Homili Malam Paskah/B -2015

Malam Paskah 2015
(Tujuh Bacaan Kitab Perjanjian Lama)
Rm. 6:3-11
Mzm 118:1-2.16ab.17.22-23
Mrk 16:1-8

Ia telah bangkit! Ia tidak ada di sini

Fr. JohnBanyak di antara kita yang mengenal dan membaca buku kumpulan surat-surat R.A Kartini yang ditulis kepada para sahabatnya di Eropa, berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Kumpulan surat-suratnya ini dibukukan pertama kali oleh J.H Abendanon, saat itu menjabat sebagai Mentri Kebudayaan, Agama dan Kerajinan Hindia Belada, dengan judul asli “Door Duisternis Tot Licht” yang berarti “Dari Kegelapan Menuju Cahaya” dan diterbitkan pada tahun 1911. Buku ini menjadi lebih terkenal lagi ketika diterjemahkan oleh sastrawan Pujangga Baru Armijn Pane, sekitar tahun 1938. Isi surat-surat Kartini menunjukkan perjuangannya bagi emansipasi kaum wanita di seluruh nusantara.

Saya tertarik untuk membahas judul buku profan dalam mengawali homili pada malam Paskah ini karena menurut saya arah rencana keselamatan Tuhan bagi manusia itu bergerak pada kedua kutub ini yakni kutub gelap kepada terang. Kita memulai upacara malam paskah ini dengan pemberkatan api dan persiapan lilin paskah. Api adalah simbol kehadiran Roh Kudus yang terus menerus di dalam Gereja dan di dalam hidup setiap umat Allah (1Kor.6:19) Api itu memberi kehangatan dan mempersatukan setiap pribadi yang berbeda-beda. Lilin Paskah dan api untuk pendupaan diambil dari api baru yang diberkati ini. Lilin Paskah melambangkan Kristus sebagai cahaya dunia (Yoh 8:12). Ketika wafat Yesus diam dalam kubur yang gelap, pada saat bangkit Ia membawa terang, matahari baru bagi manusia.

Ketika menyiapkan Lilin Paskah, imam mendoakan: “Kristus dahulu dan sekarang, awal dan akhir, alfa dan omega, milik-Nya segala masa, dan segala abad, kepada-Nyalah kemuliaan dan kekuasaan sepanjang segala masa.” Lima biji dupa ditancapkan imam pada Lilin Paskah sambil berdoa: “Demi luka-luka-Nya yang kudus dan mulia, semoga kita dilindungi dan dipelihara oleh Kristus Tuhan.” Sambil lilin paskah diarak masuk ke dalam Gereja yang dalam keadaan gelap, kita bisa merasakan perubahan dari gelap menjadi terang. Pujian Paskah pun dinaikan kepada Tuhan dengan memfokuskan perhatian kita kepada Lilin Paskah yang bernyala, lambang Kristus yang bangkit mulia menerangi kegelapan hidup manusia.

Dalam Liturgi Sabda, kita mendengar tujuh bacaan dari Kitab Perjanjian Lama terutama Taurat, Mazmur dan para Nabi. Pada saat yang sama kita memandang Lilin Paskah sebagai lambang Yesus yang bangkit mulia, Ia sekaligus adalah Sabda kehidupan yang menerangi kita berdasarkan rencana Bapa dalam Kitab Suci Perjanjian Lama.

Bacaan dimulai dengan kisah penciptaan di dalam Kitab Kejadian di mana Tuhan memiliki rencana yang mulia bagi manusia. (Kej 1:1-2:2). Bumi dan segala isinya diciptakan dan diserahkan kepada manusia yang Tuhan ciptakan sesuai dengan citra-Nya sendiri (Kej 1:26). Namun demikian, manusia menyalahgunakan kebaikan dan kasih Allah sehingga jatuh dalam dosa, dan dosa itu bertambah banyak dari saat ke saat. Tuhan lalu membaharui janji kasihNya kepada manusia melalui panggilan Abraham sebagai Bapa segala bangsa. Abraham sebagai bapak bagi kaum beriman kemudian diuji kesetiaannya oleh Tuhan dan ia menunjukkan kesetiaannya untuk bersedia mengorbankan Ishak puteranya (Kej 22:1-18). Kurban ishak itu menjadi rancangan awal kurban Yesus Kristus sendiri.

Tuhan konsisten dengan janji kasihNya bagi manusia ketika ia membebaskan umat Israel dari perbudakan di Mesir. Ia menunjukkan kuasa-Nya dengan meluputkan mereka di laut merah. Momen ini disebut momen keselamatan dan selalu dikenang dalam sakramen pembaptisan (Kel 14: 15-15:1). Para nabi diutus oleh Tuhan untuk mengingatkan manusia bahwa kasih-Nya itu kekal. Allah adalah Tuhan dan Penebus (Yes 54:5-14). Tuhan tetap mengikat perjanjian kasih dengan umat-Nya bahkan Ia berjanji bahwa umat-Nya akan tetap hidup bersama-Nya (Yes 55:1-11).Tuhan menganugerahkan kebijaksanaan-Nya kepada manusia. Kebijaksanaan Allah nampak jelas dalam diri Yesus Kristus sendiri (Bar 3:9-15.32-4:4). Ketika manusia masih juga jatuh dalam dosa dan mengalami penderitaan di negeri asing, Tuhan tetap setia pada janji kasih-Nya. Ia menulis sendiri hukum kasih-Nya di dalam hati manusia. Dia juga menghapus aib yang dibuat oleh manusia (Yeh 36:16-17a.18-28). Allah kita adalah Penyelamat!

Ketujuh bacaan yang kita dengar dalam Liturgi Sabda ini sifatnya mengingatkan, meneguhkan, menghibur dan meyakinkan manusia bahwa Allah adalah kasih. Manusia masih berada dalam kegelapan tetapi Tuhan terus menerus menerangi hidup mereka dengan sabda-Nya. Tuhan hendak mengeluarkan manusia dari kegelapan hidup-Nya. Boleh dikatakan karena dosa, manusia hidup dalam kegelapan,laksana di dalam perut ikan yang pernah dialami Yunus dan gelap-Nya kubur yang Tuhan Yesus alami sendiri. Tuhan melengkapi rencana keselamatan-Nya bagi manusia dengan mengutus Yesus, Putera-Nya.

St. Paulus dalam Epistola menguatkan iman kita kepada Tuhan Yesus Kristus. Menurut Paulus, kita telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis juga dalam kematian-Nya. Konsekuensi pembaptisan dalam Kristus adalah kita telah mati dan bangkit bersama-Nya dalam kemuliaan bersama Bapa. Kita sungguh-sungguh menjadi manusia baru. Paulus juga mengingatkan kita bahwa manusia lama yang kita miliki sudah disalibkan bersama Kristus supaya tubuh dosa kita hilang kuasa-Nya dan tidak lagi menghambakan diri kita kepada dosa.

Tentang Paskah Kristus, Paulus berkata: “Kristus sesudah bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi, maut tidak berkuasa lagi atas Dia! Kematian Kristus adalah kematian atas dosa, satu kali untuk selama-lamanya, dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah. Hal yang sama terjadi dalam hidup kita yakni kita mati bagi dosa dan hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.” (6:9-11).

Perkataan Paulus ini sekaligus menjadi ajakan bagi kita untuk mengubah kiblat hidup kita. Mengapa? Setiap malam paskah kita semua membaharui janji-janji baptis kita. Kita mengatakan kepercayaan kita kepada Allah dan menolak setan dengan segala godaannya. Namun banyak kali kita selalu menjadi manusia yang lemah dan lebih taat kepada setan dari pada taat kepada Tuhan. Kita harus menjadi lebih dari pemenang! Kita sudah wafat dan bangkit bersama Kristus di dalam Tuhan Allah kita.

Tentang kisah Kebangkitan Kristus, St. Markus menggambarkannya dengan dua keadaan yakni ketakutan dan kegembiraan. Ketakutan itu sifatnya manusiawi karena kondisi real saat itu. Para murid merasa takut atas ancaman dari kaum Yahudi, lebih lagi trauma melihat sang Guru disalibkan dengan tragis. Kegembiraan karena berita sukacita bahwa Ia hidup kembali. Para murid menangkap pesan ini bahwa Ia akan hidup di tengah-tengah mereka seperti keadaan semula.

Markus mengisahkan bahwa setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus serta Salome membawa rempah-rempah untuk meminyaki Yesus. Pagi-pagi buta mereka pergi ke kubur Yesus dan menyaksikan bahwa batu penutup kubur itu sudah terguling. Mereka lebih kaget lagi ketika masuk dalam kubur dan hanya menyaksikan dua orang muda berpakaian putih yang mengatakan kepada mereka untuk tidak perlu takut karena Yesus dari Nazareth yang disalibkan itu sudah bangkit. Kedua orang muda berpakaian putih itu menyuruh mereka untuk menyampaikan para murid-Nya bahwa Ia mendahului mereka ke Galilea. Mereka akan melihatNya di Galilea. Para wanita itu keluar dari kubur, penuh ketakutan dan tidak mengatakan kepada siapa pun.

Pengalaman para wanita sebagai saksi kebangkitan juga bergerak dalam kutub gelap kepada terang. Mereka berjalan ke makam Yesus dalam suasana pagi-pagi buta, iman mereka juga masih gelap, penuh ketakutan manusiawi. Mereka tiba di makam Yesus dan melihat terang, lagi pula dua pemuda itu membuka pikiran mereka untuk melihat kebangkitan Yesus dengan terang iman, karena Yesus sendiri sudah mengatakan-Nya. Peristiwa makam kosong ini juga menjadi terang untuk membuka pikiran mereka bahwa Yesus sudah bangkit.

Sabda Tuhan pada malam Paskah ini mengingatkan kita bahwa Allah itu kasih dan sangat mengasihi manusia. Rencana keselamatan-Nya menjadi nyata di dalam diri Yesus Kristus Putra-Nya. Yesus berkata: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup kekal.” (Yoh 3:16).

Kita semua juga melewati jalan iman yang sama yakni dari gelap kepada terang. Hidup dalam dosa adalah hidup dalam gelap, penuh kedagingan. Karena jasa Yesus Kristus maka kita beralih ke dalam terang kebangkitan-Nya. Yesus sudah bangkit, kita pun ikut bangkit dalam kemuliaan-Nya dan hidup dalam Allah bersama Kristus Putera-Nya. Habis gelap terbitlah terang! Ia sudah bangkit! Ia tidak ada di sini. Terima kasih Tuhan Yesus.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply