Homili 11 Maret 2015

Hari RabuPekan Prapaskah III
Ul. 4:1,5-9
Mzm. 147:12-13,15-16,19-20
Mat. 5:17-19

Taurat Tuhan Sempurna, menyegarkan jiwa!

Fr. JohnAda seorang petugas security di perumahan yang memiliki kebiasaan mengucapkan kalimat: “Siap Kerjakan”. Mungkin ini bagian dari komunikasi mereka dalam bidang kerja security. Setiap kali kalau meminta dia untuk melakukan sesuatu sesuai tugas dan kemampuannya maka ia pasti menjawab: “Siap Kerjakan” dan ia mengerjakannya dengan baik. Kalau ia merasa bahwa pekerjaan itu bukan menjadi bagiannya atau tidak sesuai dengan kemampuannya maka ia akan menjawab: “Siap kerjakan, tetapi…” Lalu dia akan memutuskan “ya” atau “tidak” mengerjakan tugas tersebut. Pada suatu hari saya bertanya kepadanya mengapa ia memiliki kebiasaan menjawab seperti itu. Ia menjawab: “Secara manusiawi saya mengikuti SOP perusahaan. Secara rohani, saya berprinsip bahwa suara manusia adalah suara Tuhan. Perintah manusia adalah wujud nyata perintah Tuhan maka saya selalu mempertimbangkan baik atau tidaknya perintah itu.” Wah, orang sederhana ini memiliki kebijaksanaan tersendiri. Bagiku, ia tidak jauh dari Kerajaan Allah.

Bacaan-bacaan Liturgi hari ini mengarahkan kita untuk patuh dan setia pada perintah-perintah Tuhan. Musa mengingatkan umat Israel di padang gurun supaya mendengar ketetapan dan peraturan-peraturan yang sudah diajarkannya kepada mereka. Mereka harus melakukan ketetapan dan peraturan-peraturan Tuhan dengan baik dan setia. Tujuannya adalah supaya mereka bisa hidup, memasuki dan menduduki negeri yang Tuhan berikan kepada mereka. Nah, ada tiga kata kunci yang penting untuk kita ingat yaitu: mendengar, melakukandan hidup. Orang yang bisa mendengar ketetapan dan perintah dengan baik maka ia bisa mentaatinya. Orang yang bisa mentaati akan melakukannya di dalam hidup. Orang bisa melakukannya dalam hidup dengan sendirinya bisa mengasihi. Hasilnya adalah “hidup” di hadirat Tuhan.

Musa mengharapkan supaya orang-orang Israel selalu mengingat semua ketetapan dan perintah-perintah Tuhan yang sudah diajarkannya kepada mereka. Semuanya ini diberikan oleh Tuhan sendiri bukan kemauan atau kehendak Musa. Ketetapan dan perintah-perintah itu kekal sehingga mereka diharapkan untuk melakukannya dengan setia di tanah Kanaan secara turun temurun. Mengapa mereka harus melakukannya dengan setia? Bagi Musa, semuanya ini akan menjadi kebijaksanaan dan akal budi bagi mereka di mata bangsa-bangsa yang lain. Bangsa yang besar menurut Musa adalah bangsa yang bijaksana dan berakal budi. Bangsa seperti ini berada di dalam Tuhan.

Untuk lebih meyakinkan bangsa Israel, Musa mengatakan bahwa Tuhan Allah itu dekat dengan mereka. Oleh karena itu mereka harus berbangga sebagai bangsa yang besar di hadapan Tuhan dan manusia. Mereka adalah bangsa yang besar karena memiliki undang-undang dasar yakni ketetapan dan peraturan-peraturan dari Tuhan. Mereka harus tetap mengingat dan melakukannya sepanjang hidup mereka. Musa dengan tegas berkata: “Tetapi waspadalah dan berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan hal-hal yang dilihat oleh matamu sendiri itu, dan supaya jangan semuanya itu hilang dari ingatanmu seumur hidupmu. Beritahukanlah kepada anak-anakmu dan kepada cucu cicitmu semuanya itu.” (Ul 4:9).

Apa yang mau dikatakan tentang ketetapan dan peraturan-peraturan dari Tuhan bagi kita saat ini? Sebenarnya satu kata yang mau diungkapkan oleh Musa adalah kasih. Allah adalah kasih. Ia memberikan ketetapan dan perintah-perintahNya sebagai undang-undang dasar bagi umat Israel supaya umatNya menjadi bijaksana dan berakal budi. Mereka bisa mencapai keutuhan hidup kalau benar-benar merasakan kasih Allah dan setia kepadaNya. Jadi dasar dari ketetapan dan peraturan (Torah) adalah kasih dan kebaikan serta keadilan Tuhan bagi manusia.

Tuhan Yesus sebagai Musa baru dalam kotbah di bukit menyempurnakan nasihat Musa ini dengan berkata: “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” (Mat 5:17). Yesus mau mengatakan bahwa hakikat dari Torah adalah kasih, kebaikan dan keadilan Tuhan Allah. Yesus menggenapi Torah karena di dalam Torah dan Kitab para nabi sudah mengatakan tentang jati diri dari Yesus sebagai Mesias. Dialah yang akan menyelamatkan kita. Perkataan Yesus ini mengingatkan kita akan peristiwa Yesus menampakkan kemuliaanNya di atas gunung di mana Petrus, Yakobus dan Yohanes melihat pembicaraan bersama antara Musa, Elia dan Yesus. Torah dan Kitab para nabi menyatu, sempurna di dalam diri Yesus.

Yesus memberi dua alasan penting mengapa Ia menggenapi Torah yakni:

Pertama, Taurat Tuhan itu kekal. Yesus berkata: “Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.” (Mat 5:18). Daud pernah berkata: “Taurat Tuhan itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan Tuhan itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman.” (Mzm 19:8).

Kedua, Kebahagiaan kekal hanya di dalam Kerajaan Surga. Yesus berkata: “Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.” (Mat 5:19).

Perkataan Yesus ini menunjukkan bahwa Tuhan Allah itu selalu membuka diriNya bagi manusia yang diciptakan sebagai makhluk sempurna. Allah memberikan Sabda dan menunjukkan wajahNya kepada manusia melalui SabdaNya. Umat Israel pernah mengalaminya bersama Musa Sahabat Allah. Musa sendiri mengakuinya ketika mengatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang Allahnya selalu dekat padanya (Ul 4:7). Hal yang sama dikatakan juga oleh Pemazmur: “Ia memberitakan firman-Nya kepada Yakub, ketetapan-ketetapan-Nya dan hukum-hukum-Nya kepada Israel. Ia tidak berbuat demikian kepada segala bangsa, dan hukum-hukum-Nya tidak mereka kenal.” (Mzm 147:19-20). Tuhan Yesus menggenapi dan menyempurnakan Torah. Ia bahkan wafat di atas kayu salib untuk menyelamatkan manusia. KematianNya mengatakan satu hal yang besar sebagai Musa baru bahwa Allah adalah kasih.

Tugas kita dalam masa prapaskah ini adalah selalu memegahkan Tuhan dalam hidup kita karena Ia mengasihi kita apa adanya. Dialah yang selalu menyampaikan perintah-perintahNya dan mengingatkan kita untuk merasakan kasihNya. Marilah kita memegahkan Tuhan dan merasakan kasih setiaNya di dalam hidup kita.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply