Homili 17 November 2014

Hari Senin, Pekan Biasa XXXIII
Why 1:1-4;2:1-5a
Mzm 1:1-2.3.4.6
Luk 18: 35-43

Tuhan, Semoga Aku Melihat!

Fr. JohnKetika mengikuti sebuah acara Kebangunan Rohani Katolik (KRK), ada kesempatan untuk mendoakan umat yang hadir. Masing-masing umat yang mau didoakan secara pribadi datang ke hadapan pastor, menyebut intensi doanya dan pastor akan mendoakan dan memberkatinya. Ada seorang pemuda yang buta datang kepadaku. Ia berkata: “Romo, sampaikanlah kepada Tuhan Yesus supaya saya bisa melihat!” Saya sangat terharu dan mendoakannya. Saya yakin Tuhan Yesus pasti membuka mata hatinya untuk melihat. Ia kembali ke tempatnya dengan penuh sukacita.

Pada hari ini kita mendengar sebuah kisah Injil yang inspiratif bagi kehidupan kita. Yesus dalam perjalanan ke Yerusalem melewati kota Yeriko. Yeriko merupakan salah satu kota tertua di dunia dan menjadi jalur yang penting bagi setiap peziarah yang hendak berziarah ke Yerusalem. Ketika itu Yesus berjalan hendak memasuki kota Yeriko. Di dekat gerbang kota, ada seorang buta tanpa nama duduk sambil mengemis. Kemungkinan ia sudah mendengar banyak tentang Yesus. Mendengar banyaknya orang yang lewat di dekatnya ia bertanya apa yang sedang terjadi. Orang mengatakan kepadanya bahwa Yesus orang Nazaret sedang lewat.

Nama Yesus berarti Allah yang menyelamatkan. Orang ini merasa yakin bahwa Yesus pasti akan melakukan hal yang terbaik baginya. Dengan berani ia berseru: “Yesus Anak Daud, kasihanilah aku!” Orang buta ini unik. Ia tidak hanya mendengar tentang Yesus tetapi ia juga yakin bahwa Yesus bisa menyembuhkannya. Hal ini ditunjukkan dengan keberanian untuk berteriak minta tolong kepada Yesus. Dia juga berhadapan dengan sesama yang menghalanginya untuk bertemu dengan Yesus, tetapi ia tetap berusaha untuk melewati halangan tersebut dengan teriakannya: “Yesus Anak Daud, kasihanilah aku!”

Yesus mendengarnya, berhenti sejenak, membiarkan orang menuntunnya untuk mendekatiNya. Di sinilah terjadi pertemuan intim antara orang buta tanpa nama dan Yesus. Ia berani membuka dirinya dan berkata dengan tulus kepada Yesus: “Tuhan supaya aku dapat melihat.” Tuhan melihat imannya dan menyembuhkannya. Dampaknya adalah ia mengikuti Yesus, memuliakan Allah bersama dengan semua orang di Yeriko.

Kisah penyembuhan orang buta ini merupakan sebuah katekese tentang pertumbuhan iman kepada Yesus. Yesus adalah Anak Daud, sedang berjalan menuju ke Yerusalem untuk menyelamatkan semua orang. Ia melawati umatNya dan menyembuhkan mereka. Ia juga berjalan dalam lorong-lorong kehidupan kita untuk menjamah dan menyembuhkan sakit penyakit kita.

Sikap bathin yang harus kita bangun adalah menyerupai si buta yang beriman ini. Artinya kita harus berani membuka diri kepada Tuhan dan berani mengatasi segala kesulitan yang ada di hadapan kita. Ini tentu mengandaikan iman yang sudah dimeteraikan di dalam hati kita. Orang buta dan miskin ini sedang duduk dan mengemis. Ketika mendengar tentang Yesus, ia berteriak dan mengenal Yesus sebagai Mesias, Anak Daud. Ini sebuah pengengakuan iman yang paling awal sebelum mengenal Yesus sebagai Tuhan yang bisa menyembuhkan. Kita pun seharusnya sama dengannya ketika tanpa malu-malu kita berkata: “Tuhan semoga aku bisa melihat.”

Mungkin saja dalam hidup kita, kita suka menghalangi sesama untuk berjumpa dengan Yesus. Kita beranggapan bahwa kita memiliki mata untuk melihat sedangkan orang lain buta. Kita memang memiliki mata yang bisa melihat tetapi kalau mata hati kita buta maka yang ada hanya dosa yang menguasai hidup kita. Kita justru menjadi buta secara rohani. Kesadaran baru yang harus kita miliki adalah mengantar saudara-saudari kita untuk menjadi dekat dengan Yesus dan biarlah Yesus yang menyembuhkan.

Perikop Injil hari ini membantu kita untuk bisa tekun berdoa. Orang buta itu berteriak minta tolong supaya disembuhkan, kita juga berteriak minta tolong kepada Tuhan di kala mengalami kesulita di dalam hidup. Kita tidak bisa menyelesaikan segala persoalan kita sendiri. Kita butuh Tuhan Yesus untuk menjamah menyembuhkan. Setelah mengalami kesembuhan, kita juga perlu bersyukur kepada Tuhan dan kalau boleh mengikutiNya dari dekat.

Tuhan, semoga saya bisa melihat! Seruan yang sama bisa kita ucapkan ketika mengikuti Ekaristi. Apakah kita bisa melihat Yesus yang berbicara, yang menulis surat cintaNya kepada kita melalui Sabda dalam Ekaristi? Apakah kita bisa melihat Yesus yang hadir dalam sakramen mahakudus? Mari kita memohon supaya Ia membuka mata hati kita untuk melihat dan mengasihiNya.

Yohanes dalam bacaan pertama menghimbau kita untuk bertobat. Tuhan mengasihi kita tanpa batas tetapi kita membalas kasihNya dengan perbuatan salah dan dosa. Itu sebabnya hal terbaik yang seharusnya kita lakukan adalah membangun semangat tobat. Inilah nasihat yang bagus: “Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.” Orang yang bertobat itu mata hatinya terbuka untuk melihat dan bersatu dengan Tuhan.

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk bertobat dan kembali ke jalanMu. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply