Homili Bunda Maria Berdukacita – 2014

Peringatan Bunda Maria Berdukacita
Ibr. 5: 7-9
Mzm 31:2-3a,3b-4,5-6,15-16, 20
Yoh. 19:25-27

Seorang Ibu Yang Berdukacita

Fr. JohnBanyak di antara kita pernah mendengar lagu dalam bahasa Latin berjudul “Stabat Mater Dolorosa.” Lagu ini merupakan sebuah lagu klasik dalam music liturgi ciptaan Jacopone, seorang Fransiskan dari Todi (1230-1306). Salah satu lirik yang terkenal adalah: “Stabat Mater dolorosa, Juxta Crucem lacrimosa, dum pendebat Filius” (Bunda yang berdukacita berdiri sambil menangis di samping salib di mana Putranya digantung). Dalam doa Jalan Salib, khususnya stasi keempat, kita mengenang Yesus berjumpa dengan ibuNya. Dalam doa itu dikatakan bahwa para murid Yesus telah lari meninggalkan Yesus sendirian menderita, hanya Maria ibuNya yang setia menderita bersama Dia.

Para penulis rohani seperti St. Bonaventura dan St. Alfonsus Maria de Liguori merenungkan dukacita Bunda Maria. Dari Kitab Injil mereka merenungkan dan mengajarkan tujuh dukacita Maria yakni:

Pertama, Ramalan Simeon: “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan, dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.” (Luk 2:34-35).

Kedua, Pengungsian ke Mesir: Setelah orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: “Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia.” Maka Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir.” (Mat 2:13-14).

Ketiga, Yesus hilang di dalam Bait Allah: “Sehabis hari-hari perayaan itu, ketika mereka berjalan pulang, tinggallah Yesus di Yerusalem tanpa diketahui orang tua-Nya. Karena mereka menyangka bahwa Ia ada di antara orang-orang seperjalanan mereka, berjalanlah mereka sehari perjalanan jauhnya, lalu mencari Dia di antara kaum keluarga dan kenalan mereka. Karena mereka tidak menemukan Dia, kembalilah mereka ke Yerusalem sambil terus mencari Dia.” (Luk 2:43-45).

Keempat, Yesus berjumpa dengan ibuNya dalam Jalan Salib: “Sejumlah besar orang mengikuti Dia; di antaranya banyak perempuan yang menangisi dan meratapi Dia.” (Luk 27:27).

Kelima, Penyaliban Yesus: “Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: “Ibu, inilah, anakmu!” Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Inilah ibumu!” Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.” (Yoh 19:25-27).

Keenam, Lambung Yesus ditikam dan jenazahNya diturunkan dari Salib: “Karena itu Yusuf, orang Arimatea, seorang anggota Majelis Besar yang terkemuka, yang juga menanti-nantikan Kerajaan Allah, memberanikan diri menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus. Pilatus heran waktu mendengar bahwa Yesus sudah mati. Maka ia memanggil kepala pasukan dan bertanya kepadanya apakah Yesus sudah mati. Sesudah didengarnya keterangan kepala pasukan, ia berkenan memberikan mayat itu kepada Yusuf. Yusufpun membeli kain lenan, kemudian ia menurunkan mayat Yesus dari salib dan mengapaninya dengan kain lenan itu. Lalu ia membaringkan Dia di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu. Kemudian digulingkannya sebuah batu ke pintu kubur itu.” (Mrk 15:43-46).

Ketujuh: Yesus dikuburkan: “Dekat tempat di mana Yesus disalibkan ada suatu taman dan dalam taman itu ada suatu kubur baru yang di dalamnya belum pernah dimakamkan seseorang. Karena hari itu hari persiapan orang Yahudi, sedang kubur itu tidak jauh letaknya, maka mereka meletakkan mayat Yesus ke situ.” (Yoh 19:41-42).

Apabila kita memperhatikan semua ayat Injil yang dikutip untuk menggambarkan tentang dukacita Bunda Maria maka kita melihat bahwa ayat-ayat ini justru lebih berfokus pada Yesus Puteranya. Maria berdukacita dalam hubungannya dengan penderitaan Yesus. Maria ikut aktif atau memiliki andil yang besar untuk keselamatan kita semua. Ia menjadi teladan iman bagi kita terutama ketika kita mengalami penderitaan dan kemalangan. Ia menjadi Bunda Yesus bukan berarti bebas dari penderitaan, ia justru banyak menderita supaya kita memperoleh penebusan yang berlimpah.

Bunda Maria juga memberikan teladan ketaatan iman. Ia sudah berjanji kepada Tuhan: “Jadilah padaku menurut perkataanMu.” (Luk 1:38). Seluruh hidupnya ia wujudkan janjinya dengan hadir di dalam hidup Yesus sampai tuntas. Ia juga menerima kita semua menjadi anak-anaknya sesuai perintah Yesus Puteranya. Kita selalu berdoa: “Santa Maria Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu kami mati. Amen” Doa ini selalu kita ucapkan dengan penuh harapan karena kita yakin bahwa Bunda Maria sudah mendampingi Yesus Puteranya sampai tuntas, demikian ia juga melakukan hal yang sama kepada kita. Dia berduka supaya kita memperoleh keselamatan.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply