Homili 20 Februari 2015

Hari Jumat sesudah Rabu Abu
Yes. 58:1-9a
Mzm. 51:3-4,5-6a,18-19
Mat. 9:14-15

Tahirkanlah aku dari dosaku!

Fr. JohnRaja Daud melakukan banyak dosa di hadirat Tuhan. Salah satu dosa yang dilakukannya adalah mengambil Batsyeba istri Uria orang Het menjadi istrinya dengan cara yang tidak wajar (2Sam 11: 1-27). Batsyeba adalah nama Yahudi artinya “Putri dari sampah” memberi Daud seorang putera bernama Salomo. Namanya masuk dalam silsilah Yesus Kristus (Mat 1:1-16). Ketika melakukan dosa ini, Tuhan mengutus nabi Nathan untuk menegurnya dengan keras. Daud bersujud, merendahkan diri dan menyatakan penyesalahnya di hadirat Tuhan. Ia berkata: “Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, menurut besarnya rahmat-Mu hapuskanlah pelanggaranku. Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku.” (Mzm 51:3-4). Doa Daud menunjukkan ketulusannya. Ia meminta belas kasih dari Tuhan karena dosa dan pelanggaran yang dilakukannya baik secara pribadi maupun sebagai seorang pemimpin Israel.

Daud melanjutkan doanya: “Sebab aku sadar akan pelanggaranku, dosaku selalu terbayang di hadapanku. Terhadap Engkau, terhadap Engkau sendirilah aku berdosa, yang jahat dalam pandangan-Mu kulakukan.” (Mzm 51:5-6). Orang berdosa bisa menerima pengampunan dari Tuhan kalau ia rendah hati dan mengenal dirinya sebagai orang berdosa. Daud jujur di hadirat Tuhan ketika berkata bahwa ia sadar akan pelanggarannya. Dosanya selalu membayangi hidupnya. Banyak orang tidak jujur seperti Daud. Mereka memang orang berdosa tetapi lupa diri sehingga tidak mengakui diri sebagai orang berdosa. Banyak koruptor umumnya berlaku demikian. Mereka mencuri uang negara tetapi tetap membela diri solah-olah tidak bersalah. Seandainya semua orang seperti Raja Daud maka dunia kita akan berubah menjadi lebih indah.

Daud berdoa: “Tuhan, Engkau tidak berkenan akan kurban sembelihan; kalaupun kupersembahkan kurban bakaran, Engkau tidak menyukainya. Persembahanku kepada-Mu ialah jiwa yang hancur. Hati yang remuk redam tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.” (Mzm 51:18-19). Satu tanda kepolosan Daud adalah mempersembahkan kepada Tuhan jiwa yang hancur karena dosa-dosanya. Namun karena kejujurannya di hadapan Tuhan maka Tuhan tetap memihaknya. Banyak kali orang berpikir bahwa membangun relasi bersahabat dengan Tuhan hanya melalui pelayanan saja. Ini hal yang keliru. Kita bisa berelasi dengan Tuhan kalau kita juga bisa bertobat.

Nabi Yesaya mengarahkan kita untuk mengerti dengan baik makna puasa sebagai tanda pertobatan di hadirat Tuhan. Melakukan puasa yang benar dengan tidak menghitung berapa perbuatan baik yang sudah kita lakukan dalam hidup karena sesungguhnya Tuhan juga lebih dahulu melakukannya kepada kita. Puasa yang benar bukan bersifat lahiria semata, tetapi puasa itu barasal dari dalam kebeningan hati kita. Puasa adalah mengasihi tanpa syarat.

Berkaitan dengan hal ini, Tuhan berkata melalui nabi Yesaya: “Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!” (Yes 58:6-7).

Perkataan Tuhan ini mengingatkan kita pada saat pengadilan terakhir di mana Tuhan akan mengadili kita bukan berdasarkan banyaknya dosa-dosa kita melainkan berdasarkan perbuatan kasih yang kita lakukan kepada saudara yang kecil dan hina. Perbuatan kasih itu kita lakukan untuk Yesus Kristus sendiri. Tuhan Yesus berkata: “Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.” (Mat 25:35-36).

Orang yang bisa melakukan puasa yang dikehendaki Tuhan maka doa-doanya akan Tuhan dengar dan kabulkan. Inilah perkataan Tuhan dalam nubuat Yesaya: “Pada waktu itulah terangmu akan merekah seperti fajar dan lukamu akan pulih dengan segera; kebenaran menjadi barisan depanmu dan kemuliaan Tuhan barisan belakangmu. Pada waktu itulah engkau akan memanggil dan Tuhan akan menjawab, engkau akan berteriak minta tolong dan Ia akan berkata: Ini Aku! Apabila engkau tidak lagi mengenakan kuk kepada sesamamu dan tidak lagi menunjuk-nunjuk orang dengan jari dan memfitnah.” (Yes 58:8-9).

Tuhan Yesus melengkapi makna puasa ini dalam bacaan Injil. Ketika kaum Farisi mengklaim bahwa mereka berpuasa sedangkan para murid Yesus tidak berpuasa maka Yesus mengatakan bahwa kehadiranNya haruslah dirasakan para murid sebagai saat bersukacita. Yesus adalah sahabat mempelai yang menghadirkan sukacita. Ketika Ia menderita sampai wafat di kayu salib, saat itulah kita bersedih dan menyatakan tobat kita.

Satu kalimat singkat yang perlu kita ingat hari ini adalah: “Berpuasa berarti mengasihi tanpa batas.” Kita semua orang berdosa, tetapi ketika kita boleh jujur dan mengakui semua dosa dan salah kita maka Tuhan akan mentahirkan kita dari dosa dan salah kita juga.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply