Homili 9 Agustus 2014

Hari Sabtu, Pekan Biasa XVIII
Hab 1:12-2:4
Mzm 9:8-9.10-11.12-13
Mat 17:14-20

Tuhan tetap setia selamanya

PejeSDBAda seorang konfrater yang barusan ditahbiskan sebagai imam. Ia diminta untuk mewakili para imam baru untuk memberi sambutan dan ucapan terima kasih. Ia mengatakan banyak hal yang bagus sebagai ungkapan rasa syukur di hari tahbisan mereka. Mengakhiri sambutannya, ada satu hal yang ia minta dari umat: “Umat sekalian, kalian jangan hanya bergembira karena hari ini kami menjadi imam. Berdoalah supaya kami bisa setia dalam panggilan imamat karena kami menyadari dan percaya bahwa Tuhan itu setia selama-lamanya, tetapi kami masih sebagai manusia yang berkali-kali tidak setia kepadaNya.” Harapan imam baru ini memang baik adanya. Paling kurang keluarga dan umat tidak hanya tinggal dalam rasa bangganya, tetapi ikut mendukung dengan doa dan harapan-harapan yang baik supaya imam benar-benar menjadi alter Christus.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari Sabtu ini memfokuskan perhatian kita kepada Tuhan yang setia kepada umatNya. Penginjil Matius melaporkan bahwa setelah Yesus menampakkan kemuliaanNya di atas gunung yang tinggi, ketiga murid terpilih bersamaNya yakni Petrus, Yakobus dan Yohanes turun dari gunung tersebut dan berjumpa dengan sebuah realita yang membutuhkan iman dan kesetiaan dari pihak manusia dan Tuhan. Dikisahkan bahwa Tuhan Yesus dan ketiga murid itu berjumpa dengan seorang bapa yang anaknya sakit ayan. Sambil berlutut dan menyembah, bapa itu berkata: “Tuhan, kasihanilah anakku. Ia sakit ayan dan sangat menderita. Ia sering jatuh ke dalam api dan juga sering ke dalam air. Aku sudah membawanya kepada murid-murid-Mu, tetapi mereka tidak dapat menyembuhkannya.” (Mat 17:14-16). Ayah anak ini dilukiskan sebagai orang yang mengimani Yesus dan memohon belas kasihNya dengan berkata, “Kyrie, eleeson”. Ia merasa memiliki banyak kelemahan manusiawi tetapi Tuhan Yesus akan melakukan apa yang terbaik bagi anaknya.

Sebelum melakuan mukjizat penyembuhan ini, Yesus menegur sekaligus mengoreksi semua orang Yahudi yang hadir dengan berkata: “Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? (Mat 17:17). Yesus bisa mengatakan hal demikian kepada orang-orang Yahudi zaman itu karena mereka tidak setia dan belum percaya sepenuhnya kepada Tuhan Yesus. Perkataan Yesus ini mengingatkan kita pada nyanyian Musa di mana ia menegur umat Israel dengan mengatakan bahwa mereka adalah angkatan yang bengkok dan belat-belit (Ul 32:5). Teguran Yesus ini sebenarnya bersifat mengarahkan orang-orang Yahudi pada zaman itu untuk percaya kepada Yesus sebagai satu-satunya Tuhan dan Juruselamat. Iman kepadaNya akan turut membantu proses penyembuhan dan pemulihan anak yang sakit ayan ini. Tuhan Yesus berkenan mengusir setan dengan suara yang kuat dan setan itu pun keluar dan anak itu sembuh kembali. Mukjizat penyembuhan ini terlaksana karena iman sang ayah kepada Yesus.

Kepada para muridNya, Yesus mengingatkan mereka untuk memiliki iman dan kepercayaan yang teguh kepadaNya. Ia berkata: “Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.” (Mat 17:20). Perkataan Yesus ini juga berlaku bagi kita yang belum setia sepenuhnya kepadaNya. Banyak kali kita berjanji untuk setia mengikutiNya, percaya kepada semua penyelenggaraanNya tetapi kenyataan tidaklah demikian. Kita masih begitu jauh dariNya. Kita mengakui diri kita sebagai orang kristen, tetapi hidup kita jauh dari hidup Kristus sendiri. Kita lupa bahwa Tuhan setia dalam kasihNya kepada kita. Andaikan kita memiliki iman dan kesetiaan yang besar maka mukjizat selalu menjadi nyata.

Pada hari ini kita mendengar bacaan pertama dari Kitab nabi Habakuk. Di dalam Kitab Suci, nabi Habakuk adalah orang pertama yang meminta pertanggungjawaban dari Allah. Ia berani bertanya kepada Tuhan: Mengapa Tuhan membiarkan ketidakadilan merajalela di mana-mana? Mengapa ketika Ia menghukum seorang penindas, Ia menggantinya dengan penindas yang lebih kejam? Ada dua jawaban pasti dari pihak Tuhan. Pertama, Tuhan menyimpan rahasia bagaimana Ia mengatur dunia ini dan yang Ia minta dari kita adalah tetap mengimaniNya. Orang benar hidup dari imannya. Kedua, Habakuk merenungkan betapa mulianya Allah yang akan menghakimi dunia pada akhir zaman. Habakuk bernubuat pada tahun 605-600, ketika Nebukadnezar mengalahkan Asyur yang dikenal kejam dan menjadi begitu berkuasa dan menindas Israel.

Di dalam bagian awal Kitab ini berisikan dua keluhan Habakuk. Keluhan pertama adalah mengapa ada banyak kejahatan dan ketidakadilan di Yehuda? Tuhan menjawab dengan nada sindiran yakni orang-orang Kasdim akan memulihkan tatanan dengan menyerang dan merampok segalanya (Hab 1:1-11). Keluhan kedua nabi: Mengapa Allah menggunakan orang Kasdim untuk memulihkan keadilanNya? Tuhan menjawab keluhan ini: Pada suatu hari nanti akan jelas bahwa yang baik dan jahat tidak diperlakukan sama. Mereka yang setia akan diselamatkan. Jawaban Tuhan ternyata masih menjadi misteri. Selanjutnya Tuhan mewahyukan bagaimana orang-orang benar akan diberikan ganjaran  sesudah hidup ini. Nabi Yeremia pun pernah mengajukan pertanyaan yang sama tentang keadilan Tuhan Allah (Yer 12:1). Tak ketinggalan nabi Yehezkiel juga menegaskan keadilan Allah kepada setiap orang (Yeh 18).

Kesetiaan Tuhan Allah ditunjukan oleh Habakuk:  “Tuliskanlah penglihatan itu dan ukirkanlah itu pada loh-loh, supaya orang sambil lalu dapat membacanya. Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh. Sesungguhnya, orang yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya, tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya.” (Hab 2:2-4). Tuhan menunjukkan kesetiaanNya dengan “sungguh-sungguh datang dan tidak akan bertangguh”. Artinya Tuhan itu prihatin dan ingin berbagi dengan sesama. Ini adalah suatu kepastian bagi orang beriman. Orang benar hidup oleh imanNya!

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk bertumbuh menjadi pribadi yang setia dalam iman dan keprecayaan kepadaMu. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply