Uomo di Dio: Berbanggalah dengan keunikanmu!

Berbanggalah dengan keunikanmu!

P. John SDBBeberapa minggu yang lalu saya melakukan perjalanan ke Pulau Sumba, NTT. Dahulu saya merupakan salah seorang pioner karya Kongregasi Salesian Don Bosco di sana maka kembali ke Sumba untuk seminggu rasaya “sesuatu banget”. Pelayanan saya pada waktu itu adalah mengembangkan sebuah tempat pelatihan teknik bagi kaum muda setempat namanya “Budi Daya Training Center”, pelayanan pastoral, mengajar Fisika dan Kimia di sekolah dan memberi kuliah Kitab Suci di Sekolah Tinggi Pastoral. Dari berbagai kegiatan ini saya memiliki kesempatan untuk berjumpa dengan banyak orang muda dari Pulau Sumba ini. Banyak di antara mereka setelah menyelesaikan sekolah menengahnya di sana, mereka melanjutkan pendidikan tingginya di Pulau Jawa. Ketika berjumpa dengan seorang mantan siswa, ia berkata, “Pater, saya sudah jadi hitam kembali. Dulu masih di Jawa saya kelihatan agak putih, sekarang saya jadi begini lagi.” Seorang yang lain berkata, “Pater pasti masih ingat saya. Saya ini mantan siswamu yang unik karena paling nakal dan malas. saya sering mendapat nilai nol untuk mata pelajaran Fisika, tetapi untungnya Pater memberi nilai akhir yang baik sehingga saya naik kelas.” Seorang lagi berkata, “Pater pasti lupa dengan saya. Dulu saya paling gemuk di kelas, sekarang sudah menjadi super slim.” Suasana perjumpaan tak terduga membuat kami mengingat-ingat masa lalu. Setelah itu saya mengatakan kepada mereka: “Bersyukurlah selalu kepada Tuhan dan banggalah atas keunikan yang Tuhan berikan kepadamu.”

Kemarin saya diberi hadiah oleh seorang sahabat, sebuah buku best seller karya Nick Vujicic berjudul Life without Limits. Tentu saja banyak di antara kita yang mengenal pria unik ini. Ia tidak memiliki lengan dan tungkai. Ia adalah pria unik dan inspiratif bagi banyak orang karena dengan menyadari dirinya sebagai orang cacat, dia berusaha untuk menaklukan cacat tubuhnya itu sebagai berkat bagi dirinya dan bagi banyak orang. Ia mengatasi cacat tubuhnya dengan menjadi pria yang mandiri, kaya dengan banyak rahmat dari Tuhan, menjadi seorang pembicara motivasi terkenal. Konon ia pernah ditanya seseorang, apakah ia bahagia dengan hidupnya. Dengan tegas ia menjawab: “Banyak orang sering bertanya kepadaku apakah aku merasa bahagia dengan diriku seadanya? Aku selalu menjawab bahwa hidup tanpa lengan dan tungkai, bukanlah penghalang bagiku. Aku selalu memiliki pilihan-pilihan. Misalnya, aku bisa saja marah karena aku tidak memiliki tungkai, atau aku bisa saja beryukur karena memiliki tujuan hidup. Aku memilih selalu bersyukur sebagaimana diriku adanya.”

Di dalam bukunya ini, ia juga membahas satu poin tentang kebanggaan sebagai pribadi yang unik. Berdasarkan pengalaman pribadinya, ia menulis: “Kita adalah manusia yang konyol. Kita menghabiskan sebagian hidup kita dengan hasrat untuk diterima oleh orang lain dan sebagiannya lagi kita berusaha untuk menjauhi orang lain. Ini merupakan sifat umum manusia. Kita tidak bisa merasa nyaman dengan diri sendiri, padahal kita seharusnya sadar dan tahu sebagai ciptaan Tuhan yang mencerminkan kemuliaanNya.”

Perkataan Nick ini merupakan teguran bagi banyak orang yang hidupnya di kuasai sikap pesimis karena keadaan khusus secara fisik maupun mental. Banyak anak-anak muda dan remaja yang ingin tampil beda dan lupa menjadi dirinya sendiri. Ada juga yang tampil seragam dengan kelompoknya dan hanya menjadi manusia umum saja. Setiap orang adalah individu, pribadi yang unik dan tidak bisa dibagi-bagi maka hendaknya menjadi pribadi yang unik, spesial di mata banyak orang. Banyak orang juga mau menunjukkan perbedaan dengan menggunakan tato dan tindik. bagi Nick, tato dan tindik merupakan simbol pemberontakan individu tangguh. Orang harus merasa: “Aku adalah aku yang unik.”

Belajar dari Nick, apa yang harus kita lakukan sebagai pria katolik? Pertama, selalu bersyukur kepada Tuhan. Hidup kita di hadiratNya sebagai Pencipta akan bermakna ketika kita selalu mengucap syukur atas segala yang Tuhan anugerahkan kepada kita. Janganlah anda berhenti mengucap syukur. Kedua, Menerima dirimu apa adanya. Banyak kali kita menjadi orang lain dalam diri kita padahal kita itu unik. Misalnya dalam cara berbicara, berpakaian, mode rambut. Perhatikanlah juga isi dompetmu jangan sampai anda adalah pria yang masuk kategori stel: “selera tinggi ekonomi lemah” sehingga memiliki banyak utang di mana-mana. Ketiga, sebagai pendidik dan pembina bagi anak-anak dalam keluarga, bimbinglah mereka untuk menerima diri dan keunikannya. Jangan hilangkan kesempatan untuk menyampaikan mereka: “Jadilah dirimu sendiri! Anda manusia yang istimewa dan unik ”

Mari kita bercermin pada Yesus sang Maestro. Dia menjadi diriNya sendiri dalam pikiran, perkataan dan perbuatan. Penginjil Matius bersaksi: “Dan setelah Yesus mengakhiri perkataanNya, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaranNya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa tidak seperti ahli-ahli Taurat” (Mat 7:28-29;Mrk 1:22). Yesus tidak mengikuti trend orang pada zaman itu. Ia membawa perbedaan sebagai Anak Allah yang datang untuk melayani bukan untuk dilayani (Mat 20:28), bahkan pelayanan Yesus yang terbesar adalah menderita sengsara dan wafat di kayu salib. Dia adalah Anak Allah yang berkorban, laksana anak domba yang dibawa ke pembantaian (Yes 53:7; Kis 8:32). Dia unik, karena Anak Allah yang rela wafat di salib untuk menebus manusia yang berdosa.

Saudara, berbanggalah dengan keunikanmu! Anda pria katolik, pasti bisa memahami keunikanmu.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply