Homili Hari Minggu Biasa XXVIII/A

Hari Minggu, Pekan Biasa XXVIII/A
Yes 25:6-10a
Mzm 23:1-3a.3b-4.5.6
Flp 4:12-14.19-20
Mat 22:1-14

Satu perjamuan untuk semua orang

Fr. JohnSaya selalu ingat pesta keluarga atau pesta rakyat di kampung-kampung. Biasanya sang pemilik pesta memiliki orang tertentu yang bertugas untuk mendaftar dan mengundang orang-orang untuk datang ke pesta itu. Biasanya keluarga dekat, sahabat dan kenalan diundang untuk hadir. Semua orang yang datang juga membawa sumbangan tertentu untuk memperingan jalannya pesta tersebut. Kebiasaan saling mengundang ke pesta merupakan bagian dari budaya dan masyarakat kita. Pada zaman Tuhan Yesus juga demikian. Orang-orang Yahudi suka membuat pesta dan mengundang banyak orang untuk ikut terlibat di dalam pesta tersebut. Itulah sebabnya Tuhan Yesus juga memberikan perumpamaan tertentu tentang sebuah pesta atau perjamuan nikah untuk menggambarkan suasana Kerajaan Allah.

Pada hari ini kita mendengar sebuah perumpamaan Yesus tentang perjamuan nikah anak raja. Ada tiga adegan dalam perumpamaan ini yakni pertama, para para hamba diutus untuk mengundang orang-orang tetapi mereka tidak mau datang sehingga sehingga dibinasakan. Kedua, para hamba pergi lagi untuk mengundang tamu-tamu baru. Ketiga, raja mengeluarkan tamu yang tidak berpakaian pesta.

Ketika para hamba diutus untuk mengundang orang-orang kelompok pertama, mereka langsung menolak sehingga raja itu harus mengundangnya untuk kedua kalinya dengan sapaan yang lebih akrab: “hidangan pesta sudah tersedia dan berlimpah rua.” Orang-orang ini kelihatan masa bodoh karena memiliki banyak urusan pribadi. Mereka juga menangkap, menyiksa dan membunuh para hamba yang diutus oleh raja. Orang-orang ini dibinasakan oleh pasukann raja. Setelah para undangan pertama ini gagal datang karena para undangan tidak mau datang maka raja menyuruh para hamba lagi untuk mengundang semua orang yang mereka jumpai baik di jalan-jalan keluar kota. Orang baik dan jahat dikumpulkan untuk mebgikuti pesta. Ketika raja menjumpai para tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. Orang itu dikeluarkan dari ruang pesta nikah anak raja. Memang banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang dipilih.

Kisah ini menarik perhatian kita karena orang yang mengundang adalah raja. Ia mengontrol seluruh peristiwa: mengundang, memanggil berulang kali, menjalankan hukuman, mengalihkan undangan kepada orang lain, mengunjungi para tamu dan mengeluarkan orang yang tidak berpakaian pesta. Raja adalah gambaran dari Tuhan Allah sendiri yang menunjukkan kesabaranNya terhadap manusia. Hanya saja manusia tidak sadar untuk menjawabi undangan Tuhan ini.

Kerajaan Allah digambarkan sebagai sebuah perjamuan nikah anak raja. Dalam pesta ini orang merasakan sukacita yang besar, kegembiraan, kebersamaan, keakraban dan kedamaian di dalam hidup. Namun sayang sekali karena orang-orang tidak mengindahkan undangan raja ini. Orang-orang lebih sibuk mengurusi dirinya sendiri dan lupa dengan Tuhan. Banyak orang menomorduakan Tuhan di dalam hidupnya dan lebih memprioritaskan pekerjaan dan aneka urusan peribadi. Meskipun demikian, raja yang tidak lain adalah Allah sendiri tetap menujukkan kebaikan hatiNya dengan mencari dan menyelamatkan manusia. Masih banyak orang yang bisa dipanggil untuk mengikuti perjamuan nikah anak raja ini.

Tuhan juga menunjukkan kasihNya tanpa batas kepada semua orang. Ia memanggil orang baik dan orang jahat untuk menikmati perjamuan Anak Domba. Orang baik masuk dan berbuat baik di dalam Gereja. Orang jahat masuk dan bertahan di dalam Gereja dan melakukan kejahatan-kejahatan di dalam Gereja. Orang jahat akan hidup menurut kehendaknya sendiri, sedangkan orang baik akan hidup menurut kehendak Allah. Orang jahat akan menang sendiri sedangkan orang baik akan berbuat baik untuk banyak orang.

Di dalam bacaan pertama, Yesaya menggambarkan suatu zaman keselamatan yang dilimpahkan oleh Tuhan. Tuhan yang menghidangkan suatu jamuan Hidangan yang disiapkan Tuhan diperuntukan bagi segala bangsa dengan masakan mewah, anggur tua benar, jamuan dengan lemak dan sumsum dan anggur tua yang disaring endapannya. Tuhan tidak hanya menjamu bangsa-bangsa dengan santapan lezat tetapi Ia juga akan mengoyakkan kain kabung yang diselubungkan pada bangsa-bangsa. Air mata mereka akan dihapus. Dosa-dosa mereka juga diampuni. Tuhan sungguh-sungguh mau menyelamatkan umatNya.

Yesaya menggambarkan sebuah zaman baru yakni zaman keselamatan. Semua insiatif berasal dari Allah. Ia berhak memanggil semua orang untuk merasakan perjamuannya. Suasana pesta ini penuh dengan sukacita, lagi pula semua dosa dan aib mereka sudah dihapuskan oleh Tuhan. Allah yang dinantikan itu datang untuk menyelamatkan. Umat Allah diingatkan juga untuk bersyukur dan bersukacita karena keselamatan yang boleh mereka rasakan.

St.Paulus dalam bacaan kedua mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas segala pengalaman hidup, baik dalam suka maupun duka. Ia berani bersaksi bahwa segala perkara dapat ditanggunya dalam Dia yang memberi kekuatan kepadanya. Dialah Yesus Kristus. Paulus juga berbangga dengan jemaat di Filipi yang menunjukkan rasa solidaritasnya dengan Paulus. Mereka juga mengambil bagian di dalam pengalaman penderitaan Paulus.

Sabda Tuhan pada hari ini sangat indah untuk kita renungkan. Tuhan kita itu baik. Ia memanggil anda dan saya untuk mengikuti perjamuan yang disiapkanNya bagi kita. Sebagai Gereja, Tuhan mengutus para gembala untuk menyadarkan kita supaya berjalan di jalan yang benar. Mari kita bersyukur kepada Tuhan karena Ia mengasihi kita apa adanya.

Doa: Terima kasih Tuhan, karena kasihMu berlimpah bagi kami. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply