Homili 15 Januari 2015

Hari Kamis, Pekan Biasa I
Ibr. 3:7-14
Mzm. 95:6-7,8-9,10-11
Mrk. 1:40-45

Dengarkanlah suara Tuhan

Fr. JohnSaya pernah mengikuti sebuah seminar. Ketika pembicaranya melihat para peserta sudah jenuh ia bertanya dengan suara nyaring: “You heard, but did you listen?” Setelah medengar pertanyaan pembicara itu, saya sadar dan mengerti perbedaan antara kata “hear” dan “listen”. Banyak orang menggunakan kata “listen” dan “hear” secara bergantian dalam bahasa Inggris. Namun sebenarnya ada perbedaan makna dari kedua kata ini. Listen lebih menunjukkan sebuah aktivitas yang sengaja dilakukan (intentional). Ketika menggunakan kata “listen” berarti kita aktif mendengar sesuatu atau kita menaruh perhatian penuh kepada sesuatu yang sedang kita dengar. “Listen” menunjuk pada totalitas diri kita menyatu dengan apa yang sedang kita dengar. Makna kata “listen” berbeda dengan makna kata “hear”. Kata “hear” berarti kita bisa mendengar sesuatu bunyi bahkan ketika kita tidak ingin mendengarnya dan tidak mencoba untuk mendengarnya. Jadi dengan kata “hear” kita hanya sekedar mendengar bunyi tetapi tidak aktif mendengar bunyi tersebut. Nah pertanyaan pembawa seminar: “You heard but did you listen?” tetaplah aktual di dalam hidup kita. Kita boleh bertanya dalam hati apakah termasuk listener atau hearer yang baik?

Mazmur Tanggapan hari ini diambil dari Mazmur 95: 6-11. Refrainnya adalah “Hari ini dengarkanlah suara Tuhan, Jangan kalian bertegar hati”. Kita diajak pemazmur untuk mendengar suara Tuhan hari ini dan jangan bertegar hati untuk tidak mendengarnya. Tentu saja suara Tuhan itu kita mendengar (listen) bukan hanya sekedar (hear). Dari refrainnya ini kita mendapat gambaran bahwa Tuhan baik.  Ia mengasihi dan mengingatkan umatNya supaya hidup layak di hadiratNya.

Daud yang mendoakan Mazmur ini mula-mulai mengajak kita semua supaya memiliki waktu dan kesempatan untuk mendengar suara Tuhan dan jangan berkeras hati untuk tidak mendengar. Tuhan mengatakan demikian karena orang Israel pernah bersungut-sungut di Masa dan Meriba sehingga tidak mendengar suara Tuhan (Kel 17:7). Orang yang tidak mampu mendengar dengan baik, ia juga tidak mampu mengasihi dan mentaati Tuhan dan sesama. Umat Allah yang bisa mendengar dengan baik maka mereka akan datang untuk sujud menyembah di hadirat Tuhan. Dia adalah Tuhan Allah yang menjadikan kita semua. Kita semua laksana domba-domba yang diperhatikan oleh Tuhan sang gembala baik. Meskipun berbeda-beda namun kita semua tetaplah satu kawanan di dalam Gereja dan masyarakat. Tuhan adalah gembala yang baik yang mengenal domba-dombaNya (Yoh 10: 14).

Pemazmur melanjutkan doanya: “Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara-Nya! Janganlah keraskan hatimu seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun,
pada waktu nenek moyangmu mencobai Aku, menguji Aku, padahal mereka melihat perbuatan-Ku.” (Mzm 95: 7-9). Kita kembali kepada pertanyaan di atas: “You heard but did you listen?” Kita sudah melawan Tuhan karena memiliki hati yang tegar sehingga tidak mampu bersaksi tentangNya. Kita menutup pintu hati rapat-rapat terhadap Tuhan dan bersungut-sungut di kala mengalami kesulitan. Apakah Tuhan diam? Tidak! Ia tetap hadir dan menyelamatkan kita. Banyak kali hati kita tegar karena tidak mau mendengar suara Tuhan.

Dari Mazmur ini kita juga melihat bahwa Tuhan juga kecewa dengan umat pilihan yang merasakan kasih dan kebaikanNya tetapi tidak bertobat. Dengan tegas Tuhan berkata: “Empat puluh tahun Aku jemu kepada angkatan itu, maka kata-Ku: “Mereka suatu bangsa yang sesat hati, dan mereka itu tidak mengenal jalan-Ku.” Sebab itu Aku bersumpah dalam murka-Ku: “Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku.” (Mzm 95: 10-11). Tuhan memiliki kesabaran yang luar biasa. Ia sabar terhadap umat Israel, sabar juga terhadap anda dan saya saat ini.

Penulis surat kepada umat Ibrani juga mengutip perkataan Musa dalam Kitab Keluaran dan dalam perikop Mazmur hari ini: “Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman pada waktu pencobaan di padang gurun, di mana nenek moyangmu mencobai Aku dengan jalan menguji Aku, sekalipun mereka melihat perbuatan-perbuatan-Ku, empat puluh tahun lamanya.Itulah sebabnya Aku murka kepada angkatan itu, dan berkata: Selalu mereka sesat hati, dan mereka tidak mengenal jalan-Ku, sehingga Aku bersumpah dalam murka-Ku: Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku.” (Ibr 3:7-ii). Kita semua diajak untuk waspada supaya jangan berlaku jahat dan mutad dari Allah yang hidup. Kita juga diharapkan untuk tetap berpegang teguh pada Kristus dan ajaran-ajaranNya. Di pihak kita, butuh sikap saling meneguhkan satu sama lain.

Penginjil Markus mengisahkan di dalam bacaan Injil, sebuah mukjizat penyembuhan seorang kusta. Orang kusta itu tidak merasa malu, ia berani datang untuk meminta Yesus supaya menyembuhkannya. Yesus tergerak hati oleh belas kasihan, mengulurkan tanganNya, menjamah orang itu sambil berkata: “Aku mau jadilah engkau tahir” (Mrk 1: 41). Yesus menyuruhnya untuk menunjukkan dirinya kepada imam dan memberi persembahan kepada Tuhan, tanpa harus menyampaikan bahwa Yesuslah yang menyembuhkannya. Namun orang ini tetap menceritakan bahwa Yesus menyembuhkan sakit penyakitnya.

Mukjizat bisa terjadi karena orang kusta itu mengimani Yesus. Ia percaya bahwa Yesus akan melakukan hal yang terbaik untuk kesembuhannya. Hal terpenting di sini adalah bukan pada faktor kesembuhan karena orang kusta itu sudah pasrah dalam hidupnya melainkan pada kerinduannya yang mendalam untuk berjumpa dan mendengar Yesus. Kemampuan untuk mendengar dengan baik akan membawa keselamatan total.

Apa yang Tuhan harapkan dari kita semua hari ini? Tuhan mengharapkan supaya kita menjadi putra-putriNya yang baik, memiliki komitmen yang jelas dan berani untuk bertobat. Orang yang berani bertobat adalah mereka yang mendengar suara Tuhan dengan aktif dan baik. Apakah anda seorang pendengar yang baik? Mari kita membenahi diri kita lagi. Kita yakin bahwa Tuhan pasti akan tetap mengasihi kita apa adanya.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply