Hari Senin Oktaf Paskah – 2015

Hari Senin, Oktaf Paskah
Kis. 2:14,22-32
Mzm. 16:1-2a,5,7-8,9-10,11
Mat. 28:8-15

Kami Semua adalah Saksi!

Fr. JohnPada suatu hari saya diminta untuk melayani sebuah misa requiem di sebuah rumah duka. Orang yang meninggal dunia adalah seorang bapa yang memiliki dedikasi dan sangat loyal terhadap pelayanan-pelayanan di dalam Gereja. Umat paroki itu merasa kehilangan seorang figur besar. Saya mendengar banyak kesaksian tentang suka dan dukanya mengusahakan pembangunan fisik gereja hingga bangunan fisik gereja berdiri. Banyak orang berkata: “Kami adalah saksi yang mengalami perjuangan dan karyanya bagi Gereja ini.” Kini mereka berjanji agar cita-cita dan perjuangan bapa itu boleh diteruskan di dalam Gereja parokinya.

Situasi ini mirip dengan komunitas Yesus. Meskipun Ia sudah wafat dan Yudas Iskariot sudah bunuh diri tetapi kesebelas rasul itu tetap bersemangat. Roh Kudus sudah turun ke atas mereka pada hari Raya Pentekosta maka mereka menjadi berani untuk mewartakan Yesus Kristus yang bangkit mulia. Apa yang dilakukan para rasul? Petrus sebagai kepala para rasul berani berbicara tentang Yesus yang dialaminya bahwa Yesus dari Nazareth adalah seorang yang telah ditentukan oleh Allah, hadir di tengah-tengah manusia dengan kekuatan-kekuatan dan mukjizat-mukjizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah di dalam diri-Nya. Allah menyerahkan sesuai maksud dan rencana-Nya dan telah dibunuh oleh bangsa-bangsa durhaka. Allah telah membangkitkan Dia dan melepaskan-Nya dari sengsara maut.

Yesus adalah Anak Daud. Tuhan sendiri berjanji kepada Daud bahwa dari keturunannya akan lahir seorang pewaris taktanya untuk selama-lamanya. Dialah Yesus Kristus yang daging-Nya tidak mengalami kebinasaan. Dialah yang dibangkitkan Allah. Para murid adalah saksi kebangkitan-Nya. Mereka berkata dengan tegas: “Kami adalah saksi-saksi-Nya. Kotbah Petrus ini sangat memukau dan menarik perhatian banyak orang. Mereka mendengarnya dengan perhatian dan menaruh simpati kepadanya. Ini menjadi cikal bakal munculnya gereja perdana.

Dalam bacaan Injil, kita mendengar narasi kebangkitan Yesus versi Injil Matius. Dikisahkan bahwa Maria Magdalena dan Maria yang lain barusan pergi ke kubur Yesus dan menemukan makam-Nya kosong. Seorang malaikat Tuhan mengatakan kepada Maria Magdalena dan Maria yang lain bahwa Yesus yang disalibkan itu sudah bangkit. Oleh karena itu mereka jangan takut. Mereka pun pergi dari kubur dengan takut dan dengan sukacita dan berlari cepat-cepat untuk memberitahukannya kepada para murid. Nah, satu hal yang perlu dicatat di sini adalah suasana bathin Maria Magdalena dan para murid Yesus. Di satu pihak mereka merasa takut, di lain pihak mereka bersukacita. Yesus wafat menimbulkan ketakutan, Yesus bangkit menimbulkan sukacita yang besar.

Dalam suasana galau, Tuhan Yesus menampakkan diri-Nya dan menyapa mereka “Shalom”. Ia pun meneguhkan mereka supaya jangan takut. Tugas mereka berlanjut yakni menyampaikan saudara-saudara Yesus untuk pergi ke Galilea karena disanalah mereka akan menemukan Yesus.Namun demikian kebangkitan narasi kebangkitan Yesus dinodai oleh kebohongan public yang dilakukan oleh para imam Yahudi. Mereka memberi sejumlah besar uang kepada para penjaga kuburan untuk melakukan kesaksian palsu bahwa para murid Yesus datang malam-malam untuk mencuri jenazah-Nya. Ada juga orang yang masih percaya kepada kebohongan publik ini.

Bacaan-bacaan Kitab Suci hari ini mengingatkan kita supaya:

Pertama, berani menjadi saksi yang benar. Petrus dan rekan-rekannya mengakui: “Kami adalah saksi-saksinya”. Mereka menjadi saksi kebangkitan Yesus Kristus karena pernah bersama-sama dengan-Nya ketika masih hidup di dunia dan setelah bangkit dengan mulia. Hal ini bertolak belakang dengan para imam kepala yang menyogok para penjaga untuk memberi kesaksian palsu. Banyak kali kita mencari nyaman dengan bersaksi palsu. Seharusnya kita jujur dengan diri kita dan sesama untuk berbicara yang benar. Kebenaran itu memerdekakan kita (Yoh 8:32).

Kedua, kita diingatkan untuk mengatasi ketakutan dengan sukacita hidup. Para murid Yesus merasa ketakutan ketika menyaksikan kematian Kristus tetapi dikuatkan untuk memiliki sukacita karena karya Roh Kudus. Roh Kudus membuka pikiran mereka untuk mengerti Kitab Suci dan sukacita kebangkitan melingkupi hidup mereka. Banyak kali kita melihat peristiwa menakutkan itu sebagai halangan bagi kita untuk maju. Kita keliru! Justru ini adalah peluang untuk kita maju dan mendapatkan sukacita di dalam hidup.

Ketiga, Tuhan senantiasa menjadi pelindung hidup kita. Dia datang membawa damai dan sukacita bagi hidup kita. Daud menginspirasikan kita dalam Mazmur tanggapan hari ini untuk tetap berpasrah kepada Tuhan. Daud berdoa: “Jagalah aku, ya Allah, sebab pada-Mu aku berlindung. Engkaulah Tuhanku, tiada yang baik bagiku selain Engkau!” (Mzm 16:1-2).

Keempat, damai sejahtera. Ketika Tuhan Yesus menampakkan diri-Nya kepada para murid-Nya, Ia mengatakan “shalom” artinya damai sejahtera. Damai sejahtera itu milik Tuhan dan Ia meberinya kepada kita semua. Damai yang Tuhan berikan itu tidak sama dengan yang dunia berikan. (Yoh 14:27). Orang di depan umum boleh berkata “Salam sejahtera bagi kita semua” tetapi belum tentu ia memiliki hati untuk memperjuangkan kedamaian. Bagi kita Tuhan berseru: “Berbahagialah mereka yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” (Mat 5:9).

Sesudah dirimu diselamatkan, Jadilah saksi Kristus! Dia menyertai kita hingga akhir zaman.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply