Homili 24 Maret 2015

Hari Selasa, Pekan Prapaskah V
Bil. 21:4-9
Mzm. 102:2-3,16-18,19-21
Yoh. 8:21-30.

Kupandang wajahMu dan berseru

Fr. JohnPada pagi hari ini saya dibangunkan oleh suara Sari Simorangkir dalam sebuah lagu berjudul: “Kaulah Harapan”. Lirik lagunya berbunyi: “Bukan dengan kekuatanku, ku dapat jalani hidupku, tanpa Tuhan yang di sampingku, ku tak mampu sendiri. Engkaulah kuatku, yang menopangku. Kupandang wajahMu dan berseru, pertolonganku datang dariMu, peganglah tanganku jangan lepaskan, Kaulah harapan dalam hidupku.” Setelah mendengar lagu ini, saya memilihnya untuk membantu kita merenungkan bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini Selasa Prapaskah ke-V ini. Kata-kata dalam lagu ini sederhana tetapi mendalam maknanya misalnya: “Kupandang wajahMu dan berseru, pertolonganku datang dariMu.” Saya mengingat suasana jalan Salib setiap hari Jumat, di mana ketika memandang Yesus tersalib kita berseru kepadaNya: “Sebab dengan salib suciMu, Engkau telah menebus dunia.” Memandang Salib berarti memandang keselamatan dari sang Juru Selamat yaitu Tuhan Yesus Kristus.

Umat Israel dalam perjalanan di padang gurun pernah bertegar hati dan bersungut-sungut kepada Tuhan. Mereka merasa bahwa Musa bersama Tuhan bersekongkol untuk membinasakan mereka di padang gurun. Di tempat sunyi itu mereka tidak leluasa makan dan minum sebagaimana mereka rasakan di Mesir meskipun dalam penindasan. Tuhan sudah memberi manna tetapi keluhan tetap ada. Inilah perkataan orang Israel kepada Musa: “Kita teringat kepada ikan yang kita makan Mesir dengan tidak bayar apa-apa, kepada mentimun dan semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih. tetapi sekarang kita kurus kering, tidak ada sesuatu apa pun kecuali manna ini saja yang kita lihat.” (Bil 11:5-6).

Dikisahkan dalam Kitab Bilangan bahwa setelah berangkat dari gunung Hor, berjalan ke arah laut Teberau untuk mengelilingi Edom maka Israel tidak lagi menahan hati di jalan. Mereka bersungut-sungut lagi melawan Tuhan Allah dan Musa. Mereka berkata kepada Musa: “Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak.” (Bil 21:5). Ini adalah bukti ketegaran hati dan sikap hedonis orang Israel. Mereka mementingkan isi perut lalu bertegar hati untuk melawan Allah. Itu sebabnya Tuhan menyuruh ular-ular tedung untuk memagut bangsa Israel sehingga banyak di antara mereka meninggal dunia.

Situasi yang tragis ini menyadarkan umat Israel untuk datang kepada Musa seraya menyerukan pertolongan dari Tuhan. Mereka mengakui kelemahan mereka dengan polos di hadapan Musa: “Kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata melawan Tuhan dan engkau; berdoalah kepada Tuhan, supaya dijauhkan-Nya ular-ular ini dari pada kami.” (Bil 21:7). Musa percaya bahwa Tuhan itu mahapengasih dan penyayang. Ia akan membantu umatNya. Ia mendengar doa Musa sehingga memerintahkan Musa untuk melakukan tindakan penyelamatan bagi mereka. Inilah perintah Tuhan: “Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup.” (Bil 21:8). Musa melakukan perintah Tuhan dengan membuat sebuah patung ular tembaga dan meletakannya di atas tiang yang tinggi. Dengan demikian apabila ada orang yang dipagut ular dan ia memandang kepada ular tembaga maka ia tetap hidup.

Kisah di dalam Kitab bilangan ini menarik perhatian kita semua. Umat Israel berualngkali menunjukkan ketegaran hati mereka dengan tindakan berupa protes kepada Tuhan melalui Musa. Tuhan tetap sabar menghadapi umatNya. Ia mengirim ular tedung untuk menyadarkan mereka bahwa hidupnya ada di tanganNya sebagai pencipta, Dia sendiri yang menyelamatkan mereka melalui simbol patung ular tembaga. Dalam situasi apa saja Tuhan tetap hadir dan menunjukkan kasihNya kepada manusia.

Daud pernah merasakan pengalaman yang keras di hadapan Tuhan maka ia sendiri mengharapkan kertolongan dari Tuhan. Ia berkata: “Tuhan, dengarkanlah doaku, dan biarlah teriakku minta tolong sampai kepada-Mu. Janganlah sembunyikan wajah-Mu terhadap aku pada hari aku tersesak. Sendengkanlah telinga-Mu kepadaku; pada hari aku berseru, segeralah menjawab aku!” (Mzm 102:2-3). Pertolongan yang datang dari Tuhan itu selalu tepat waktu dann tidak pernah terlambat. Ia tetap menghendaki keselamatan bagi manusia. Oleh karena kuasa Tuhan yang luar biasa maka segala bangsa juga menyegani kemuliaan Tuhan. Mereka akan memandang Tuhan di tempatNya yang kudus dan memujiNya selama-lamanya.

Pengalaman umat di dalam dunia perjanjian lama terutama peristiwa Musa membuat patung dari ular tembaga ini dipakai Yesus untuk menerangkan pengurbanan diriNya di atas kayu salib. Dia bukan berasal dari dunia ini. Ia akan pergi dari dunia ini dan manusia akan mencariNya tetapi banyak orang akan mati karena dosa-dosaNya. Mereka bisa hidup kalau bertobat di hadirat Tuhan. Lebih lanjut Yesus juga mengatakan bahwa manusia berasal dari dunia sedangkan Ia sendiri berasal dari atas. Ia coba membantu kita untuk membedakan mana sikap duniawi dan mana sikap surgawi. Sikap hidup duniawi masih diliputi dengan kegelapan akibat dosa, sedangkan Yesus berasal dari atas yakni surga yang membawa terang untuk dunia yang gelap. Tuhan Yesus menghendaki agar manusia percaya kepadaNya. Percaya kepada Yesus berarti ada kehidupan kekal.

Karena orang-orang masih bertegar hati dan kurang percaya kepada Yesus maka Ia berkata: “Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku. Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.” (Yoh 8:28-29). Meninggikan Yesus adalah “Saat” bagi Yesus. Ia akan disalibkan, wafat dan dibangkitkan pada hari ketiga. Dengan meninggikan Dia di atas kayu salib maka semua orang yang memandangNya akan memperoleh keselamatan. SalibNya menguduskan dunia!

Salib adalah tanda kasih Tuhan yang tiada batasnya bagi manusia. Dalam percakapanNya dengan Nikodemus, Yesus berkata: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.” (Yoh 3:16-17). Mari kita syukuri kasih dan penyertaan Tuhan bagi kita semua hari ini. Pandanglah wajah Tuhan Yesus tersalib, Dialah yang menolong dan menyelamatkanmu.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply