Homili Hari Minggu Paskah VI/B – 2015

Hari Minggu, Pekan Paskah VI/B
Kis. 10:25-26,34-35,44-48
Mzm. 98:1,2-3ab,3cd-4
1Yoh. 4:7-10
Yoh. 15:9-17

Tuhan lebih dahulu mengasihi kita

Fr. JohnPada hari ini kita memasuki hari Minggu Paskah VI. Untuk sekedar mengingatkan bahwa pada hari Minggu Paskah V yang lalu, Tuhan Yesus mengatakan diri-Nya sebagai Pokok anggur yang benar dan kita semua adalah ranting-ranting darinya. Ranting-ranting yang baik diperhatikan supaya menghasilkan buah sedangkan ranting-ranting yang kering akan dipangkas dan dibakar. Yesus juga mengatakan bahwa terlepas dari pada-Nya, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Apa yang harus kita lakukan? Kita harus tinggal di dalam-Nya. Tinggal di dalam Yesus berarti bersatu di dalam kasih-Nya. Pada hari Minggu ini Tuhan Yesus dari Injil, melanjutkan wejangan-Nya tentang perintah baru kepada kita supaya saling mengasihi satu sama lain. Dasar kasih adalah Bapa mengasihi Yesus sebagai Putra-Nya, Yesus mengasihi kita sebagai sahabat-sahabat-Nya, maka kita tinggal di dalam kasih-Nya. Tuhan Yesus menunjukkan sebuah locus baru untuk merasakan kasih dan mengasihi. Locus baru adalah diri-Nya sendiri sebagai pusat kasih.

Bagi Yesus, kasih kepada Tuhan menjadi sempurna ketika kita memiliki sikap batin untuk menuruti semua perintah-perintah-Nya. Yesus sudah menuruti perintah Bapa di surga untuk menyerahkan diri sebagai Penebus dunia. Bagi kita, perintah yang paling utama menurut ajaran Yesus adalah mengasihi Tuhan dan sesama sampai tuntas. Tuhan memberikan perintah baru untuk saling mengasihi karena Ia lebih dahulu mengasihi kita. Tuhan tidak hanya memberi komando untuk saling mengasihi tetapi Ia sendiri sudah lebih dahulu mengasihi kita. Cinta kasih yang benar itu mengarahkan kita kepada pertobatan bathin. Dengan demikian, kita bukanlah hamba melainkan sahabat. Kita adalah sahabat-sahabat Yesus di yang hadir dalam keluarga masing-masing.

Tuhan Yesus menegaskan bahwa cinta kasih adalah sebuah pengorbanan. Oleh karena itu “tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.” (Yoh 15:13). Tuhan Yesus menyatakan hal ini untuk mengingatkan kita semua bahwa Ia sendiri mengorbankan diri-Nya bagi kita sebagai sahabat-sahabat-Nya. Sahabat Yesus yang baik adalah mereka yang selalu siap untuk melakukan perintah-perintah-Nya. Sahabat Yesus adalah para pilihan yang ditetapkan oleh Tuhan sendiri. Para pilihan ini ditugaskan untuk menghasilkan buah berlimpah dalam ketekunan dan tetap.

Tuhan Yesus mengharapkan supaya kita bisa tinggal di dalam kasih-Nya. Apa makna tinggal di dalam kasih? Yesus berkata: “Tinggallah dalam kasih-Ku” berarti Ia menghendaki supaya kita tetap bersatu dengan-Nya. Tinggal di dalam kasih berarti merasakan kasih Tuhan di dalam diri-Nya, membagi kasih Tuhan kepada sesama yang dekat dengan kita, dan juga sesama yang belum mengenal Yesus Kristus. Segala pekerjaan yang kita lakukan haruslah kita melakukannya dengan kasih.

Yohanes dalam bacaan kedua menegaskan bahwa Allah adalah kasih. Oleh karena itu ia mengharapkan supaya kita juga harus saling mengasihi karena kasih itu berasal dari Allah. Setiap orang yang mampu mengasihi berarti ia lahir dari Allah dan mengenal-Nya. Sebaliknya orang yang tidak bisa mengasihi, tidak mengenal Allah karena Allah adalah kasih. Kasih Allah menjadi nyata di dalam diri Yesus Kristus Putra-Nya.

Banyak kali sebagai manusia kita menjadi egois di hadapan Tuhan. Kita menghitung-hitung jasa dan kebaikan yang sudah kita lakukan. Misalnya, ada yang menghitung frekuensi pelayanannya di dalam Gereja, ada yang menghitung besarnya sumbangan kepada Gereja dan lain sebagainya. Mengasihi itu tidak menggunakan alat ukur yang tepat karena Tuhan yang lebih dahulu mengasihi juga tidak menggunakan alat ukur. Tuhan sendiri tidak menggunakan alat ukur kualitas kasih karena Dia adalah kasih. Dia yang menciptakan segala sesuatu dan kerelaan untuk memberikan Putra-Nya sebagai Penebus tidak pernah membuat perhitungan dengan manusia. Sekali Ia mengasihi manusia maka selamanya Ia mengasihi karena hakekat-Nya adalah kasih.

Di dalam bacaan pertama, kita mendengar kisah pertobatan Kornelius dan keluarganya. Kornelius menyambut Petrus yang datang ke rumahnya. Ia tersungkur di depan kaki Petrus dan menyembahnya tetapi Petrus menegakkan dia dan mengatakan bahwa ia hanya seorang manusia biasa saja. Petrus mencapai suatu kesadaran rohani yang luar biasa dan mengingatkan Kornelius bahwa Allah dalam mengasihi manusia juga tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa manapun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya.Roh Kudus sungguh bekerja sehingga semua orang di dalam rumah itu dibaptis dalam nama Yesus oleh Petrus.

Ada dua hal yang menarik dari pengalaman rohani St. Petrus ini. Pertama, Petrus sadar diri bahwa dia hanya seorang manusia biasa, yang menjadi jembatan bagi sesama yang belum mengenal Tuhan untuk bisa lebih mengenal dan mengasihi-Nya. Mengasihi Tuhan berarti menjadikan Dia sebagai prioritas dalam pewartaan. Kedua, Roh Kudus tetap berkarya di dalam Gereja sehingga semua orang juga menyadari bahwa keselamatan dalam nama Yesus itu sifatnya universal. Tuhan memang lebih dahulu mengasihi kita.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply