Homili 16 September 2014

Homili Hari Selasa, Pekan Biasa XXIV
1Kor 12:12-14.27-31a
Mzm 100:2.3.4.5
Luk 7:11-17

Satu Tubuh Yang Unik

Fr. JohnAda seorang sahabat yang kelihatan selalu minder dengan dirinya. Ia mengatakan bahwa tidak ada orang yang mampu memahaminya selain ibu yang mengandung dan melahirkannya. Akibat rasa minder yang terlalu berlebihan itu maka orang-orang yang mengenalnya berkomentar bahwa dia itu “kuber” alias kurang bergaul dan ada juga yang mengaggapnya pengidap inferioritas kompleks. Namun demikian ia juga sering mengatakan bahwa semua anggapan orang itu membuatnya semakin unik di antara orang yang lain. Mungkin ini luapan rasa bangga atas dirinya sendiri. Setiap orang bisa mempunyai pengalaman-pengalaman tertentu seperti ini. Nah, ketika kita tidak membuka diri dan menerima sesama apa adanya maka yang ada di antara kita hanya hal-hal yang merendahkan, meremehkan dan menjatuhkan sesama. Namun ketika kita bisa membuka diri terhadap sesama maka kita juga akan menerima sesama apa adanya. Seorang pribadi tetaplah unik, tetaplah individu dalam masyarakat kita.

St. Paulus dalam suratnya kepada Jemaat di Korintus membicarakan karunia-karunia dan kerukunan di dalam jemaat. Ia melihat bahwa di dalam jemaat, Roh Kudus menunjukkan kehadiranNya melalui anugerah atau karunia-karunia rohani (kharisma). Semua orang di Korintus merasa heran karena di antara mereka ada yang berdoa dan memuji Tuhan dengan kata-kata yang tidak bisa dipahami oleh orang lainnya. Inilah yang disebut bahasa roh. Mereka juga merasakan kehadiran Tuhan menjadi nyata ketika ada orang yang bisa menafsirkan kepada orang lainnya apa yang ada di dalam hatinya dan memberi pesan khusus kepada dia dari Tuhan. Rupa-rupanya ini menjadi trend istimewa di sana.

Namun demikian ada bahaya yang mengancam yakni tindakan tertentu yang tidak menggambarkan jati diri orang beriman. Di Korintus saat itu masih banyak orang kafir. Untuk menertibkan jemaat yang demikian, Paulus membuat discernment bersama mereka. Ia berusaha membentuk aturan yang jelas kepada mereka supaya mereka menjadi jemaat yang teratur hidup rohaninya. Pada waktu itu orang-orang kafir dalam perayaan pestanya berlaku seperti orang gila dan tidak sadar diri. Apabila orang yang tidak sadar diri itu berteriak dengan kata-kata kosong dan memalukan maka itu tandanya Roh Kudus tidak ada padanya. Roh Kudus justru membuat orang semakin bertanggung jawab dengan dirinya. Bagi Paulus, karunia atau kharisma itu nampak jelas dalam mukjizat-mukjizat, dalam kerasulan, pelayanan dan dalam karya. Satu Roh, satu Tuhan dan satu Allah menunjukkan bahwa Tuhan Allah sungguh-sungguh menjadi sumber karunia bagi Gereja. Tuhanlah yang mempersatukan setiap pribadi yang berbeda di dalam Gereja.

Selanjutnya Paulus membandingkan Gereja dengan tubuh kita yang unik di hadapan Tuhan dan sesama. Paulus berkata: “Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus.” (1Kor 12:12). Kita semua bisa membentuk satu komunitas sejati kalau setiap orang bisa mengambil bagian kehidupan komunitas. Masing-masing orang mempersembahkan talenta-talenta untuk melayani sesamanya. Seharusnya tidak ada perbedaan suku, agama, ras dan budaya di dalam Gereja. Bahkan kaum papa miskin pun dapat terbuka untuk memberi diri, waktu dan bakat-bakatnya demi kebaikan bersama. Apabila orang memiliki kerelaan untuk memberi diri maka Roh Allah akan turut bekerja di dalam dirinya dan menganugerahkan kemampuan-kemampuan yang tidak terduga untuk kebaikan bersama.

Paulus juga berkata: “Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya.” (1Kor 12:27). Perkataan Paulus ini bersifat meyakinkan lebih dalam lagi jemaat di Korintus bahwa mereka membentuk satu Tubuh Mistik Kristus. Mereka harus sadar diri bahwa masing-masing anggota jemaat membentuk tubuh Kristus sekaligus menjadi anggotanya. Untuk lebih meyakinkan lagi, Paulus berkata tentang tugas-tugas istimewa di dalam jemaat: “Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh.” (1Kor 12:28). Pada akhirnya Paulus menunjukkan satu kelompok khusus yakni mereka yang menerima karunia untuk berbicara dalam bahasa roh atau menafsirkannya.

Menurut saya, Paulus berhasil menggambarkan kebhinekaan Gereja tetapi tetap satu dalam Tubuh Kristus. Setiap orang yang dibaptis adalah warga Gereja yang menjadi elemen penting dalam satu Tubuh Mistik Kristus Yesus. Jadi setiap anggota jemaat, meskipun berbeda tetapi tetap satu, satu sama lain saling membutuhkan. Setiap orang bertugas menyumbangkan kharisma perseorangan untuk membangun Tubuh atau Jemaat.

Pengajaran Paulus ini masih sangat aktual di dalam Gereja, kalau kita kaitkan dengan hirarki dan pembaharuan-pembaharuan tertentu di dalam Gereja. Gereja memang membutuhkan Roh Kudus untuk membaharui semangat dari setiap anggota Gereja supaya sadar diri sebagai umat Allah. Ada orang yang dipilih Allah menjadi gembala maka mereka hendaklah menjadi gembala yang baik bagi domba yang dipercayakan. Domba tentu memiliki keunikan tertentu. Domba yang dipanggil dengan namanya sendiri bersatu dengan gembalanya bukan berlaku sebagai domba yang tersesat di dalam satu tubuh. Tuhan sudah melengkapi dengan kharisma yang membuat orang seharusnya makin bersatu dengan Tuhan bukan untuk menjadi sombong secara rohani.

Tuhan Allah kita adalah Allah orang hidup bukan Allah orang mati. Ia juga menghargai keunikan Tubuh manusia yang fana ini dan mengubahnya menjadi tubuh yang kekal kelak. Kisah dalam Injil tentang mukjizat yang dilakukan Yesus dengan membangkitkan pemuda dari Nain ini menunjukkan belas kasih Tuhan yang tiada habisnya dan selalu baru setiap hari bagi manusia. Belas kasih Tuhan dalam diri Yesus Kristus kepada ibu janda yang hanya memiliki putra tunggal, demikian juga belas kasih Yesus kepada putra tunggal yang meninggal dunia karena menjadi harapan bagi sang ibu janda itu. Tuhan Yesus hadir, mengunjungi umatNya dan menunjukkan kebesaranNya di tengah umat manusia. Zakarias, ayah Yohanes Pembaptis pernah berkata: “Terpujilah Tuhan Allah Israel karena Ia mengunjungi dan membebaskan umatNya” (Luk 1:68).

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini sangat menguatkan kita semua. Mari kita menyadari bahwa diri kita membentuk Tubuh Mistik Kristus dan bahwa Tuhan senantiasa mengunjungi dan menyelamatkan kita semua. Percaya dan baktikanlah dirimu kepada Tuhan.

Doa: Tuhan, terima kasih karena Engkau senantiasa mengunjungi dan membebaskan kami. Amen.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply