Homili 4 November 2014

Hari Selasa, Pekan Biasa XXXI
St. Carolus Boromeus
Flp 2: 5-11
Mzm 22: 26b-27.28-30a.31-32
Luk 14: 15-24

Ia berkorban untuk keselamatan kita

Fr. JohnSaya pernah mengunjungi sebuah kapel seminari. Di dinding dekat altar perjamuan, terdapat salib Yesus Kristus yang besar. Ada tulisan yang inspiratif di samping salib itu: “Ia menderita, wafat dan bangkit bagi kita”. Saya membacanya beberapa kali sambil memandang salib Kristus dengan corpus yang besar. Ia berkorban untuk keselamatan kita semua. Sambil memandang salib Kristus, saya secara pribadi memeriksa bathin dan menemukan betapa banyak dosa dan salah yang saya lakukan sehingga Yesus bisa merelakan diriNya wafat di kayu salib.

Pada hari ini St. Paulus hari ini melanjutkan nasihatnya kepada jemaat di Filipi untuk memandang Yesus dan mengikuti jejakNya. Perikop kita hariini adalah sebuah himne Kristologis dalam liturgy kristiani. Ia menunjukkan sikap empatinya dengan manusia yang lemah dan berdosa. Ia mulai dengan mengajak jemaat supaya dalam kebersamaan mereka bisa menaruh pikiran dan perasaan di dalam Yesus Kristus. Jadi dengan mendengar Yesus dan InjilNya jemaat di Filipi diharapkan untuk sungguh-sungguh mengikuti jejak dan bersekutu denganNya.

Supaya nasihat ini bisa mujarab, Paulus (Flp 2:6-8), mengangkat enam kebajikan luhur dari Yesus Kristus: Pertama, Yesus, walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan. Kedua, Yesus telah mengosongkan diri-Nya sendiri (kenosis), Ketiga, Yesus mengambil rupa seorang hamba. Keempat, Yesus menjadi sama dengan manusia, Kelima, Yesus telah merendahkan diri-Nya. Keenam, Yesus taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Nilai-nilai luhur ini adalah bagian dari hidup Yesus sendiri: Allah yang rendah hati, mengosongkan diri, hamba, manusia, ketaatan, menerima kematian. Semua hal ini merupakan bagian hidup Yesus yang diwariskan kepada kita untuk mengikutiNya dari dekat.

Menurut Paulus, karena semua kebajikanNya ini maka Allah sangat meninggikan Dia, mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama. Nama Yesus yang mulia itu menaklukkan segalanya. Segala makhluk bertekuk lutut di hadiraNya. Segala lidah juga mengakui bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, bagi kemuliaan Allah Bapa. Dengan singkat bolehlah dikatakan bahwa kerendahan hati dan kematian bagi kita sebagai pengikut Kristus merupakan sarana untuk menikmati keselamatan dan kemuliaan dalam Tuhan. Tuhan Yesus mengasihi semua orang tanpa memandang siapa kita di hadiratNya. Segalanya adalah kasih dan kita dipanggil untuk tinggal di dalam kasihNya.

Di dalam bacaan Injil kita mendengar kisah tentang perjamuan. Sebelumnya kita mendengar Yesus menasihati orang yang mengundangNya untuk makan supaya mengundang orang-orang miskin, cacat, lumpuh dan buta. Orang-orang ini memiliki privilege untuk diundang makan karena mereka tidak akan membalasnya. Tentu saja Yesus menghendaki supaya Gereja memiliki opsi yang jelas dalam melayani kaum miskin dan papa. Bahwa orang miskin adalah bagian dari hidup kita dan kita memiliki tugas dan tanggung jawab untuk melayani sesama.

Pada hari ini Yesus mengarahkan pikiran kita untuk mengerti bahwa Tuhan menghendaki semua orang untuk memperoleh keselamatan. Tidak ada yang merasa diri status quo keselamatan tetapi bahwa itu adalah urusanNya Tuhan untuk menyelamatkan kita umatNya. Kerajaan Allah diumpamakan Yesus dengan sebuah perjamuan yang diselenggarakan. Semua orang diundang untuk menikmati perjamuan itu. Para hamba diminta untuk mengajak para tamu dan undangan bahwa segala sesuatu sudah siap tetapi orang yang diundang tidak menjawabi undangan itu. Masing-masing menyibukan diri dengan aneka pekerjaannya masing-masing. Tuan itu menjadi murka dan menyuruh para hamba untuk mengundang orang miskin dan cacat, orang buta dan lumpuh untuk memenuhi tenda tetapi masih ada tempat kosong juga. Tuan itu menyuruh hambanya untuk memanggil orang-orang di jalan untuk memaksa mereka mengikuti perjamuan. Meskipun semua orang diundang tetapi tuan itu juga berkata: “Tidak ada seorangpun dari orang-orang yang telah diundang itu akan menikmati jamuan-Ku.” (Luk 14:24).

Hal-hal indah yang muncul dalam kisah injil ini adalah pertama, tuan pesta itu murah hati sehingga menghendaki semua orang untuk ikut serta di dalam perjamuannya. Tuan itu tidak lain adalah Tuhan sendiri yang mengasihi semua orang, mengundang mereka untuk telibat di dalam perjamuannya di surga. Masalahnya ada pada manusia yang tidak membuka dirinya untuk menerima undangan Tuhan. Manusia masih mau membenarkan diri, mencari rupa-rupa alasan untuk menjauh dari Tuhan. Kedua, Perjamuan itu mengandaikan persekutuan pribadi-pribadi dan partisipasi dalam kebersamaan. Orang tidak hanya berkumpul dalam persekutuan tetapi masing-masing orang membaktikan diri untuk persekutuan.

Tuhan Yesus Kristus mengundang kita setiap hari untuk berpartisipasi dalam Ekaristi. Di dalam sakramen ini kita mau membangun persekutuan persaudaraan dengan Kristus dan di antara kita sebagai sesama manusia. Kita juga mau merasakan perjamuan sementara dan akan menjadi perjamuan kekal di surga. Kerinduan kita adalah merasakan perjamuan kekal di surga. Ini bisa terjadi karena jasa Yesus Kristus Tuhan kita.

Doa: Tuhan bantulah kami untuk melayani Engkau dengan tulus hati, Amen.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply