Homili 11 Desember 2014

Hari Kamis, Pekan Adven III
Yes 41:13-20
Mzm 145:1.9.10-11.12-13
Mat 11:11-15

Jangan Takut!

Fr. JohnA.de Mello, SJ dalam bukunya Burung Berkicau, mengisahkan sebuah pengalaman rohani, terinspirasi dari pengalaman pribadi St. Petrus setelah menyangkal Yesus. Ketika itu ayam berkokok tiga kali. Tuhan memandangnya dan ia pun keluar dan menangis tersedu-sedu karena sudah menyangkal Yesus. Petrus sangat takut dengan Yesus. De Mello lalu bercerita: “Hubunganku dengan Tuhan cukup baik. Aku biasa memohon sesuatu kepadaNya, berbicara denganNya, memujiNya, bersyukur kepadaNya. Tetapi sudah lama aku merasa kurang enak. Sebab, aku selalu merasa, bahwa Ia ingin agar aku memandang mataNya. Dan aku tidak mau. Aku mau berbicara, tetapi aku melihat ke arah lain dan kalau kurasa Ia memadangku, selalu aku berpaling ke arah lain. Dan aku tahu apa sebabnya. Aku takut. Kusangka, di sana aku akan menghindari tuduhan dosa yang belum kusesali. Kukira di sana aku menghadapi suatu tuntutan: ada sesuatu yang diinginkanNya dariku. Akhirnya pada suatu hari kukumpulkan seluruh keberanian dan kupandang Dia! Tidak ada tuduhan. Tidak ada tuntutan. Matanya hanya berkata: “Aku mencintaimu!” Lama aku memandang mata itu. Dengan tajam dan penuh perhatian. Satu-satunya pesan masih tetap sama: “Aku mencintaimu!” Seperti Petrus, aku keluar dan menangis.”

Kita berada dalam masa adventus. Salah satu hal penting dalam masa ini adalah kesediaan bathin untuk membangung semangat pertobatan. Para Pastor di paroki-paroki memiliki kesibukan khusus menyongsong perayaan natal dengan tugas melayani sakramen tobat kepada segenap umat. Ini menjadi kesempatan bagi umat untuk merasakan tatapan mata penuh belas kasih dan kerahiman dari Tuhan Yesus. Mungkin banyak di antara kita yang tidak berani memandang mata Yesus karena banyaknya dosa yang sudah kita lakukan. Ada ketakutan terselubung dan rasa malu ketika hendak memandang mata Yesus. Tetapi saya tetap yakin, Ia akan berkata: “Tenanglah, Aku ini. Jangan takut.” (Yoh 6:20).

Perkataan Yesus ini pernah diungkapkan Allah Bapa melalui nabi Yesaya. Ia berkata: “Sebab Aku ini, Tuhan, Allahmu, memegang tangan kananmu dan berkata kepadamu: “Janganlah takut, Akulah yang menolong engkau.” (Yes 41:13). Kata-kata Tuhan ini merupakan kata-kata peneguhan dari Bapa kepada anak-anakNya. Ia mewahyukan diriNya sebagai Tuhan Allah yang memegang tangan dan memberi pertolongan yang selalu tepat pada waktunya. Tuhan menjadi penolong dan penebus umat Israel. Dialah Yang Mahakudus, Allah Israel.

Selanjutnya, Tuhan berjanji akan memihak Israel. Ia akan menjadikannya sebagai papan pengirik yang tajam dan baru, dengan demikian Israel akan mengirik gunung-gunung dan menghancurkannya. Israel akan bersorak-sorai di dalam Tuhan dan bermegah di dalam Yang Mahakuasa, Allah Isarel. Tuhan juga berjanji untuk melindungi kaum papa dan miskin. Ia tidak akan meninggalkan mereka. Ia bahkan berjanji untuk membuat sungai-sungai di gunung dan mata air menjadi telaga di padang gurun. Dengan demikian semua orang akan mengenal Tuhan sebagai pencipta semesta alam.

Apakah anda pernah merasa takut dan malu di hadirat Tuhan? Banyak di antara kita menjawab ya. Tuhan Yesus ternyata sangat berbeda. Ia mengasihi kita apa adanya. Kita boleh merasa takut karena dosa dan salah yang sudah kita perbuat, tetapi Ia tetap mengatakan kasihNya kepada kita. Ia tidak berhenti memandang dan berucap: “Aku mengasihimu!” Ia melihat iman dan kepercayaan kita kepadaNya.

Setelah Yesus mengajak para murid untuk datang kepadaNya karena Ia lemah lembut dan rendah hati, kali ini Ia memuji Yohanes Pembaptis. Ia berkata: “Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya.” Yohanes lebih agung dari semua orang tetapi tidak melebih Yesus yang terkecil dalam Kerajaan Allah. Yohanes adalah Elia baru, utusan Tuhan yang datang untuk menyerukan pertobatan bagi banyak orang. Ia menjadi suara yang berseru di padang gurun, yang membaptis dengan air sebagai tanda pertobatan untuk menyiapkan manusia menyambut sang Mesias dengan semangat kesederhanaan.

Yohanes Pembaptis adalah Elia baru yang tidak mengenal rasa takut. Seruan tobatnya sangat tajam kepada semua orang sehingga perilaku mereka bisa berubah. Ia berkata kepada para prajurit: “Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu.” (Luk 3:14). Ia juga menegur Herodes Antipas yang mengambil Herodias istri Filipus saudaranya (Mat 14:4).

Pada hari ini kita memperoleh kekuatan baru dari Tuhan untuk berani bersaksi karena Kerajaan Sorga yang dihadirkan Yesus sedang diserong dan orang yang menyerongnya mencoba menguasainya. (Mat 11:12). Banyak musuh dari dalam dan luar Gereja. Kita butuh Tuhan untuk melindungi Gereja.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply