Homili 18 November 2014

Hari Selasa, Pekan Biasa XXXIII
Why 3:1-6.14-22
Mzm 15:2-3ab.3cd-4ab.5
Luk 19:1-10

Bertobat secara radikal

Fr. JohnPenginjil Lukas melaporkan kelanjutan perjalanan Tuhan Yesus ke Yerusalem dengan melewati kota Yerikho. Setelah menyembuhkan orang buta yang miskin di gerbang kota tua ini (Luk 18:35-43), Yesus perlahan-lahan memasuki kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu. Yerikho dikenal cukup ramai disinggahi oleh orang-orang dari seberang sungai Yordan dan tanah Arab untuk berziarah ke Yerusalem. Demikian juga orang-orang dari daerah Galilea bisa melewatinya menuju ke Yerusalem seperti dilakukan Yesus dalam kisah ini.

Apa yang unik ketika Yesus melewati kota Yerikho? Penginjil Lukas mengisahkan perjumpaan antara Yesus dan Zakheus. Yesus barusan membuat heboh di Yerikho karena menyembuhkan orang buta dan orang buta yang sudah sembuh itu sedang mengikuti Yesus. Banyak orang terpesona dengan mukjizat ini. Kemungkinan besar Zakheus juga mendengar keramaian itu dan coba melihat dari dekat siapakah Yesus itu. Pekerjaan Zakheus adalah kepala pemungut cukai, dengan tambahan: “dia orang kaya”. Halangan yang langsung dirasakannya adalah tubuhnya pendek sehingga tidak bisa melihat Yesus secara langsung. Ia mencari jalan pintas dengan memanjat pohon ara supaya leluasa melihat Yesus yang nantinya melintasi daerah itu.

Maksud hati Zakheus melihat Yesus lebih dahulu tetapi ternyata Tuhan Yesuslah yang melihatnya lebih dahulu. Di sinilah perjumpaan yang mengubah seluruh hidup Zakheus. Dengan profesinya sebagai kepala pemungut cukai yang memperkaya dirinya dengan mengambil pajak dari berbagai sektor, termasuk pajak jalan bagi orang-orang asing dari seberang sungai Yordan dan tanah Arab, ia pasti dikucilkan oleh masyarakat sosial. Tidak ada orang yang melihat dan menyapanya dengan penuh kasih sebagaimana dialaminya bersama Yesus. Yesus berkata: “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.” (Luk 19:5). Zakheus merasa dikasihi, merasa bahwa hidupnya masih bernilai di hadapan Yesus. Kebaikan Yesus inilah yang mengubah seluruh hidup Zakheus.

Zakheus yang sedang merasa dikasihi Tuhan itu membawa Yesus ke rumahnya. Ini menimbulkan rasa bersungut-sungut. Ini menjadi kesempatan Zakheus membuktikan sikapnya yang legowo. Ia berdiri dan berkata dengan jujur: “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.” (Luk 19:8). Perkataan Zakheus ini merupakan tanda pertobatannya yang paling mendalam, sebuah metanoia yang radikal. Orang-orang yang hadir tentu disadarkan kembali akan aturan main dalam hukum Taurat untuk mengembalikan barang-barang curian.

Reaksi Yesus pada akir perikop Injil kita hari terungkap dalam kata-kata ini: “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.” (Luk 19:9-10). Yesus memang membenci dosa-dosa dan menghancurkannya tetapi sangat menyayangi kaum pendosa. Kebaikan hati Yesus mengubah hidup Zakheus dalam kegelapan menjadi hidup bermartabat di hadirat Allah.

Kisah Injil hari ini merupakan sebah kateses yang sangat bagus. Tuhan Yesus selalu berjalan dalam lorong-lorong kehidupan manusia. Ia mengenal hati setiap orang dan berusaha untuk mengasihi mereka. Kasih Yesus bisa mengubah secara radikal hidup manusia. Dalam kisah perjumpaan dengan Zakheus, Yesuslah yang pertama melihat dan menyapanya padahal Zakheus sudah berencana untuk melihat Yesus dan membiarkan Yesus lewat saja. Rencana manusia berbeda dengan rencana Tuhan. Sikap Yesus ini mengoreksi hidup kita setiap hari yang lebih suka menghakimi kaum pendosa dari pada mendoakan dan berbuat baik kepada mereka supaya mereka juga bermetanoia.

Kita seharusnya malu dan banyak belajar dari Zakheus. Ia memiliki profesi yang bagus sebagai kepala pemungut cukai, orang kaya, tetapi di hadirat Tuhan ia hanya seorang manusia sederhana. Ia merasakan penolakan dari orang-orang di sekitarnya tetapi di hadirat Tuhan ia merasakan penghargaan yang luar biasa. Ia percaya diri dan merasa masih dikasihi Yesus. Ia harus turun dan bersatu dengan Tuhan Yesus yang meskipun Allah rela merendahkan diriNya.

Sapaan kasih Yesus ini mengubah hidup Zakheus.Ia mengembalikan semua yang bukan miliknya empat kali lipat, bahkan setengah harta pribadi dari honorariumnya dibagikan kepada kaum papa miskin. Pengalaman Zakheus, harusnya menjadi pengalaman kita semua. Ketika sedang menikmati dosa, Tuhan datang untuk menyapa kita. Masalahnya adalah apakah kita sadar dan mau membuka diri kepada Tuhan dan kasihNya yang abadi.

Negeri kita masih dikuasai oleh orang-orang sejenis Zakheus. Banyak orang tidak merasa malu ketika melakukan korupsi. Sektor perpajakan itu sangat potensial untuk membantu pendapatan negara tetapi di negara kita justru lembaga perpajakan kehilangan kredibilitasnya karena korupsi. Hari ini Presiden Joko Widodo dan kabinetnya menaikan harga Bahan Bakar Minyak. Tujuannya memang baik yakni untuk menghemat dan kesejahteraan. Masalahnya adalah apakah ada orang yang masih punya hati nurani sehingga tidak lagi melakukan korupsi. Barang-barang kudus seperti Al-quran dan iabadah haji saja disalahgunakan. Jadi kejahatan itu sudah meraja lela. Nah, kita butuh Tuhan yang menyapa dengan penuh kasih supaya orang bisa bertobat.

Semangat pertobatan juga diungkapkan Yohanes dalam bacaan pertama. Tuhan bersabda: “Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah! Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.” (Why 3:19-20). Apakah kita berani membuka diri kepada Tuhan dan merasakan kerahimanNya? Mari kita bertobat secara radikal seperti Zakheus dan mempersilakan Dia tinggal di dalam diri dan rumah kita masing-masing.

Doa: Tuhan, bangunlah semangat tobat dalam hati kami. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply