Homili 5 Maret 2015

Hari Kamis, Pekan Prapaskah II
Yer. 17:5-10
Mzm 1:1-2,3,4,6
Luk. 16:19-31.

Selalu memilih mengandalkan Tuhan!

Fr. JohnAda seorang pemuda mengaku pernah mengalami sebuah mukjizat. Ia luput setelah kendaraan yang ditumpanginya menabrak sebuah batu besar. Banyak penumpang meninggal dunia di tempat. Ia sendiri hanya mengalami luka memar akibat benturan keras mobil dengan batu. Ketika ditanya oleh wartawan tentang pengalamannya ini, ia mengatakan bahwa semuanya ini terjadi karena dalam situasi apa pun, ia selalu memilih mengandalkan Tuhan. Ini boleh dikatakan sebagai sebuah pengakuan bahwa ia memiliki iman kepada Tuhan Allah. Orang benar mengenal dirinya bahwa dia adalah ciptaan Tuhan.

Pada hari ini kita mendengar seruan nabi Yeremia supaya umat Israel percaya bahwa Tuhan Allah ada dan mereka harus mengandalkanNya. Semua manusia dan harta dunia hanyalah bersifat sementara saja. Manusia akan meninggal dunia dan semua harta akan dimakan karat dan ngengat tetapi Tuhan tetaplah ada dari dulu, sekarang dan selamanya. Tuhanlah yang menyelidiki hati, menguji bathindan membalas setiap perbuatan manusia.

Karena hanya Tuhan yang bisa menyelidiki hati maka ada dua tipe manusia di hadapan Tuhan:

Tipe pertama, Orang fasik. Nabi Yeremia berkata: “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri dan yang hatinya menjauh dari Tuhan. Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk.” (Yer 17:5-6). Seruan Yeremia ini memang kedengaran keras. Orang yang hanya mengandalkan manusia, kekuatannya dan menjauh dari Tuhan pantas mendapat kutukan. Orang-orang seperti ini lupa akan kasih dan kebaikan Tuhan. Mereka lupa bahwa Tuhanlah yang sudah menciptakan dan mengatur seluruh hidup mereka. Sejalan dengan Yeremia, Pemazmur berkata: “Orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin.” (Mzm 1:4). Jalan orang fasik ini menuju kepada kebinasaan.

Tipe kedua, Orang benar. Orang benar adalah mereka yang mengandalkan Tuhan dan berharap kepadaNya akan mendapatkan berkat. Yeremia berkata: “Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.” (Mzm 17:7-8). Orang yang mengandalkan Tuhan adalah orang yang percaya bahwa Tuhan ada dan bahwa Ia akan memberikan berkat-berkat yang mereka butuhkan.

Orang benar hidupnya berkenan kepada Tuhan karena ia selalu mengandalkannya. Pemazmur berdoa: “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat Tuhan, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.” (Mzm 1:1-2). Orang benar hidup bersama Tuhan dan mematuhi segala perintahNya. Masih sejalan dengan seruan Yeremia, Pemazmur juga mengatakan bahwa orang benar itu seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil. (Mzm 1:3). Jalan orang benar dikenal oleh Tuhan.

Dalam Bacaan Injil, Tuhan Yesus memberi perumpamaan untuk melengkapi pemahaman kita tentang orang fasik dan orang benar. Orang fasik itu ibarat orang kaya yang mengandalkan kekayaannya di dunia ini dan tidak memperhatikan kaum miskin. Ia berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. Ia menjadi hamba dari hartanya sendiri. Itu sebabnya ia mengikuti jalan kebinasaan. Ketika meninggal dunia ia masuk ke dalam api neraka. Orang benar adalah selalu mengandalkan Tuhan. Nama Lazarus berasal dari bahasa Ibrani: אלעזר, Elʿāzār, Eleazar, artinya “Allah (telah) menolong”. Lazarus mengandalkan Tuhan dalam hidupnya meskipun banyak menderita. Pada akhirnya kebahagiaan kekal dirasakannya. Ia memiliki iman yang kuat kepada Allah yang telah menolongnya.

Bacaan Injil hari ini mau mengatakan kepada kita tiga hal penting:

Pertama, selalu memusatkan segalanya pada diri kita itu tidak bermanfaat dan penuh dosa. Orang kaya yang fasik itu hidupnya dalam kemewahan tetapi terisolir. Dia tidak menyakiti siapapun, Ia tidak mengusir atau melarang Lazarus untuk pergi dari bawa kolong mejanya. Lalu apa salah dari orang kaya ini? Ia tidak memperlakukan Lazarus sebagai manusia atau sebagai sesamanya.

Kedua, Penderitaan itu membantu kita untuk bertumbuh. Ada dua kata kunci untuk membantu permenungan kita yakni kata Compassion (berempathy atau berbela rasa) dan kata simpati (sympathy). Kedua kata ini berasal dari bahasa Latin dan Yunani yang artinya “menderita bersama”. Segala penderitaan kita itu membantu kita bertumbuh lebih manusiawi, lebih bersaudara.

Ketiga, Hidup itu lebih dari harta kekayaan. Penderitaan membantu kita lebih peka terhadap kehidupan sesama. Kita mencari dan menyelamatkan jiwa-jiwa. Hal ini bisa kita lakukan kalau berani melupakan diri dan memberikan segala-galanya untuk kebahagiaan sesama.

Sabda Tuhan pada hari ini mengingatkan kita pada dua tipe manusia yakni orang fasik dan orang benar. Kedua-duanya selalu ada dalam diri kita. Hari ini kita bisa menjadi orang benar, besoko mungkin bisa menjadi orang fasik. Kuncinya adalah pada kemampuan kita untuk meletakan Tuhan sebagai pusat kehidupan kita. Andalkanlah Tuhan dalam hidupmu. Dia adalah segalanya bagi anda dan saya.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply