Homili Hari Sabtu Oktaf Paskah – 2015

Hari Sabtu Oktaf Paskah
Kis. 4:13-21
Mzm. 118:1,14-15,16ab-18,19-21
Mrk. 16:9-15

Mewartakan Yesus Kristus, Siapa Takut?

Fr. JohnAda seorang pemuda menceritakan pengalamannya naik kereta Api dari Jakarta ke Bogor hampir setiap hari. Ia memiliki kebiasaan baik yakni membuat tanda salib dan mengucap doa syukur kepada Tuhan di dalam hatinya ketika masuk ke dalam kereta api. Pada suatu hari ia masuk, berdiri, membuat tanda salib dan berdoa dalam hati. Setelah selesai berdoa, seorang penumpang di sampingnya mengajaknya bicara. Pembicaraan mereka perlahan-lahan berfokus pada iman dan agama. Pemuda itu ditanya soal agama dan ia mengakui diri sebagai orang katolik dan beriman kepada Yesus Kristus. Penumpang yang yang lainnya berkata kepadanya: “Pantas saya melihat anda berdoa ketika masuk ke dalam kereta ini.” Pemuda itu merasakan dorongan yang besar untuk tetap berdoa dan mengucap syukur kepada Tuhan. Ia yakin bahwa mewartakan Kristus melalui hidup baik itu memiliki kekuatan yang besar.

Banyak orang mengakui dirinya sebagai orang katolik dan beriman kristiani. Di KTP-nya juga ditulis demikian, namun sayang sekali karena mereka tidak berani menunjukkan dirinya di depan umum. Ada orang yang malu, takut dan berdalil bahwa iman kristiani itu ada dalam hati bukan untuk memamerkannya kepada orang lain. Ada yang bahkan lebih ekstrim yakni beralih untuk memeluk agama lain biar lebih terkenal, lebih banyak uangnya karena karier dan kedudukannya lebih baik. Alasan-alasan manusiawi ini kadang-kadang menjadi penghalang untuk bersaksi tentang Yesus Kristus yang bangkit.

Petrus dan Yohanes dalam kuasa Roh Kudus mewartakan kebangkitan Kristus. Banyak orang terpesona dan percaya kepada Kristus. Akibatnya adalah mereka ditangkap dan dihadapkan kepada mahkamah agama Yahudi. Mereka diminta untuk mempertanggungjawabkan penginjilan yang sudah sedang mereka lakukan. Mahkamah agama Yahudi mengenal mereka berdua sebagai orang biasa-biasa, tidak terpelajar dan mengenal mereka sebagai pengikut Yesus Kristus. Namun demikian mahkamah tidak bisa berbuat banyak karena orang lumpuh yang disembuhkan itu ada bersama mereka. Dialah bukti kuasa Yesus yang bangkit untuk menyembuhkannya.

Setelah berunding bersama maka mahkamah agama Yahudi memutuskan untuk melarang dan mengancam kedua murid ini untuk tidak boleh berbicara lagi dengan siapapun dalam nama Yesus. Mereka juga tidak boleh berbicara dan mengajar dalam nama Yesus. Reaksi Petrus dan Yohanes terungkap dalam perkataan ini: “Silakan kamu putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah. Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar.” (Kis 4:19-20). Mahkamah akhirnya membebaskan kedua murid Yesus Kristus itu. Petrus dan Yohanes dalam kuasa Roh Kudus memiliki komitmen untuk mewartakan Kristus. Mereka tidak merasa takut tetapi membaktikan diri untuk Tuhan Yesus Kristus.

Kisah Petrus dan Yohanes dalam bacaan ini adalah contoh yang tepat bagi kita untuk setia melayani Tuhan dalam situasi apa saja. Kita perlu menyadari bahwa mengikuti Yesus Kristus dan bersaksi tentang-Nya itu membutuhkan kesetiaan dan pengorbanan diri. Ia sendiri mengingatkan kita semua untuk setia memikul salib, menyangkal diri dan mengikuti-Nya sampai tuntas. Kesetiaan kepada Kristus berarti dalam situasi apa saja, kita akan memberi diri untuk kemuliaan nama Tuhan Yesus Kristus. Waktu, bakat dan kemampuan hidup diperuntukkan hanya untuk Tuhan.

Satu situasi yang dialami dalam komunitas Gereja Purba adalah bagaimana bertumbuh sebagai orang-orang beriman kristiani untuk bisa mewartakan Injil kepada semua makhluk. Kesulitan awalnya adalah pada iman dan kepercayaan kepada Tuhan Yesus Kristus. Yesus menampakkan diri-Nya kepada Maria Magdalena. Ia kemudian menjadi pewarta kebangkitan bagi sesamanya tetapi mereka tidak percaya kepadanya. Yesus menampakkan diri-Nya kepada dua murid dalam perjalanan ke Emaus. Ketika keduanya menceritakan pengalaman bersama Yesus yang bangkit, teman-temannya juga tidak percaya. Yesus akhirnya menampakkan diri-Nya pada saat mereka sedang makan bersama. Ia mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka. Meskipun demikian, Yesus masih memerintahkan mereka untuk menjadi rasul. Ia berkata: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.” (Mrk 16: 15).

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari Sabtu Oktaf Paskah ini memberanikan kita untuk setia menjadi pewarta Yesus Kristus dan Sabda-Nya. Kita mewartakan Injil bukan hanya dengan kata-kata melainkan dengan hidup kita yang nyata. Kita melihat dalam komunitas para rasul, terjadi transformasi dari tidak percaya menjadi percaya.Tuhan Yesus menghendaki agar kita menjadi garam dan terang dunia (Mat 5:13-14). Garam itu bisa berfungsi karena ia melebur dirinya dan memberi rasa dari dalam makanan. Terang itu berfungsi karena ada kegelapan. Garam dan terang adalah perbuatan-perbuatan baik yang kita lakukan sebagai anak-anak Allah sehingga orang juga memuliakan Bapa di Surga (Mat 5:16). Seperti Petrus dan Yohanes, marilah kita tidak menutup mulut, tidak tinggal diam untuk mewartakan Injil Kristus.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply