Homili 17 Maret 2015

Hari Selasa, Pekan Prapaskah IV
Yeh. 47:1-9,12
Mzm. 46:2-3,5-6,8-9
Yoh. 5:1-3a,5-16.

Tuhan hadir dalam hidupmu

Fr. JohnSaya pernah diundang untuk mengikuti acara syukuran atas sakramen pembaptisan yang diterima seorang bayi, putera sulung dalam sebuah keluarga. Acara dipersiapkan dengan baik, dimulai dengan misa syukur lalu ramah tamah bersama. Ketika mengakhiri semua acara ini, opanya diberi kesempatan untuk memberikan wejangan kepada anak-anak dan cucu-cucunya. Ia berkata: “Kita semua bersyukur karena sakramen pembatisan yang sudah diterima cucuku. Kita juga bersyukur karena sakramen pembaptisan yang kita terima secara pribadi. Sakramen Pembaptisan adalah tanda bahwa Tuhan juga hadir dalam hidup cucuku, hidup saudara-saudari dan hidup saya sendiri.” Wejangan berbau katekese ini keluar dari mulut opa yang bertahun-tahun menjadi katekis di gereja parokinya.

Selama masa prapaskah ini, sakramen pembaptisan memiliki tempat yang penting dalam kehidupan umat. Para katekumen dipersiapkan untuk menerima sakramen pembaptisan pada malam paskah. Mereka tidak hanya diajarkan berbagai hal tentang iman katolik, mereka juga dilantik dan dioles dengan minyak kudus, tanda kehadiran Roh Tuhan di dalam hidup mereka. Pada malam paskah mereka akan dicurahi Roh Kudus melalui air pembaptisan, minyak krisma, lilin bernyala dan pakaian putih. Semuanya ini menjadi simbol penting kehadiran Tuhan di dalam hidup setiap umat yang dibaptis. Air adalah simbol penyertaan Tuhan. Air memberi kehidupan kepada makhluk hidup. Ini menandakan betapa pentingnya air bagi makhluk hidup. Melalui nabi Yesaya Tuhan berkata: “Kalian yang haus, datanglah ke sumber air, dan kalian yang tidak mampu membayar, mari datanglah dan minumlah dengan gembira.” (Yes 55:1). Tuhan sumber kehidupan selalu mengajak kita untuk datang dan bersatu denganNya. Sakramen pembaptisan juga menjadi tanda yang mempersatukan kita dengan Tuhan.

Tuhan hadir di tengah umatNya yang sudah mengalami pengudusan melalui sakramen pembaptisan. Air menjadi lambang Roh Tuhan, kekuatan dan kehadiran Tuhan yang menyelamatkan manusia. Nabi Yehezkiel membagikan pengalamannya kepada kita semua pada hari ini. Dikisahkan bahawa ada seorang malaikat membawanya hingga pintu Bait Suci. Ia melihat ada air keluar dari bawah ambang pintu Bait Suci sebelah kanannya, dan mengalir ke arah Timur. Malaikat itu menyuruh Yehezkiel masuk ke dalam air yang perlahan bertambah besar hingga tidak bisa dilewati. Malaikat itu membawa Yehezkiel menyusur air yang sudah menjadi sungai itu. Ada banyak pepohonan yang subur, daunnya tidak layu dan buahnya tidak habis-habis. Buahnya menjadi makanan dan daunya menjadi obat. Ada banyak ikan di dalam sungai yang menuju ke laut mati atau laut Arabah. Laut asin itu saja bisa menjadi tawar karena aliran sungai dari dalam bait Suci itu.

Bait Suci adalah tempat Tuhan bersemayam. Dari dalam Bait Suci ini Tuhan memberikan rahmat yang mengalir seperti sungai. Tuhan menunjukkan kuat dan kuasaNya yang menyelamatkan. Sungai adalah kasih karunia yang memberi kehidupan kepada setiap makhluk demikian manusia juga merasakan kahadiran Tuhan dan penyertaanNya. Air sungai memberikan kehidupan kepada ikan dan pepohonan yang menghasilkan buah-buahan dann daunnya menjadi obat-obatan. Tuhan memberikan kehidupan dan masing-masing makhluk hidup saling berbagi kehidupan. Misalnya pohon-pohon buah-buhan dimana buahnya di makan dan daunnya menjadi obat bagi manusia.

Penyertaan Tuhan juga dirasakan oleh Daud. Ia merasakan kehadiran Tuhan laksana kota benteng yang melindungi umat kesayanganNya. Baginya, Tuhan Allah adalah tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan. Karena kuasa Tuhan, kita juga tidak perlu merasa takut sekali pun bumi berubah, sekali pun gunung gemunung bergoncangan di dalam laut. Tuhanlah yang memberi kehidupan kepada kita semua. Dialah yang mengalirkan sungai kehidupan dan menyukakan hati banyak orang. Tuhan juga hadir dan menjadi penolong bagi manusia. Pertanyaannya adalah apakah manusia juga merasakannya seperti dirasakan Daud? Banyak kali orang merasa bahwa Tuhan tidak hadir di dalam kehidupannya. Ya, manusia memang suka melupakan kasih karunia dari Tuhan.

Dalam bacaan Injil, kita mendapat gambaran yang jelas bahwa Tuhan Yesus hadir bersama umat kesayanganNya. Dia adalah Imanuel, Allah menyertai umatNya. Hal ini dilakukanNya ketika Ia mengikuti ziarah tahunan ke Yerusalem. Di menyempatkan diri pergi ke kolam Betesda yang dihiasi oleh kehadiran orang-orang sakit: orang buta, orang timpang, orang lumpuh yang menantikan penyembuhan ketika air kolam itu bergejolak. Prinsipnya adalah siapa yang cepat dialah yang selamat. Akibatnya banyak orang sakit selama bertahun-tahun tidak bisa mengalami kesembuhan.

Ada seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun sakit. Tuhan Yesus menaruh belaskasih kepadanya dan bertanya apakah ia mau disembuhkan. Ia mau berarti ia percaya bahwa Tuhan Yesus bisa melakukan yang terbaik baginya. Ia pun disembuhkan oleh Tuhan Yesus dengan berkata: “Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.” Ini adalah perbuatan baik yang dilakuan Yesus untuk menyelamatkan manusia. Namun manusia tidak melihat perbuatan baik Yesus. Mereka justru hanya melihat legalitas hari Sabath dan mempersalahkan Yesus. Ia pun mendapat ancaman serius dari kaum Yahudi untuk menganiayaNya.

Kesombongan, sikap legalistis yang berlebihan hanyalah menuntun kita kepada jalan kehancuran. Hampir setiap hari orang selalu merasa iri hati karena orang lain melakukan perbuatan baik kepada sesamanya. Banyak orang menjadi korban gosip, tidak disenangi karena mereka melayani dan berbuat baik kepada orang-orang miskin. Tuhan Yesus sudah mengalaminya maka kita pun harus kuat dan tabah menjalani hidup sebagai pengikut Kristus. Dia selalu hadir dan menyertai hidup anda dan saya.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply