Homili 14 November 2014

Hari Jumat, Pekan Biasa XXXII
2Yoh: 4-9
Mzm 119:1,2,10,11,17,18
Luk 17:26-37

Mari kita saling mengasihi

Fr. JohnSaya pernah membaca sebuah kisah tentang kasih yang luar biasa dalam buku Max Lucado berjudul “You Changed my life”. Di kisahkan bahwa ada seorang pria yang mengalami luka bakar ketika berupaya menyelamatkan orang tuanya dari kebakaran rumah. Ia gagal menyelamatkan mereka, tetapi wajahnya rusak terbakar. Ia berpikir bahwa musibah yang dialami orang tua dan dirinya adalah hukuman dari Tuhan. Itu sebabnya ia tidak mau menemui siapa pun kecuali istrinya sendiri. Pada suatu kesempatan istrinya menemui dokter Maltz, seorang ahli bedah plastik untuk meminta bantuannya. Dokter menjamin bahwa ia akan mengembalikan wajah suaminya seperti semula. Tetapi sang istri tidak bersemangat karena ia tahu bahwa suaminya akan menolak bantuan dokter.

Apa yang terjadi selanjutnya? Sang istri meminta dokter untuk merusak wajahnya supaya mirip dengan wajah suaminya. Ia berkata: “Dokter, jika saya dapat berbagi penderitaan dengan suami saya, mungkin ia akan mengizinkan saya kembali ke dalam hidupnya.” Dokter itu merasa tergerak hati sehingga ia pergi menemui suaminya. Ia mengetuk pintu dan memperkenalkan dirinya sebagai dokter ahli bedah plastik dan berniat untuk menolongnya. Dari dalam kamar itu tidak ada satu respons pun. Dokter lalu menceritakan dari balik pintu bahwa sekiranya ia tidak mau keluar dan dibantu maka istrinya sudah meminta supaya wajahnya juga dirusak supaya bisa diterima kembali ke kehidupan. Ini adalah bukti kasih sang istri kepada suami. Dalam keadaan hening sesaat maka gagang pintu kamar pun terbuka. Cinta kasih mengalahkan segala keraguan.

Sambil membaca kisah suami istri ini, saya ingat perkataan Paulus: “Demikianlah tinggal ketiga hal ini yaitu iman, pengharapan dan kasih. Dan yang paling besar di antaranya adalah kasih.” (1Kor 13:13). Kasih itu segalanya.

Yohanes dalam suratnya mengajak kita untuk tetap tinggal di dalam ajaran Kristus. Mula-mula Yohanes merasa bangga dan bersukacita karena para muridnya hidup dalam kebenaran sesuai dengan perintah yang diterima dari Bapa. Perintah yang dimaksud adalah supaya mereka saling mengasihi satu sama lain (2Yoh 1: 5-6). Perkataan ini berasal dari Yesus sendiri: “Aku memberikan kepadamu perintah baru yaitu supaya kamu saling mengasihi sama seperti Aku telah mengasihi kamu.” (Yoh 13:34).

Mengapa Yohanes selalu menekankan perintah kasih di dalam komunitasnya? Yohanes berasalan bahwa ada banyak penyesatan yang muncul dan menyebar ke mana-mana. Para penyesat adalah anti Kristus yang berdalil untuk tidak mengakui Yesus Kristus yang telah datang sebagai manusia. Untuk itu Yohanes berharap supaya semua pengajarannya tidak hilang begitu saja tetapi apabila mereka bisa mengikuti dengan baik pengajaran itu maka mereka pun akan mendapat upah di surga. Bagi Yohanes, apabila orang tidak tinggal di dalam ajaran Kristus maka mereka berada di luar Allah dan tidak memiliki atau menjadi bagian dari Allah. Sebaliknya kalau orang tinggal di dalam ajaran Yesus Kristus maka ia memiliki Bapa dan Anak.

Tinggal bersama Tuhan berarti tinggal di dalam kasih. Ini juga yang selalu menjadi harapan Yesus supaya kita tinggal di dalamNya. Persoalan yang muncul adalah tentang kedatangan Yesus yang kedua dalam kemuliaan untuk mengadili orang yang hidup dan mati. Para muridNya sendiri bertanya kira-kira kapan saat itu sungguh-sungguh tiba. Yesus pernah berkata dengan tegas: “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di surga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa sendiri.” (Mat 24:36; Mrk 13:32). Oleh karena itu, ia hanya mengangkat contoh-contoh konkret dalam Kitab Suci yang menunjukkan rencana Allah untuk mendapatkan generasi baru yang layak di hadirat Tuhan. Nah, kisah tentang keluarga Nuh dan Lot menyadarkan kita akan pemurnian yang Tuhan lakukan bagi generasi manusia terutama ketika dosa semakin menjadi-jadi.

Tuhan Yesus sendiri menambahkan hal yang lebih serius dan membuat kita mawas diri untuk membaca tanda-tanda zaman. Yesus berkata: “Di mana ada mayat, di situ berkerumun burung nasar.” (Luk 17:37). Kematian menjadi saat di mana orang sadar diri bahwa hidup di dunia ini sifatnya hanya sementara maka harus selalu siap untuk hidup layak di hadirat Tuhan. Untuk itu Yesus menghimbau para muridNya: “Barangsiapa berusaha memelihara nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya, ia akan menyelamatkannya.” (Luk 17:33).

Sabda Tuhan pada hari ini membantu kita untuk siap menghadap Tuhan. Hal-hal praktis yang harus kita lakukan adalah: membangun sikap tobat. Ini berarti kita harus sadar diri bahwa kita orang berdosa dan mau mengakui dosa dan salah di hadirat Tuhan. Kita juga diarahkan untuk bertumbuh dalam kasih. Ini adalah perintah baru dari Tuhan yang harus kita lakukan hari demi hari. Hidup dalam kasih berarti menjadi bagian dari Tuhan.

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk bertobat dan bertumbuh dalam kasih. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply