Homili 13 April 2015

Hari Senin, Pekan Paskah II
Kis. 4:23-31
Mzm. 2:1-3,4-6,7-9
Yoh. 3:1-8.

Lahir baru dalam Roh

Fr. JohnAda seorang sahabat yang mengatakan kepadaku rasa syukurnya kepada Tuhan karena ia sempat membaharui janji baptisnya pada malam paskah 2015 yang lalu. Sudah lama ia tidak sempat membaharuinya. Ia mengakui bahwa ritus liturgi Malam Paskah memang panjang tetapi kali ini ia bertekad untuk mengikuti dan membaharui janji baptisnya. Ia merasa semakin kuat dan diteguhkan untuk bersatu dengan Tuhan. Ia berjanji untuk melawan iblis dan kuasa kejahatannya, menyatakan iman dan kepercayaan kepada Tuhan. Usai membaharui janji baptis, ia merasa lega dan memohon supaya Tuhan memberinya kesempatan untuk hidup dalam kuasa Roh Kudus.

Banyak orang sering lupa bersyukur kepada Tuhan atas anugerah sakramen pembaptisan yang diterimanya. Oleh karena orang bisa lupa bersyukur kepada Tuhan sehingga membaharuinya pun sulit. Mungkin orang puas memiliki surat baptis di tangan dan tidak perlu bersyukur lagi kepada Tuhan. Padahal bersyukur kepada Tuhan atas sakramen pembaptisan merupakan kekuatan bagi kita untuk menyadari betapa Tuhan selalu mengasihi kita. Ia membuka pintu masuk untuk tinggal bersama-Nya.

Pada hari ini kita berjumpa dengan figur Nikodemus. Nikodemus adalah seorang Farisi sekaligus pemimpin agama Yahudi. Dikisahkan bahwa ia datang kepada Yesus pada malam hari. Mengapa ia datang pada malam hari bukan siang hari? Ada dua alasan yang mungkin. Pertama, Nikodemus sebagai orang Farisi dan pemimpin Yahudi pasti segan dengan sesamanya. Setiap perbuatan baik Yesus selalu diawasi dan selalu berseberangan dengan pikiran orang-orang Farisi. Kedua, dalam tradisi Yahudi, seorang boleh mencari kebijaksanaan kepada sang guru kebijaksanaan pada malam hari. Jadi setelah seharian bekerja maka pada malam hari ia boleh datang kepada sang guru kebijaksanaan untuk belajar.

Nikodemus mengakui Yesus sebagai Rabi. Ia berkata: “Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorangpun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya.” (Yoh 3:2). Nikodemus datang dan bertemu dengan sang Guru Kebijaksanaan. Ia akan mendapat pengajaran kebijaksanaan dari Yesus dan diharapkan agar ia bisa membaharui hidupnya. Yesus menganjurkan Nikodemus untuk “dilahirkan kembali” supaya bisa melihat Kerajaan Allah. Kalau tidak dilahirkan kembali maka ia juga tidak bisa melihat kerajaan Allah. Kebijaksanaan dari Yesus ini tidak bisa ditangkap oleh akal budi Nikodemus. Ia mengertinya secara harafiah saja bahwa dilahirkan kembali berarti masuk ke dalam rahim ibu dan dilahirkan kembali seperti bayi.

Apa maksud Yesus mengatakan kepada Nikodemus: “dilahirkan kembali?” Yesus mengatakan kalimat ini untuk mengingatkan Nikodemus dan kita semua supaya membuka diri kita kepada Roh Kudus dan karya-Nya. Kita lahir kembali berarti lahir dalam air dan Roh. Air itu menyucikan sehingga menjadi salah satu simbol Roh Kudus. Seorang dikatakan lahir kembali karena dikuduskan lewat air pembaptisan dan dicurahi Roh Kudus. Orang yang hidup dalam Roh akan selalu baru di hadirat Tuhan. Roh Allah senantiasa bekerja dan membaharuinya. Yesus berkata kepada Nikodemus: “Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh.” (Yoh 3:7-8).

Pada hari ini kita semua disadarkan untuk mengingat kembali saat pertama dikuduskan lewat sakramen pembaptisan. Ketika dibaptis, kita dicurahi oleh Roh Kudus dan dikuduskan oleh Allah Tritunggal Yang Mahakudus. Saat itu juga kita menjadi anak-anak Allah dan dipanggil untuk ikut ambil bagian di dalam Kerajaan-Nya. Nah, kita selalu membutuhkan Roh Kudus yang menyatukan kita dengan Bapa dan Putra.

Roh Kudus tetap bekerja di dalam Gereja. Para Rasul, seperti Petrus dan Yohanes mengalami karya Roh Kudus yang luar biasa. Mereka berani bersaksi di hadapan Sanhedrin sehingga bisa dibebaskan kembali ke komunitas. Ketika mereka tiba di komunitas, seluruh jemaat berdoa dan mengucap syukur kepada Tuhan Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus karena perlindungan yang diberikan kepada kedua rasul ini. Mereka juga senantiasa berdoa supaya Tuhan melindungi jemaat dari ancaman orang-orang Yahudi saat itu. Tuhan selalu menjadi pelindung bagi orang yang berkenan pada-Nya. Roh Allah senantiasa menaungi mereka semua.

Hingga saat ini, Gereja juga tetap mengalami ancaman-ancaman tertentu dari luar. Gerakan ISIS dan radikalisme agama yang membuat banyak pengikut Yesus dari Nazaret menjadi martir, perang dan malapetaka lainnya juga ikut membuat Gereja menderita. Tantangan dan ancaman dari dalam seperti sikap superfisial dalam beriman, pelecehan seksual (pedofilia) yang mengancam kehancuran Gereja. Namun demikian, Gereja memang didirikan oleh Tuhan sehingga tidak akan hancur. Orang-orang boleh berdosa tetapi Tuhan tidak akan berhenti mengasihi Gereja-Nya, mengasihi umat-Nya yang berdosa dan mengahncurkan dosa mereka. Hiduplah dalam Roh Kudus. Tubuhmu juga menjadi tempat tingga Roh Kudus (1Kor 6:19).

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply