Homili 24 April 2015

Hari Jumat, Pekan Paskah III
Kis. 9:1-20
Mzm. 117:1,2
Yoh. 6:52-59.

Ekaristi itu mempersatukan manusia

Fr. JohnAda seorang sahabat mengaku kagum dengan Sakramen Ekaristi. Ia memperhatikan bagaimana keluarga-keluarga datang bersama-sama untuk mendengar Sabda dan menerima Tubuh dan Darah Kristus. Ia memperhatikan bagaimana orang-orang yang bermusuhan bisa duduk bersama di dalam satu ruangan yang sama untuk berekaristi. Semua orang memandang kepada Yesus yang membagi diri-Nya untuk keselamatan banyak orang. Dalam Ekaristi, Hosti Kudus itu satu dan sama dipecah, dibagi-bagi kepada semua orang. Demikian juga piala yang satu dan sama diedarkan kepada semua orang. Semuanya menjadi satu dan saudara di dalam Yesus Kristus. Persekutuan ini sangat luhur karena Tuhan sendiri yang menghendakinya. Di dalam Gereja Tuhan mempersatukan setiap pribadi sesuai dengan kehendakNya.

Untuk mewujudkan persekutuan yang benar tidaklah muda. Injil hari ini mengisahkan bahwa sebelumnya ada suasana tegang di dalam Sinagoga di Kapernaum ketika Yesus terus terang mengatakan bahwa untuk memiliki hidup kekal maka orang harus makan daging-Nya. Kini Yesus mengulanginya lagi dengan berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku. Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.” (Yoh 6: 53-58).

Yesus menegaskan pentingnya manusia bersatu dengan-Nya. Persekutuan ini bisa terjadi kalau manusia percaya dan terbuka kepada-Nya. Dengan bahasanya Yesus, manusia harus makan daging-Nya dan minum darah-Nya. Hanya dengan melakukan demikian maka manusia akan memiliki hidup di dalam dirinya. Yesus juga berjanji untuk membangkitkan manusia yang percaya kepada-Nya pada akhir zaman. Dengan menjadikan Yesus sebagai makanan Rohani maka manusia bisa tinggal di dalam diri Yesus. Yesus adalah Roti Surgawi yang menghidupkan.

Keberatan dari banyak orang tentang perkataan Yesus ini membuka peluang bagi Yesus untuk menegaskan bahwa Diri-Nya adalah benar-benar Roti Surga. Ia benar-benar memberi diri-Nya untuk keselamatan bagi semua orang. Memberi diri berarti memberi tubuh dan darah-Nya sebagai makanan dan minuman bagi manusia. Hanya Yesus Anak Allah yang mau mempersembahkan tubuh dan darah-Nya sebagai korban tebusan bagi banyak orang. Dia sungguh-sungguh Anak Allah, Sabda yang menjadi daging dan tinggal bersama kita (Yoh 1:14). Yesus hendak memberi diri-Nya secara total supaya kita dapat hidup dari diri-Nya. Hal ini dapat kita pahami dalam merayakan Ekaristi.

Yesus memperkenalkan diri-Nya sebagai makanan yang benar. Namun makanan ini berbeda dengan makanan yang biasa. Makanan jasmani itu merupakan saat berbagi dengan sesama, saat membangun persekutuan persaudaraan. Di dalam Ekaristi kudus, kita menjadi serupa dengan Yesus dan siap untuk mewartakan Kristus yang kita terima. Apakah kita sungguh-sungguh menghayati Ekaristi sebagai Sakramen yang menguduskan jiwa dan raga kita?

Saulus dikenal di dalam sejarah Gereja sebagai seorang pribadi yang mulanya kejam dan anti kristiani. Ia dilahirkan di Tarsus, propinsi Kilikia (Kis 22:3). Di saat St. Stefanus dibunuh sebagai martir, Saulus masih sebagai seorang pemuda (Kis 7:57). Orang tuanya berkebangsaan Yahudi, dari suku Benyamin (Rom 11:1; Flp 3:5). St. Hieronimus mengatakan bahwa kemungkinan orang tua Saulus bermigrasi ke Tarsus dari Palestina, namun tetap adalah kaum Yahudi yang taat (Flp 3:5). Keluarganya cukup berada sehingga mendukung pendidikan Saulus. Masa mudanya dihiasi dengan semangat untuk memurnikan ajaran agama Yahudi dan menyingkirkan orang-orang Kristiani yang dianggap merupakan sebuah sekte Yahudi saat itu.

Lukas bersaksi bahwa hati Saulus berkobar-kobar untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan. Ia menghadap Imam Besar dan mendapat surat kuasa untuk menangkap pria dan wanita yang percaya kepada Yesus Kristus dan membawa mereka ke Yerusalem untuk dipenjarakan. Tetapi ketika hendak merealisasikan niatnya ini, ia keburu ditangkap Tuhan. Ia melihat cahaya dari langit mengelilinginya, ia rebah ke tanah dan suara yang memanggil sekaligus menegurnya karena rencana dan tindakannya untuk menganiaya para murid Tuhan. Ia menjadi buta dan akan disembuhkan Tuhan melalui Ananias. Namanya pun berubah dari Saulus menjadi Paulus.

Tuhan memiliki rencana indah bagi Saulus. Ia akan menjadi pilihan Tuhan untuk memberitakan nama Tuhan kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang Israel. Ia juga akan mengalami banyak penderitaan namun Ia akan tetap tabah sampai kesudahan karena cintanya kepada Yesus Kristus. Saulus sudah berubah menjadi Paulus. Mari kita berubah dalam hidup pribadi dengan meninggalkan hidup lama dan mengenakan hidup baru. Tuhan memiliki rencana untuk anda dan saya supaya bertobat dan kembali kepada-Nya. Hiduplah dengan semangat Ekaristi karena Ekaristi akan mengubah hidupmu, mempersatukan dirimu dengan Tuhan dan sesama!

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply