Homili 24 Januari 2015

Hari Sabtu, Pekan Biasa II
Peringatan Wajib St. Fransiskus Sales
Ibr. 9:2-3,11-14
Mzm. 47:2-3,6-7,8-9
Mrk. 3:20-21

Persembahan Mulia Yesus Kristus

Fr. JohnSaya pernah diundang untuk menghadiri perayaan syukur panca windu (40 tahun) hidup membiara beberapa suster di sebuah kongregasi. Perayaannya berlangsung sederhana, hanya dihadiri keluarga dan kerabat tertentu, sesama saudari para suster, para romo dan penderma. Usai Perayaan Ekaristi, salah seorang suster jubilaris menyampaikan sambutannya mewakili rekan-rekannya. Ia mengatakan bahwa selama empat puluh tahun membiara, ia dan rekan-rekannya dibimbing oleh sebuah pertanyaan ini: “Apa yang dapat anda persembahkan kepada Yesus?” Pertanyaan ini selalu datang pada awal dan akhir hari pelayanan mereka di dalam biara. Menurut suster, inilah jawaban pastinya: “Kami mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan”. Namun mereka juga tetap sadar diri bahwa diri mereka masih dikuasai juga oleh banyak kelemahan manusiawi. Pada haru perayaan syukur itu mereka kembali berjanji kepada Tuhan untuk memberikan diri mereka seutuhnya lagi. Mendengar sambutan suster ini saya merasa yakin bahwa sebagai pengikut Kristus, kita semua harus membaharui diri setiap hari supaya layak mengikutiNya dari dekat dan mempersembahkan diri secara utuh.

Pada hari ini kita mendengar bacaan dari surat kepada umat Ibrani dalam bacaan pertama. Penulis surat ini mengingatkan kita: “Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang akan datang: Ia telah melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia, artinya yang tidak termasuk ciptaan ini, dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal.” (Ibr 9: 11-12).

Tuhan Yesus Kristus adalah Imam Agung menurut peraturan Melkisedek. Ia berbeda dengan para imam dalam dunia Perjanjian Lama yang hanya mempersembahkan kurban sembelihan dan kurban bakaran kepada Tuhan. Tujuannya adalah untuk menguduskan mereka yang najis sehingga bisa disucikan secara lahiria di hadapan Tuhan. Yesus Kristus justru mempersembahkan diriNya secara utuh kepada Bapa untuk keselamatan manusia. Tubuh dan DarahNya yang mahal ditumpahkan di atas kayu salib untuk keselamatan manusia.Ini adalah persembahan diri Yesus sebagai persembahan yang tidak bercacat di hadirat Bapa. Darah Yesus menyucikan hati nurani kita. Nah, ini adalah kasih yang sempurna dari Tuhan Yesus Kristus bagi kita. Dengan persembahan diri yang sempurna ini maka Allah telah meninggikan Dia,segala sesuatu sujud menyembahNya. Dia mendamaikan kita dengan Bapa di Surga.

Masalahnya adalah ketika Yesus mempersembahkan diri secara utuh kepada Bapa untuk menebus umat manusia, pihak manusianya tidak menyadarinya. Manusia masih memiliki hati yang degil dan sukai mencobai Tuhan Allah atau meragukanNya. Penginjil Markus hari ini melaporkan sesuatu yang mengagetkan kita semua. Dikisahkan bahwa Yesus sangat sibuk melayani orang sakit, mengusir setan-setan, mengajar dengan kuasa dan wibawa sehingga Kerajaan Allah benar-benar dirasakan oleh semua orang. Akibatnya Ia bersama para muridNya tidak sempat makan bersama. Dari situ munculah issue bahwa Yesus sudah tidak waras lagi sehingga keluargaNya hendak menjemputNya.

Kisah Injil ini membuat kita geleng-geleng kepala, malu dan merenung bahwa banyak di antara kita juga sering menyebarkan issue yang bukan-bukan tentang sesama kepada yang lainnya. Ada kecenderungan untuk mengada-ada tentang suatu kejadian yang melibatkan sesama lain yang berdampak pada rusaknya nama sesama kita. Dengan sesama manusia pasti lebih mudah mengissuekan karena Tuhan Yesus saja issuekan tidak waras karena lambat makan dan minum.

Apa yang harus kita lakukan? Pola pikir kita harus berubah! Mazmur Tanggapan hari ini mengajak kita untuk mengubah cara pandang kita yang kabur tentang Tuhan berdasarkan pengalaman manusiawi dengan pandangan yang lebih jernih yang berasal dari iman kita. Kita semua diajak memuji dan menyembah Tuhan dengan bertepuk tangan, mengelu-elukan Allah dengan sorak sorai. Mengapa? Karena Dia adalah Allah Yang Mahatinggi, dahsyat, berkuasa dan Raja agung di seluruh bumi. Kita juga diajak untuk bermazmur bagi Tuhan yang mengangkasa dan diiringi dengan bunyi sangkakala. Menyembah dan memuliakan Tuhan merupakan tanda bahwa kita juga mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply