Homili 4 Agustus 2014

Hari Senin, Pekan XVIII
St. Yohanes Maria Vianney
Yer 28:1-17
Mzm 119:29.43.79.80.95.102
Mat 14:22-36

Kuasa Tuhan itu Luar biasa

Fr. JohnPada suatu kesempatan saya mengunjungi seorang sahabat di kantornya. Ada banyak bingkai dengan tulisan berupa kutipan dari Kitab Suci dan orang-orang terkenal. Mata saya lebih terarah kepada sebuah bingkai yang lebih sederhana tetapi berisi tulisan ini: “Tangan KananMu, Tuhan, mulia karena kekuasaanMu.” (Kel 15:6). Ia membingkai kutipan nyanyian Musa ini karena pengalaman pribadinya merasakan kasih dan kuasa Tuhan. Ia pernah mengalami kegagalan dalam usaha sehingga boleh dikatakan harus memulai dari nol. Ia pernah menata ulang relasi bersama pasangan hidupnya ketika ada salah paham yang nyaris memisahkan mereka. Pengalaman-pengalaman ini membuatnya meletakkan seluruh harapan hidupnya pada kuasa Tuhan.

Kutipan di dalam bingkai di kantor sahabat ini merupakan nyanyian yang dilantunkan Musa bersama bani Israel karena Tuhan melindungi mereka dari serangan tentara Mesir. Mereka adalah pemenang karena Tuhan ikut terlibat dalam upaya melindungi mereka. Mereka dapat berhasil melewati laut merah. Tuhan tetaplah satu-satunya penolong ang setia. Perasaan syukur dan pujian juga dilantunkan secara bersama-sama oleh Musa dan bani Israel dalam doa: “Tuhan itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku. Ia Allahku, kupuji Dia. Ia Allah Bapakku, kuluhurkan Dia.” (Kel 15:2).

Di dalam bacaan-bacaan liturgi pada hari ini, kita menemukan sosok Tuhan dengan segala kuasaNya yang dahsyat bagi manusia. Penginjil Matius melaporkan bahwa Tuhan Yesus menyuruh para muridNya berlayar mendahuluiNya ke seberang danau, sedangkan Dia sendiri naik ke atas sebuah bukit untuk berdoa seorang diri. Yesus sudah bekerja seharian dan Ia memiliki waktu untuk bersatu dengan Bapa dalam doa. Nah, bedanya dengan kita adalah ketika merasa lelah karena bekerja seharian, kita bersenang-senang, lupa berdoa untuk mengucap syukur. Kita berbangga diri setelah merasa sukses dalam pekerjaan seharian dan lupa bersyukur kepada Tuhan, padahal Tuhanlah yang memulai dan menyempurnakan segalanya di dalam diri kita.

Para murid melakukan perintah Yesus dengan berlayar sendirian, lagi pula situasinya mulai gelap. Perjalanan malam itu terbilang lama, mungkin karena melawan arus. Padahal Danau Galilea itu panjangnya 21 km dan lebarnya 11 km. Perahu mereka berjalan pelan-pelan. Pada jam tiga malam Yesus berjalan di atas air menuju ke perahu para muridNya. Ketika melihatNya mereka berteriak ketakutan: “Itu hantu!” Di saat seperti itu Yesus menenangkan mereka dengan berkata: “Tenanglah, Aku ini, Jangan takut!” (Mat 14:27).

Para murid sebagian besarnya merupakan nelayan-nelayan sederhana. Tetapi mereka adalah orang praktis. Mereka mengenal musim dan mengetahui persis keadaan danau Galilea. Mereka juga yakin bahwa pada malam hari ada roh-roh halus yang menghuni danau itu bisa keluar dan menampakan dirinya kepada manusia. Maka mereka juga berpikir bahwa Yesus adalah hantu. Petrus sebagai ketua para rasul saja masih kurang percaya. Ia berkata: “Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepadaMu berjalan di atas air.” (Mat 14:28). Tuhan Yesus mengajak Petrus untuk datang kepadaNya tetapi karena ada rasa takut dan kurang percaya ditambah lagi dengan tiupan angin maka ia nyaris tenggelam. Tuhan Yesus mengulurkan tanganNya untuk menyelamatkan Petrus.

Komunitas para murid masih memiliki konflik bathin berhadapan dengan Yesus. Artinya mereka belum sepenuhnya percaya kepada Yesus. Poin kita di sini adalah apabila orang jauh dari Tuhan, berjalan sendirian maka mereka akan selalu diliputi ketakutan. Apabila mereka berjalan dengan Tuhan maka tak ada alasan untuk merasa takut. Yesus adalah Tuhan yang kita sembah dan muliakan. Dialah yang berkuasa untuk membuat segalanya nyaman. Angin ribut diredahkan, orang sakit disembuhkanNya. KuasaNya mengalir melalui jubahNya sehingga menyembunyikan banyak orang.

Pergumulan juga pernah dirasakan oleh bani Israel setelah menempati tempat-tempat yang dijanjikan Tuhan yaitu di tanah Kanaan. Banyak orang dari Samaria dan Yerusalem menyembah berhala, tidak lagi setia kepada Tuhan Allah yang benar. Oleh karena itu banyak yang dideportasi ke Asyur dan Babel untuk menjadi budak. Tuhan tidak berhenti tetapi selalu mencari jalan untuk menyelamatkan manusia. Tuhan berjanji untuk mematahkan kuk raja Babel. Ia juga akan mengantar kembali semua perkakas Bait Allah yang telah direbut raja Nebukhadnezar. Orang-orang Israel di Babel juga akan kembali ke Yerusalem karena kuasa Allah.

Kita bersyukur kepada Tuhan karena kuasa dan kasihNya melingkupi kita semua. Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan besarNya sepanjang sejarah hidup manusia. Hanya pada Tuhan kita berharap akan kasih dan kesetianNya. St. Yohanes Maria Vianey juga merasakan kasih Tuhan yang luar biasa sehingga mewariskan kepada Gereja suatu spiritualitas yang membawa banyak orang kepada kekudusan.

Doa: Tuhan, bantulah kami supaya tahu bersyukur kepadaMu. Amen,

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply