Homili Hari Minggu Adventus III/B – 2014

Hari Minggu Adventus III/B
Yes 61:1-2a.10-11
Mzm (Luk) 1:46-54
1Tes 5:16-24
Yoh 1:6-8.19-28

Jangan berhenti membawa terang

Fr. JohnBeberapa hari yang lalu saya mengunjungi sebuah komunitas biara para suster. Di ruang makan terdapat hiasan-hiasan yang memperindah masa adventus. Ada sebuah kalimat yang indah: “Jangan berhenti membawa terang”. Saya merasa bahwa tulisan ini membakar semangat semua orang yang sedang siap untuk menanti kedatangan Tuhan. Tuhan Yesus adalah terang sejati yang kita nantikan. Dengan sakramen pembaptisan kita memiliki tugas untuk membawa terang kepada sesama yang lain. Terang Tuhan juga membantu kita untuk bersukacita dalam Tuhan.

Pada hari Minggu Adventus III dikenal juga dengan nama hari Minggu Gaudete atau hari Minggu Sukacita. Lilin adven yang dinyalakan warnanya pink sebagai simbol sukacita dan kebahagiaan. Bacaan-bacaan liturgi hari ini mengarahkan kita menuju kepada Terang yang juga menjadi sumber sukacita bagi kita. Nabi Yesaya dalam bacaan pertama mengatakan: “Aku bersukaria di dalam Tuhan, jiwaku bersorak-sorai di dalam Allahku.” Mengapa nabi Yesaya mengakui dirinya bersukaria di dalam Tuhan? Yesaya merasakan pengalaman rohani yang sangat luhur. Pertama, ia merasakan kehadiran Roh Tuhan yang mengurapinya. Roh Tuhan juga mengutusnya untuk menyampaikan kabar gembira (Injil) kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hatinya. Ia juga memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara. Kedua, Tuhan mengenakan pakaian keselamatan kepadanya dan menyelubunginya dengan jubah kebenaran. Pakaian keselamatan yang sama itu mau dibagikan kepada umat Israel yang saat itu barusan kembali dari Babel, sebuah negeri asing. Mereka harus menata kehidupan baru di negerinya sendiri. Tuhan hadir sebagai penghibur umatNya di kala mereka dilanda kesulitan.

St. Paulus dalam bacaan kedua, mengingatkan jemaat di Tesalonika untuk tetap bersukacita karena kehadiran Roh Kudus. Mengapa jemaat di Tesalonika harus senantiasa bersukacita? Bagi Paulus, bersukacita adalah kehendak Tuhan. Mereka diingatkan juga untuk tekun berdoa dan mengucap syukur kepada Allah yang setia. Dengan bersukacita, berdoa dan bersyukur maka jemaat bisa bertumbuh dalam kekudusan. Mereka boleh dijauhi dari kejahatan. Paulus juga berharap: “Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat sampai pada hari kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita.” Sukacita adalah kehendak Tuhan dan membantu kita untuk bertumbuh dalam kekudusan.

Penginjil Yohanes menghadirkan figur Yohanes Pembaptis. Ia pernah bersukacita di dalam rahim ibunya ketika berjumpa dengan Yesus dalam rahim Bunda Maria. Yohanes menyadari tugas perutusannya. Ia laksana suara yang berseru untuk menyiapkan umat menyambut kedatangan Mesias. Apa yang dilakukan Yohanes? Ia menghayati hidup askesis dalam hal makanan dan pakaian dan ia menyerukan pertobatan dengan membatis banyak orang. Ia juga menunjukkan kerendahan hatinya terutama ketika identitasnya dipertanyakan. Ia berkata: “Aku bukan Mesias” Ia juga mengaku bukan Elia atau salah seorang nabi. Ia mengaku tidak layak untuk membungkuk dan membuka tali sepatuNya. Yohanes menghadirkan sukacita dalam kesaksian hidupnya yang sederhana.

Apa yang mau dikatakan Sabda Tuhan pada hari ini?

Pertama, Tuhan memanggil kita untuk menjadi saksi Terang supaya semua orang percaya kepadaNya. Yohanes Pembaptis datang untuk menjadi saksi Terang. Paulus menjadi terang bagi jemaat di Tesalonika karena melalui dia, banyak orang merasakan kehadiran Roh Kudus. Nabi Yesaya membawa terang Injil kepada umat Israel yang pernah merasakan kegelapan di Babel dan kini mendiami kembali Yerusalem. Kita ingat kembali Tuhan Yesus yang pernah bersabda: “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan BapaMu yang di Surga” (Mat 5:16). Tuhan Yesus sebagai Terang dunia (Yoh 8:12) membantu kita untuk membawa terangNya kepada sesama yang masih meringkuk dalam kegelapan.

Kedua, Tuhan memanggil kita untuk membawa sukacita kepada sesama. St. Paulus berkata: “Bersukacitalah senantiasa”. Ini adalah kehendak Tuhan untuk membawa sukacita kepada sesama: yang menderita sengsara, yang remuk hati, para tawanan dan mereka yang berada di dalam penjara. Sukacita itu berasal dari Tuhan Allah Roh Kudus dan tugas kita adalah membaginya kepada mereka. Untuk bisa membawa sukacita dalam Tuhan kita harus memilikinya. Apakah Roh Kudus tinggal di dalam hatimu juga?

Perayaan natal semakin dekat. Mari kita medekatkan diri kita kepada Yesus Kristus Tuhan kita. Dialah pembawa sukacita yang dinanti-nantikan manusia. Dialah Terang sejati dambaan manusia. Dialah kedamaian hati yang diharapkan manusia. Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan!

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply