Homili 22 Agustus 2014

Hari Jumat, Pekan Biasa XX
Yeh 37:1-14
Mzm 107: 2-3.4-5.6-7.8-9
Mat 22: 34-40

Hidup baru itu indah

Fr. JohnPada suatu kesempatan saya merayakan misa peringatan arwah setahun. Ketika memulai homili, saya meminta pihak keluarga untuk mengingat kembali saudara yang sudah meninggal dunia itu. Salah seorang di antaranya berkata: “Saudara kami sudah meninggal setahun yang lalu, tetapi rasanya ia masih hidup bersama kami. Kami tetap merasakan kehadirannya di tengah-tengah kami siang dan malam.” Saya memahami ungkapan ini sebagai tanda kedekatan sebagai keluarga tetapi juga persekutuan sebagai umat beriman baik yang masih hidup dan yang sudah meninggal di dalam Yesus Kristus. St. Paulus pernah berkata: “Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematianNya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitanNya.” (Rom 6:5). Sebagai orang yang dibaptis, kita percaya bahwa Tuhan memberi kehidupan kekal kepada kita semua.

Pada hari ini kita mendengar Tuhan bernubuat melalui nabi Yehezkiel tentang kebangkitan Israel. Yehezkiel dibimbing oleh Roh Tuhan ke sebuah lembah yang berisi tulang-tulang yang sudah kering. Melihat tulang yang sudah kering itu, Tuhan Allah bertanya kepada Yehezkiel: “Hai anak manusia, dapatkah tulang-tulang ini dihidupkan kembali?” (Yeh 37:3). Yehezkiel percaya dan menjawab: “Ya Tuhan Allah, Engkaulah yang mengetahui!” (Yeh 37:3). Tuhan bersabda kepada tulang-tulang kering itu melalui Yehezkiel: “Aku memberi nafas hidup di dalammu, supaya kamu hidup kembali. Aku akan memberi urat-urat padamu dan menumbuhkan daging padamu, Aku akan menutupi kamu dengan kulit dan memberikan kamu nafas hidup, supaya kamu hidup kembali. Dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah Tuhan.” (Yeh 37:5-6).

Yehezkiel pun melakukan Sabda Tuhan dan terjadilah bahwa tulang-tulang yang sudah kering itu berderak-derak dan bertemu satu sama lain. Urat dan kulit bertumbuh pada tulang yang kering tetapi belum bernafas. Tuhan lalu memberi nafas hidup kepada tulang-tulang kering itu sehingga mereka hidup kembali. Mereka menjejakan kakinya, suatu tentara yang sangat besar. Tuhan mengatakan kepada Yehezkiel bahwa tulang-tulang itu adalah kaum Israel yang harapannya sudah lenyap. Tuhan memberi harapan untuk hidup baru bagi mereka. Ia berjanji untuk membuka kubur-kubur dan membangkitkan Israel. Ia sendiri akan memberi RohNya supaya mereka hidup kembali dan menetap di negeri yang dijanjikan Tuhan.

Kisah ini memang menarik perhatikan kita semua. Yehezkiel bernubuat di Babel bagi umat Israel yang sedang mengalami penderitaan di tanah bangsa asing. orang-orang Israel itu laksana tulang yang amat kering di lembah yang gelap. Tidak ada lagi harapan untuk hidup. Tidak ada nilai kehidupan bagi mereka di negeri asing karena penindasan, penganiayaan. Tetapi Tuhan menaruh belas kasihNya kepada mereka dengan memberi hidup baru, anugerah roh yang menghidupkan dan menguatkan mereka. Dengan demikian mereka semakin mengenal Tuhan sebagai sumber hidup dan kasih sayang.

Di dalam bacaan Injil, kita mendengar pengajaran Yesus tentang hukum yang terutama ketika ditanyai oleh seorang ahli Taurat. Yesus menjawabnya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” (Mat 22:37-40)

Menjadi pertanyaan bagi kita apa sih manfaat hukum Taurat dan perintah-perintahNya? Orang-orang Yahudi berpuas diri dengan pengetahuan teoretis tentang hukum Taurat Musa dan ritual-ritual berdasarkan hukum Taurat Musa. Mereka mempelajari dan mempraktekkan 613 hukum positif dan negatif dalam Torah, dan tulisan-tulisan para rabbi. Tuhan Yesus tampil beda dengan meringkas semua hukum lama menjadi satu kesatuan yakni hukum cinta kasih. Mengasihi Allah bersumber pada Kitab Ulangan (6:5) dan mengasihi sesama pada Kitab Imamat (Im: 19:18).

Hidup baru di dalam Tuhan itu rasanya indah karena Tuhan sendiri yang merancangnya. Kita semua tentu memiliki kelemahan dan kelebihan tetapi kasih Tuhan itu jauh melebihi setiap kelemahan kita. Dia menganugerahkan hidup kekal dan menaruh kasih sayangNya kepada kita semua.

Doa: Tuhan, kami bersyukur atas hidup baru yang Engkau berikan kepada kami. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply