Homili 13 Mei 2015

Hari Rabu, Pekan Paskah VI
Kis. 17:15,22 – 18:1
Mzm. 148:1-2,11-12ab,12c-14a,14bcd
Yoh. 16:12-15.

Berani mewartakan Injil!

Fr. JohnAda seorang misionaris yang ditangkap oleh para pemberontak. Mereka menyekapnya di sebuah gubuk kecil dan dijaga ketat para tentara pemberontak. Sebenarnya misionaris asing ini hanyalah “jebakan” supaya para tentara nasional menyerah dan membiarkan senjata mereka direbut oleh para pemberontak, selanjutnya mereka membawanya ke hutan untuk bergrilia. Namun secara ajaib misionaris ini berhasil keluar dari camp tahahan dan mencari perlidungan di markas tentara nasional. Ia kemudian diantar ke komunitasnya untuk melanjutkan pelayanan sebagai misionaris. Hal yang menguatkannya adalah bahwa selama di camp tahanan, ia tetap percaya kepada Tuhan, apa pun situasi hidupnya. Kadang ia tidak diberikan makanan dan minuman. Ia hanya bisa berdoa rosario dalam hatinya. Ia juga tetap berbuat baik bahkan setia mengampuni para pemberontak yang selalu marah dan membentaknya. Ada pemberontak lain yang tadinya kasar bisa menjadi lembut karena kesabaran misionaris ini. Pengalaman hidup misionaris ini membantu kita sebagai Gereja untuk tetap berani mewartakan Injil kapan dan di mana pun kita berada.

Para murid Yesus juga memiliki semangat berkobar-kobar untuk mewartakan Injil. Dalam perjalanan misionernya yang kedua, Paulus, Silas dan Timotius mengalami banyak penderitaan di sekitar daerah Filipi. Mereka ditangkap, dianiaya, dipenjarakan dan dibebaskan secara ajaib karena karya Tuhan. Padahal Makedonia adalah daerah di mana Roh Kudus sendiri menyiapkannya bagi mereka untuk menginjili. Penderitaan dan kemalangan datang silih berganti tetapi Paulus tetap berprinsip bahwa mereka itu lebih dari pemenang. Tuhan Yesus tetap memihak pada mereka sebagai misionaris-Nya.

Paulus mungkin berprinsip sebagaimana diungkapkannya nanti kepada umat di Roma: “Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Rm 8:35.37-39).

St. Lukas melanjutkan Kisah perjalanan Misioner Paulus dan rekan-rekannya. Kali ini ia berada di Atena, tanpa ditemani Silas dan Timotius. Sambil menyusuri kota Atena, ia menemukan tulisan pada mezbah: “Kepada Allah yang tidak dikenal”. Ketika berada di atas Areopagus, ia menginjili Athena dengan suara nyaring. Mula-mula ia memuji orang-orang Atena karena dalam segala hal mereka sangat tekun beribadah kepada dewa-dewa. Ia mengakui bahwa kehadirannya di tengah-tengah mereka adalah untuk menunjukkan Allah yang benar yang patut disembah dan dimuliakan manusia tetapi belum mereka kenal. Allah yang patut disembah dan dimuliakan adalah pencipta langit dan bumi, pemberi nafas hidup kepada semua orang. Ia menentukan musim-musim di bumi. Ia juga mengatakan bahwa semua manusia berasal dari Allah maka ini adalah kesempatan untuk bertobat dan kembali kepada-Nya. Orang-orang Athena mendengar semua perkataan Paulus, tetapi mereka  menolaknya, karena ia mengatakan tentang kebangkitan Yesus Kristus dari kematian. Hanya ada Dionisius, Damaris dan beberapa orang yang percaya kepada pengajaran Paulus. Namun demikian, Paulus tidak merasa putus asa karena ditolak di Athena. Dia malah meninggalkan Athena menuju ke Korintus untuk penginjilan berikutnya.

Menjadi misionaris itu bukan untuk mencari popularitas diri, sebaliknya, menjadi misionaris itu berarti siap untuk menderita dan menjadi martir bagi Yesus Kristus. Paulus, Silas dan Timotius tetap teguh dalam perjalanan misioner kedua ini, karena mereka mencintai Yesus Kristus. Mereka juga patuh kepada nasihat Roh Kudus. Roh Kudus adalah Roh Kebenaran yang dijanjikan Yesus sendiri. Dalam amanat perpisahan-Nya Yesus berkata: “Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.” (Yoh 16:13). Paulus, Silas dan Timotius sungguh-sungguh merasakan buah rohani dari pesan Yesus ini. Roh Kudus sungguh-sungguh memimpin mereka kepada kebenaran yang datang dari Yesus sendiri. Yesus adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup bagi setiap misionaris.

Bagi Yesus, Roh Kudus akan memuliakan-Nya karena Ia memberitakan segala sesuatu yang diterima dari Yesus. Di sini sekali lagi Yesus menegaskan persekutuan-Nya dengan Bapa (Yoh 10:30) sehingga apa yang menjadi milik Bapa juga menjadi milik-Nya. Dengan rahmat pembaptisan, kita pun menjadi satu dengan Kristus dan menjadi bagian dari Bapa. Kita tidak pernah terpisah dari Yesus sebagai pokok anggur tetapi tinggal di dalam kasih-Nya. Apakah kita sungguh-sungguh merasakannya? Apakah kita bersyukur karena dikasihi Tuhan apa adanya? Apakah kita lalu menjadi berani untuk mewartakan Kristus.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply