Homili Hari Minggu II Adven/B

Hari Minggu Adven II/B
Yes 40: 1-5.9-11
Mzm 85:9ab-10.11-12.13-14
2Ptr 3:8-14
Mrk 1:1-8

Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya

Fr. JohnAda seorang biarawan yang datang menemui kepala biaranya. Ia mau menyampaikan suka dan dukanya selama sebulan terakhir. Satu hal yang baginya sulit untuk bisa diatasi adalah bagaimana menghayati nasihat-nasihat Injil sebagai orang yang taat, miskin dan murni, yang diikrarkannya di hadapan Tuhan dan sesama beberapa tahun yang lalu. Ia merasa sulit sekali menjadi orang yang taat kepada Tuhan dan sesama terutama pimpinan biaranya. Reaksi pimpiminan biara adalah, Pertama, ia mengatakan rasa syukurnya kepada Tuhan karena Tuhan sendiri sudah menyadarkan biarawan muda dari kelemahan yang sedang dialaminya. Kedua, ia menyadarkan biarawan muda itu bahwa ketiga nasihat Injil yakni hidup taat, miskin dan murni adalah satu kesatuan. Orang bisa hidup taat dengan sendirinya bisa menghayati kehidupan miskin dan murni. Orang bisa hidup dalam semangat miskin dengan sendirinya bisa taat dan murni. Orang bisa hidup murni, dengan sendirinya bisa taat dan miskin. Ketiga, Ia mengingatkan biarawan muda itu untuk mengingat kembali kata-kata indah ketika mengucapkan janji setianya: “Demi Allah, saya berjanji…” atau ketika mengakhiri janjinya: “Demikian janji saya di hadapan Allah dan Injil suci.” Biarawan muda itu menyadarinya dan mencoba kembali kepada Tuhan. Ia baru sadar bahwa janji atau kaul-kaulnya diucapkan “demi nama Tuhan” bukan demi dirinya sendiri.

Ada juga sepasang suami dan istri yang sedang mengalami kegoncangan dalam keluarga. Mereka mendatangi counselor perkawinan untuk berkonsultasi, sampai menghadap pastor yang memberkati pernikahan mereka untuk membicarakan rencana pisah ranjang. Hanya ada satu jawaban yang sama: “Ingat, ketika menikah, kalian mengucapkan janji demi Allah dan Injil suci.” Pasutri yang sedang bergejolak itu akhirnya menyadari bahwa janji pernikahan yang diucapkan itu tidak boleh diingkari atau dilupakan karena diikrarkan demi Allah dan Injil Suci. Banyak kali orang mudah mengingkari janjinya meskipun telah berjanji di hadapan Tuhan. Para biarawan dan biarawati melupakan kaul kebiaraan sebagai sebuah komitmen, para pasutri melupakan janji perkawinan, para birokrat melupakan sumpah jabatan. Ketika orang tidak setia pada janji yang diikrarkan ia selalu hidup dalam bahaya. Itu sebabnya sangat diperlukan kesetiaan dalam menghayati panggilan.

Siapa yang paling setia memegang janji? Hanya ada satu jawaban pasti yakni Tuhan. Tuhan tidak pernah ingkar janji. Ia setia menepati janjiNya kepada manusia. Daud pernah bersyukur dengan berkata kepada Tuhan: “Segala jalan Tuhan adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjianNya dan peringatan-peringatanNya.” (Mzm 25:10). Di tempat lain Daud mengakui: “Aku telah bersumpah dan aku akan menepatinya, untuk berpegang pada hukum-hukumMu yang adil.” (Mzm 119:106). Tuhan sendiri melalui nabi Yeremia berjanji: “Sesungguhnya, waktunya akan datang bahwa Aku akan menepati janji yang telah Kukatakan kepada kaum Israel dan kaum Yehuda.” (Yer 33:14).

Perhatikan kembali kisah biarawan muda dan pasutri dalam kisah-kisah di atas. Bolehlah dikatakan bahwa manusia di hadapan Tuhan boleh berjanji, tetapi sejauh janji itu tidak menjadi komitmen pribadi yang jelas dan melibatkan Tuhan dalam komiten ini maka janji akan tetap tinggal janji. Ini hanya janji bohong-bohongan. Hanya Tuhanlah yang paling setia dalam berjanji dan menepatinya. Manusia mudah sekali ingkar janji, Tuhan setia menepati janjiNya.

St. Petrus dalam bacaan kedua membantu kita untuk membangun harapan akan janji Tuhan untuk memberikan langit dan bumi yang baru. Tuhan memiliki waktu yang istimewa, yang berbeda dengan kategori waktu manusia. Petrus berkata: “Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari.” (2Ptr 3:8). Waktu untuk menanti kedatangan Tuhan itu tidak sama dengan waktu dalam perhitungan manusia, tetapi yang jelas Tuhan akan datang pada waktunya.

Apa yang diungkapkan Petrus dalam suratnya ini merupakan sebuah janji dari Tuhan, oleh karena itu kita harus memiliki harapan pasti kepada Tuhan karena Ia setia pada janjiNya. manusia boleh lalai dan ingkar janji tetapi itu tidak akan terjadi pada Tuhan. Petrus berkata: “Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.” (2Ptr 3:9). Petrus juga menasihati kita supaya dalam masa adventus ini kita selalu siap menanti kedatangan Tuhan karena hari Tuhan itu seperti pencuri. Dunia ini akan berlalu dan Tuhan akan menganugerahkan langit dan bumi yang baru. Harapan Petrus adalah supaya kita hidup kudus dan tak bercacat di hadirat Tuhan dan berdamai denganNya.

Apa yang harus kita lakukan untuk merasakan kehadiran Tuhan yang selalu menepati janji untuk menyelamatkan kita? Di dalam bacaan Injil, kita dibantu oleh Penginjil Markus untuk memandang figur Yohanes Pebaptis yang setia kepada Tuhan dan janjiNya. Yohanes adalah utusan yang datang mendahului Yesus Kristus. Tugasnya adalah menyiapkan jalan, meluruskannya untuk Tuhan. Semangat pertobatan menjadi seruan yang penting sekaligus ajakan yang mengubah hati banyak orang. Pertobatan ditandai dengan kesediaan diri untuk dibabptis dengan air sebagai lambang pertobatan. Yohanes juga tampil sebagai pribadi yang sederhana dan rendah hati. Ini merupakan sikap bathin yang harus kita miliki selama masa adventus ini. Orang yang hidup miskin dan rendah hati di hadirat Tuhan akan setia dalam mengasihi Allah dan melakukan kehendakNya. Yohanes Pembaptis sudah berhasil melakukannya, maka bagaimana dengan anda dan saya?

Sejalan dengan Injil, Tuhan melalui nabi Yesaya dalam bacaan pertama juga menyerukan kepada umat Israel di babilonia untuk menyiapkan jalan bagi Tuhan. Ajakan ini merupakan sebuah hiburan yang bagus bahwa Tuhan ada dan tetap mengasihi umatNya. Tuhan berkata: “Hiburkanlah, hiburkanlah umat-Ku. Tenangkanlah hati Yerusalem dan serukanlah kepadanya, bahwa perhambaannya sudah berakhir, bahwa kesalahannya telah diampuni, sebab ia telah menerima hukuman dari tangan TUHAN dua kali lipat karena segala dosanya.” (Yes 40:1-2). Nabi Yesaya juga mengingatkan umat Israel untuk membangun semangat pertobatan sejati. Tuhan berjanji untuk menghibur dan membebaskan umat Israel dari negeri asing, dan Tuhan sungguh-sungguh menepatinya.

Sabda Tuhan pada hari Minggu Adventus II ini menyadarkan kita untuk menantikann Tuhan dengan komitmen pribadi untuk setia pada janji-janji hidup kita. Tuhan tidak lalai menepati janjiNya. Kedatangan Yesus Kristus ke dunia merupakan bukti bahwa Tuhan tidak pernah lalai menepati janjiNya. Ia setia kepada manusia yang tidak setia. Kita berjumpa dengan Yohanes Pembaptis, model manusia yang setia dalam panggilannya. ia sederhana dan rendah hati dalam menyiapkan jalan Tuhan. Mari kita menata kembali komitmen kita untuk kembali kepada Tuhan. Bertobatlah dan baharuilah hidupmu.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply