Homili 17 Desember 2014

17 Desember 2014
Kej 49:2,8-10
Mzm. 72:1-2,3-4ab,7-8,17
Mat. 1:1-17

Sungguh Manusia, Sungguh Allah!

Fr. JohnKita sedang berada di masa novena menjelang perayaan Natal tahun 2014. Sabda Tuhan pada hari ini memberikan satu dasar yang kokoh tentang rencana keselamatan dari Tuhan Allah. Untuk menyelamatkan manusia, Tuhan Allah rela menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus, masuk dalam sejarah hidup manusia dan tinggal di tengah-tengah manusia (Yoh 1:14). Dengan menjadi manusia maka Ia dapat mengangkat kita sebagai manusia untuk memiliki martabat sebagai anak-anak Allah. Yesus Kristus lalu menjadi saudara kita se-Bapa. Semuanya ini bukanlah rekayasa manusia tetapi sudah dinubuatkan di dalam Kitab Suci.

Di dalam bacaan pertama, kita berjumpa dengan Yakub atau Israel. Ia mengumpulkan keturunannya untuk mengatakan kata-kata perpisahan yang akan dialami mereka di kemudian hari dengan satu harapan bahwa mereka mendengarnya. Semua anaknya memiliki kekuatan dari Tuhan tetapi yang namanya selalu dikenang dalam sejarah keselamatan adalah Yehuda.

Mengapa Yehuda akan selalu dikenang turun temurun seperti ayahnya Yakub? Ada beberapa alasan berikut ini: Pertama, Yehuda memiliki kekuasaan ilahi. Ia akan dipuji oleh saudara-saudaranya, tangannya akan menekan tengkuk musuhnya, kepadanya akan sujud anak-anak ayahnya (Kej 49:8). Kekuasaan besar itu berasal dari Tuhan sehingga musuh-musuhnya pun bisa ditaklukan dengan mudah. Kedua, Yehuda memiliki kekuatan yang besar dan tak seorang pun dapat menaklukkannya. Dia laksana singa yang siap menerkam musuhnya (Kej 49:9). Ketiga, Keturunan Yehuda menjadi raja. Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya, sampai dia datang yang berhak atasnya, maka kepadanya akan takluk bangsa-bangsa (Kej 49:10).

Perkataan Yakub ini menyiaratkan munculnya seorang yang akan menjadi raja dari keturunan Yehuda. Yakub melihat di dalam diri anaknya potensi yang luar biasa dan bahwa Tuhan bekerja di dalam dirinya. Kekuasaan sebagai raja disimbolkan dengan lambang singa. Dikemudian hari dalam monarki Daud akan ada tongkat kerajaan. Tetapi lebih dari Daud sebagai raja, umat Israel menanti sang Mesias. Suara Yakub ini menjadi salah satu acuan penantian Mesias di dalam Kitab Perjanjian Lama. Di dalam pikiran Yakub Allah turut bekerja, karena keturunannya Yehuda dan raja Daud akan muncul Yesus, sang Mesias sejati.

Di dalam bacaan Injil kita mendengar silsilah keturunan Yesus Kristus. Injil Matius memulai dengan kalimat yang bagus: “Inilah silsilah Yesus Kristus” (Mat 1:1). Silsilah dimulai dengan menyebut dua nama yang penting yakni Daud dan Abraham. Perlu diketahui bahwa Matius menulis Injilnya kepada umat berbahasa Yahudi maka ia hendak menegaskan bahwa Yesus Kristus sungguh-sungguh keturunan Abraham dan Daud. Tuhan Allah sudah berjanji kepada Abraham (Kej 12:3) dan nubuat yang diucapkan Natan kepada Daud (2Sam 7:1-17) kedua-duanya menjadi sempurna dalam diri Yesus Kristus.

Di dalam Silsilah Yesus ini kita menemukan hal-hal yang sangat khas:

Pertama, ada tiga kelompok besar silsilah Yesus Kristus yang terdiri dari empat belas keturunan. Mengapa? Pertama, sesuai dengan nilai bunyi konsonan dalam nama raja Daud (DaWiD= 4 + 6 + 4 =14), artinya bagi Matius: Yesus adalah Raja keturunan Daud yang luar biasa ini dibuktikannya dengan tiga kelompok keturunan (3 x 14). Yesus Kristus sungguh Mesias yang dinantikan. Kedua, Bagi Matius, Yesus Kristus adalah penggenapan keturunan dari Abraham ke Daud. Ketiga, Matius mengingatkan kita akan seminggu penciptaan dalam Kitab Kejadian dan dibaharui di dalam diri Yesus Kristus. Angka 3 kali 14 itu sama dengan enam minggu (3 x 14 = 6 x 7).

Kedua, kita menemukan empat nama wanita yakni Tamar orang Kana (Kej 38:24), Rahab dari Yeriko (Yos 6:17), Rut orang Moab (Rut 1:4) dan Batsyeba (2Sam 11:4). Para wanita ini berstatus pelacur dan orang asing ikut dimasukan oleh Matius sebagai bagian dari silsilah Yesus untuk mengatakan bahawa keselamatan yang ditawarkan Allah di dalam diri Yesus PuteraNya bersifat universal. Semua orang diselamatkan Tuhan tanpa memandang siapakah orang itu.

Ketiga, Matius juga menyebut nama para pria yang masuk kategori pendosa. Misalnya Abraham Bapa kaum beriman tetapi ia orang asing (Ur) dan juga pernah berbohong (Kej 12:13). Yehuda berzinah dan memiliki anak dengan menantunya sendiri yaitu Tamar (Kej 38:16). Daud adalah seorang pendosa, ia membunuh dan berzinah (2Sam 11:4), Salomo adalah seorang bijaksana tetapi juga seorang penyembah berhala. Nama-nama ini juga menunjukkan bahwa Tuhan mau menyelamatkan semua orang termasuk kaum pendosa.

Pada hari ini kita patut bersyukur kepada Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus karena Ia membuka pikiran kita bahwa Dia memiliki rencana yang indah untuk menyelamatkan kita. Tepatlah kata-kata santu Paulus ini: “Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya. Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya.” (Ef 1:4-7).

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply