Homili 10 Oktober 2014

Hari Jumat, Pekan Biasa XXVII
Gal 3:7-14
Mzm 111:1-2.3-4.5-6
Luk 11:15-26

Hidup dari iman

Fr. JohnPada pagi hari ini saya membaca kembali sebagian tulisan Spe Salvi dari Paus Emeritus Benediktus XVI. Saya terkesan dengan sebuah kalimat yang dikutipnya dari Ibrani 11:1: “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat” (Spe Salvi,7). Pada kenyataannya banyak orang berpendapat bahwa dengan hanya percaya saja belumlah cukup. Mereka menghendaki supaya mengetahui apa yang mereka percayai. Saya teringat pada St. Thomas Aquinas yang berkata: “Saya tidak akan percaya jika saya tidak akan menyadari bahwa itu masuk akal.” St. Anselmus Canterbury berkata: “Credo, ut intelligam” artinya iman mencari pemahaman.

St. Paulus melanjutkan pengajarannya kepada jemaat di Galatia. Kali ini ia mengambil sebuah tema penting yakni iman. Baginya, “Mereka yang hidup dari iman, mereka itulah anak-anak Abraham.” (Gal 3:7). Perkataan Paulus ini berguna untuk menggugurkan status quo orang Yahudi yang berpikir bahwa mereka adalah segalanya bagi Tuhan meskipun hidup mereka sendiri jauh dari Tuhan. Dasar pemikiran Paulus adalah menurut Kitab Suci, Allah sendiri sudah membenarkan terlebih dahulu membenarkan orang-orang bukan Yahudi karena iman. Tokoh yang terkenal adalah Abraham sebagai Bapa kaum beriman. Allah memberitakan Injil kepadanya dan Tuhan sendiri berjanji: “Olehmu, segala bangsa akan diberkati.” Hidup dalam iman bagi Paulus berarti hidup dalam berkat Tuhan.

Selanjutnya Paulus juga mengatakan bahwa orang-orang benar hidup oleh iman tetapi dasar hukum Taurat bukanlah iman melainkan siapa yang melakukannya akan hidup karenanya. Paus Emeritus Benediktus XVI pernah berkata: “Yang kita percayai itu penting, tetapi yang lebih penting adalah Pribadi yang kepadaNya kita percaya.” Dialah Yesus Kristus. Maka iman kepada Kristus adalah segalanya. Dia telah menebus kita dari segala kutukan hukum Taurat. Dia rela menjadi kutuk karena kita sebagai manusia yang lemah. Hanya di dalam Yesus Kristus, mengalir segala berkat dari Abraham serta keturunannya. Kita diingatkan pada Magnificat di mana Bunda Maria berkata: “Ia menolong Israel, hambaNya karena Ia mengingat rahmatNya, seperti dijanjikanNya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya.” (Luk 1:54-55).

Iman kepada Kristus dapatlah mengubah seluruh hidup kita. Di dalam bacaan Injil kita mengetahui bahwa Yesus mengusir dari seorang suatu setan yang membisukan.Ketika setan itu keluar maka orang bisu itu dapat berkata-kata sehingga mengherankan banyak orang. Orang itu menjadi sembuh karena ia mengimani Yesus. Namunn demikian muncul sebuah masalah baru yakni perbuatan baik yang dilakukan Yesus tidaklah menjadi kesempatan bagi banyak orang untuk mengimaniNya. Hal yang terjadi adalah sebaliknya. Mereka justru mengatakan bahwa Yesus mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, sang Penghulu setan. Ada juga yang meminta satu tanda dari Surga kepadaNya untuk mencobai Dia. Situasi ini menunjukkan bahwa mereka belum mengimani Yesus, meskipun menyaksikan tanda-tanda heran.

Yesus mengetahui semua pikiran mereka sehingga ia mencoba menjelaskan identitas dirinya. Bagi Yesus, ketika tidak ada persekutuan maka Kerajaan atau keluarga mudah hancur. Demikian juga iblis akan hancur kalau dirinya terbagi-bagi. Realitas dalam masyarakat sosial saat itu adalah banyak orang juga yang mengusir setan. Yesus lalu berkata: “Siapa yang tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa yang tidak mengumpulkan bersama Aku, ia menceraiberaikan.” (Luk 11:23).

Sabda Tuhan pada hari ini menguatkan kita untuk bertumbuh dalam iman dan percaya kepada Tuhan. Orang yang beriman akan mencari kesatuan dengan Allah dan siapa mempercayai Allah dalam segala hal yang diwahyukanNya akan mengenal lebih dalam lagi PribadiNya. Kita mengenal Pribadi Yesus Kristus sebagai satu-satunya Tuhan dan Juru Selamat kita. Orang lain boleh meragukanNya, tetapi aku sendiri tidak akan meragukanNya. Saya mengakhiri homili ini dengan mengutip Henry Newman yang berkata: “Iman pada dasarnya adalah penerimaan suatu kebenaran yang tidak bisa diterima dengan nalar; semata-mata dan tanpa syarat atas dasar kesaksian.”

Doa: Tuhan, tambahkanlah iman kami. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply