus untuk mendengarNya dan merasakan penyembuhan bagi yang sakit. Ketika melihat jumlah orang banyak itu, tergeraklah hati oleh belaskasihanNya kepada mereka. Ia menyembuhkan mereka yang sakit. Menjelang malam hari para murid datang memohon kepada Yesus untuk menyuruh orang-orang itu pulang ke rumahnya masing-masing dan mencari makan sendiri-sendiri. Yesus mengatakan kepada para muridNya supaya tidak perlu menyuruh orang banyak itu pergi. Merekalah yang harus memberi mereka makan kepada orang banyak itu.

Perkataan Yesus ini tentu membuat para murid kebingungan. Para murid adalah nelayan sederhana yang praktis dan realistic dengan situasi hidup mereka. Mengikuti Injil Yohanes, Filipus berkata kepada Yesus: “Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini bisa makan?” (Yoh 6:5). Yesus hanya mencobai para muridNya karena Ia sendiri tahu apa yang harus dilakukanNya. Andreas berkata kepada Yesus: “Di sini ada seorang anak yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apa artinya itu untuk orang sebanyak ini?” (Yoh 6:9).

Yesus melihat sikap realistik dan praktis para muridNya. Ia berkata: “Bawalah kemari lima roti dan dua ekor ikan itu!” (Mat 14:18). Ia mengambil kelima potong roti dan ikan itu, menengadah ke langit untuk bersyukur kepada Bapa dengan mengucapkan doa berkat, membagi-bagi roti dan ikan itu lalu memberikannya kepada para murid. Para muridNya bertugas membagi-baginya kepada orang banyak itu. Orang banyak itu makan sampai kenyang bahkan masih ada sisa 12 bakul penuh. Jumlah orang yang turut makan adalah lima ribu orang laki-laki, tidak termasuk wanita dan anak-anak.

Kisah injil ini menarik perhatian kita akan beberapa hal ini. Pertama, banyak kali kita mau berbagi tetapi penuh perhitungan. Ada hal-hal tertentu yang kita bisa langsung membantu sesama tetapi masih mau meminta lagi dari Tuhan. Kita menginginkan kaum papa miskin bahagia tetapi hanya keinginan kita karena masih berharap supaya Tuhanlah yang melakukan semuanya. Tidak! Tuhan menggunakan anda dan saya untuk menolong dan menyelamatkan sesama kita yang miskin. Kedua, kita diingatkan untuk berbagi dengan sedikit yang kita miliki. Jangan pikirkan jumlahnya tetapi berikanlah dengan tulus karena Tuhan akan menggandakannya untuk kebaikanmu dan sesama. Buktinya, dengan hanya memiliki lima roti dan dua ekor ikan, Tuhan bisa menggandakannya bagi semua orang, bahkan masih ada sisa. Ketiga, tugas kita adalah berbagi. Tuhan yang mendoakan dan memberkati. Dia memberinya kepada anda dan saya dan bukan untuk diri kita saja tetapi kita bertugas untuk membagikannya lagi kepada sesama. Pikirkanlah waktu, bakat dan kemampuanmu. Anda bisa melakukan karya-karya besar bagi sesama dengan berani berbagi. Keempat, Tuhan menjadikan kita utusanNya untuk mengenyangkan, membuat sesama bahagia dan sejahtera di dalam hidup. Inilah makna kita menjadi penjala manusia. Artinya kita juga bisa menjadikan orang bersatu dengan Tuhan dan hidup mereka sejahtera.

Tuhan Yesus melihat banyak orang yang datang kepadaNya seperti domba tanpa gembala. Ia berbelas kasih kepada mereka. Yesus tidak membiarkan pengikutNya merana. Ia senantiasa mengajak: “Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (Mat 11:28). Tuhan Allah Bapa melalu nabi Yesaya juga melakukan hal yang sama. Ia berkata: “Hai kamu semua yang haus, marilah dan minumlah! Dan kamu yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang membeli, dan makanlah, minumlah anggur dan susu tanpa bayar.” (Yes 55:1). Tuhan juga mengatakan bahwa apabila kita mendengarNya maka Ia akan memberikan kita sajian yang lezat. Wajah Allah yang ditampilkan adalah Allah yang murah hati, Allah yang berbelas kasih kepada kaum papa miskin.

Perkataan Tuhan melalui nabi Yesaya untuk mendengar sabdaNya dan menikmati perjamuan yang lezat dan juga perkataan Yesus kepada para murid dan kesediaan Yesus untuk membuat mukjizat lima roti dan dua ekor ikan sehingga memuaskan manusia mengingatkan kita pada sakramen Ekaristi. Setiap kali merayakan ekaristi, kita semua juga mendengar Sabda dan merasakan kepuasaan rohani melalui santapan Tubuh dan Darah Kristus. Hidup kita selalu dikuatkan oleh Ekaristi. Tuhan Yesus Kristus mengasihi kita melalui sabda dan persembahan diriNya.

Di dalam Ekaristi kita juga berjumpa dengan seorang Yesus yang mengasihi kita sampai tuntas. Kita semua datang ke Gereja dengan suka dan duka, dengan aneka pergumulan hidup kita masing-masing. Di dalam Ekaristi Tuhan memuaskan dan menguatkan kita dengan kasihNya yang abadi. St. Paulus dalam bacaan kedua mengatakan bahwa semua penindasan, kesesakan, penganiayaan, kelaparan, ketelanjangan, bahaya dan pedang tidak akan menguasai kita semua karena kita karena kita semua adalah pemenang atas semua pengalaman ini. Paulus yakin bahwa baik maut maupun hidup, malaikat-malaikat maupun pemerintah-pemerintah, baik yang sekarang maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa baik yang di atas maupun di bawah tidak akan memisahkan kita dari kasih Allah yang ada di dalam Kristus Yesus. (Rm 8: 35.37-39).

Mari kita saling berbagi dari sedikit yang kita miliki. Milikilah hati yang tergerak oleh belas kasih kepada sesama seperti Yesus Kristus sendiri. Jadilah Kristus yang lain untuk memberikan kelegaan, untuk menunjukkan wajah Allah yang selalu berbelas kasih dan murah hati bagi manusia.

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk saling berbagi dengan sesama, anugerahi kami hati yang tulus untuk selalu siap menolong sesama yang sangat membutuhkan. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply