Homili Hari Minggu Prapaskah III/B – 2015

Hari Minggu Prapaskah III/B
Kel 20:1-17
Mzm 19:8.9.10.11
1Kor 1:22-25
Yoh 2:13-25

Yesus adalah Bait Allah yang hidup!

Fr. JohnKita sudah melewati dua pekan dalam masa prapaskah ini. Pada pekan prapaskah pertama, kita semua berjumpa dengan Yesus yang berpuasa selama empat puluh hari dan empat puluh malam di padang gurun dan mengalami godaan. Ia mampu mengatasi semua godaan dan malaikat-malaikat pun datang untuk melayaniNya. Kita diingatkan untuk sadar diri bahwa godaan pun bisa datang kapan dan di mana saja kita berada. Untuk itu kita harus mawas diri dan hidup bersama Tuhan sehingga bisa menolak setan dan segala macam godaannya. Pada pekan kedua, kita berjumpa dengan Yesus yang menampakkan kemuliaanNya di gunung yang tinggi bersama Petrus, Yakobus dan Yohanes. Pikiran kita diarahkan kepada Yesus yang akan bangkit dengan mulia. Dan untuk meyakinkan kita maka kita haruslah bersahabat dengan Kitab Suci baik kita Taurat maupun Kitab para nabi untuk menggali kebenaran Sabda bahwa Yesus akan bangkit dengan mulia. Kebangkitan Yesus Kristus mengubah hidup kita yang fana ini menjadi hidup penuh kekekalan.

Pada hari ini kita memasuki hari Minggu Prapaskah ketiga. Pikiran kita diarahkan kepada Yesus sebagai Bait Allah yang hidup. Bait Allah yang dikagumi semua orang saat itu hanyalah batu yang indah dengan berbagai barang persembahan tetapi semuanya akan datang harinya di mana tak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain, semuanya akan runtuh (Luk 21: 5-6).

Penginjil Yohanes melaporkan bahwa ketika hari raya paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem. Di dalam bait suci itu Yesus menemukan para pedagang lembu, kambing, domba dan merpati juga para penukar uang. Yesus membuat cambuk dari tali dan mengusir mereka semua dari dalam rumah Tuhan. Ia meminta mereka dengan keras supaya jangan menggunakan rumah Tuhan sebagai tempat untuk berjualan.

Reaksi datang dari dua kelompok yang berbeda. Pertama, para rasul. Mereka akan memahami perkataan Yesus ini setelah Ia bangkit dari kematianNya. Mereka mengingat perkataan ini: “Cinta untuk rumahMu menghanguskan Aku.” (Mzm 69:10; Yoh 2:17). Kedua, Orang-orang Yahudi. Mereka meminta sebuah tanda yang membuat Yesus bersikap keras dengan mengusir mereka dari Bait Allah. Yesus menjawab mereka: “Rombak Bait Allah ini dan dalam waktu tiga hari Aku akan mendirikannya kembali” (Yoh 2: 19). Orang-orang Farisi merasa heran karena Bait Allah itu dibangun selama 46 tahun sementara Yesus mengatakan hanya membangunnya selama tiga hari. Yesus sedang mengatakan bahwa TubuhNya adalah Bait Allah yang hidup.

Berkaitan dengan tanda. St. Paulus dalam bacaan kedua mengatakan bahwa orang Yahudi menghendaki tanda dan orang Yunani mencari hikmat tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan. Hanya orang yang dipanggil bisa percaya bahwa Yesus Kristus adalah Kekuatan Allah dan hikmat Allah. Maka bagi Paulus, orang yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatNya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari manusia. (1Kor 1:22-25). Yesus adalah segalanya maka tidak perlu sebuah tanda yang lain.

Kita kembali ke Perikop injil hari Minggu Prapaskah III ini. Bagi saya, kisah Injil ini menarik perhatianku. Tuhan Yesus mengusir para pedagang di dalam Bait Allah sebagai tempat di mana orang berkumpul untuk berdoa dan bersyukur kepada Tuhan. Tetapi pada saat itu, Bait Allah berubah menjadi pasar, tempat berjual beli, tindakan korupsi juga bisa terjadi di dalamnya. Namun ini hanya merupakan sebuah hal kecil untuk menyadarkan mereka saja. Hal yang paling penting adalah bagaimana Yesus menggeser pemikiran dan cara pandang mereka untuk berubah tentang Bait Allah yang hanya sekedar batu-batu dan hiasan-hiasannya yang akan runtuh pada tahun 70M. Bait Allah bukan hanya sebagai tempat untuk beribadat saja tetapi Bait Allah menurut Yesus adalah “Rumah BapaKu” (Yoh 2:16). Bagi Yesus, Allah Bapa tidak akan melihat lagi ibadat manusiawi dengan bait yang dibangun oleh manusia dan berkomunikasi dengan mereka. Allah Bapa sudah mewahyukan diriNya secara sempurna dalam diri Yesus Kristus PuteraNya. Itulah sebabnya Yesus mengatakan bahwa Bait Allah adalah Rumah BapaNya.

Para murid Yesus hanya mengingat kembali para pahlawan besar Israel di masa lalu. Mereka juga menghendaki pemurnian terhadap Bait Allah. Seratus tahun sebelum kelahiran Yesus, ketika itu terjadi revolusi Makabe maka banyak orang mati demi Bait Allah. Para murid hanya berhenti pada ingatan akan masa lalu padahal di hadapan mereka ada Yesus, Ia sedang menunjukkan sesuatu yang berbeda bahwa diriNya adalah Bait Allah yang benar. Allah kini berkomunikasi bukan lewat kurban bakaran lagi tetapi lewat Yesus, PuteraNya, sang Anak Domba Allah. Yesus sebagai Putera bersatu dengan Bapa dalam Roh Kudus.

Hidup dalam Gereja masa kini kita harus berpikir dengan cara baru. Yesus itu lebih dari orang-orang yang setia dalam perjanjian lama untuk mempertahankan Bait Allah. Yesus adalah Bait Allah yang hidup di tengah umat manusia (Yoh 2:21). Bait Allah adalah TubuhNya sendiri. Para murid akan menyadari semuanya ini di masa depan bahwa Yesus sudah mengatakannya dengan jelas tentang Bait Allah adalah TubuhNya sendiri. Melalui sakramen Ekaristi, kita belajar bagaimana Yesus memberi diriNya sampai tuntas. Pengorbanan diriNya di atas kayu salib adalah bukti bahwa Dialah Bait Allah yang hidup. Kita pun dipanggil untuk melakukan yang sama dengan memberi diri dan melayaniNya di dalam Gereja.

Apa yang harus kita lakukan untuk menjadi Bait Allah yang hidup masa kini?Di dalam bacaan Pertama dari kitab Keluaran, Tuhan memberi sepuluh perintahNya kepada umat Israel melalui Musa sahabatNya. Perintah-perintah Tuhan ini ditulis dalam dua loh batu yang berbeda. Tiga perintah pertama berhubungan dengan cinta kasih manusia kepada Allah di tulis dalam loh batu pertama, dan tujuh perintah yang lain berada pada loh batu yang kedua untuk mengingatkan manusia supaya mengasihi sesama seperti dirinya sendiri.

Umat Isarel diingatkan supaya mengasihi Allah. Cinta kasih ditujukan kepada Allah karena Allah sendiri adalah Tuhan. Tuhan mengharapkan supaya jangan ada Allah lain, jangan ada patung untuk menyembah berhala. Tuhan Allah hanya menghendaki supaya manusia menyembah dan beribadah kepadaNya. Umat Israel diingatkan untuk tidak menyebut nama Tuhan dengan sembarangan. Hari Tuhan haruslah dikuduskan. Di loh batu yang kedua terdapat perintah-perintah ini: menghormati orang tua supaya umur panjang, jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, jangan mengingini rumah sesama, istri dan hamaba-hambanya. Semua ini merupakan ungkapan kasih kepada sesama manusia seperti mengasihi diri sendiri.

Pada hari ini pikiran kita diarahkan kepada Kristus sebagai Bait Allah yang hidup. Kita adalah Gereja dan ikut mengambil bagian dalam Tubuh MistikNya. St. Paulus mengatakan bahwa kita sebagai orang yang dibaptis adalah tempat tinggal Roh Kudus (1Kor 6:19). Apakah kita sungguh-sungguh memperjuangkan kekudusan tubuh kita? Apakah kita juga menguduskan Gereja tempat kita beribadah dan berjumpa dengan Yesus dalam Sakramen Mahakudus?

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply