Homili 3 Juni 2015 Untuk Daily Fresh Juice (DFJ)

Hari Rabu, Pekan Biasa IX
Tob. 3:1-11a,16-17a
Mzm. 25:2-4a,4b-5ab,6-7bc,8-9
Mrk. 12:18-27

Kita Mengimani Allah orang hidup!

Fr. JohnKetika menyatakan iman dan kepercayaan, kita dengan sadar berkata: “Aku percaya akan kebangkitan badan dan kehidupan kekal”. Kita bisa menyatakan iman seperti ini karena kita percaya bahwa Kristus telah bangkit dari alam maut, hidup selamanya dan menjadikan kita ikut ambil bagian dalam kehidupan kekal. Namun, muncul pertanyaan ini, apa yang terjadi pada kita setelah meninggal dunia? Katekismus Gereja Katolik (KGK) mengajarkan bahwa saat kematian, tubuh dan jiwa terpisah. Tubuh menjadi rusak, kembali menjadi debu sebagaimana dikatakan Tuhan sendiri kepada manusia pertama: “Sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu.” (Kej 3:19). Sementara jiwa pergi kepada Allah dan menunggu untuk dipersatukan kembali dengan tubuh yang dibangkitkan pada akhir zaman (KGK, 992-1004, 1016-1018). Dengan membaca kembali ajaran Katekismus Gereja Katolik ini, saya juga mengingat penulis C.S Lewis yang pernah berkata: “Alam boleh berlalu dengan cepat; kita akan melampauinya. Bahkan jika semua matahari dan kabut telah hilang, setiap dari kita akan tetap hidup.” Ya, kita tetap hidup selama-lamanya karena Allah orang hidup ada di dalam diri kita.

Perikop Injil pada hari ini mengisahkan tentang kedatangan orang-orang Saduki untuk bersoal jawab dengan Yesus. Banyak di antara kita membaca dan mendengar tentang orang Saduki yang berpendapat bahwa tidak ada kebangkitan bagi orang mati. Nah, siapakah orang-orang Saduki itu? Orang Saduki (Sadok) adalah sebuah golongan atau partai yang memiliki sedikit pengaruhnya di kalangan kaum Yahudi pada zaman Yesus. Mereka merupakan para pemilik tanah di Palestina yang kaya raya, pada umumnya memperoleh kedudukan yang menonjol karena manipulasi licik dengan memanfaat keadaan politik yang ada di negeri itu. St. Lukas melaporkan bahwa di dalam Mahkamah Agama Yahudi, kaum Saduki ini menduduki posisi yang signifikan yakni setara dengan kaum Farisi (Kis 23:6-10). Banyak di antara para imam kepala adalah kaum Saduki. Dalam urusan agama, mereka termasuk orang konservatif yang hanya menerima Kitab Taurat saja. Itu sebabnya ajaran-ajaran baru seperti hidup kekal, kebangkitan, malaikat, setan, roh jahat tidak mereka akui. Hal ini tentu berbeda dengan kaum Farisi yang percaya kepada kebangkitan badan, malaikat dan roh-roh. Ada juga teori yang mengatakan bahwa kaum Saduki juga menguasai Bait Allah selama berabad-abad.

Pada hari ini kita mendengar kaum Saduki datang untuk bersoal jawab sekaligus mencobai Yesus dengan sebuah pertanyaan tentang perkawinan Levirat. Perkawinan Levirat adalah perkawinan antara seorang janda dengan saudara kandung mantan suaminya yang sudah meninggal dunia berdasarkan adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat bersangkutan. Kaum Saduki menggunakan kebiasaan Levirat atau tukar tikar ini dengan sebuah contoh konkret tentang seorang wanita yang dinikahi tujuh bersaudara kandung. Pertanyaan mereka adalah pada hari kebangkitan, siapa yang menjadi suami wanita itu. Yesus melihat kesesatan hati mereka maka Ia berkata: “Kalian sesat, justru karena kalian tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah. Sebab di masa kebangkitan orang mati, orang tidak kawin atau di kawinkan, mereka hidup seperti malaikat di surga. Allah yang kita imani adalah Allah orang hidup bukan Allah orang mati” (Mrk 12:24-25.27).

Lihatlah bahwa Yesus terang-terangan mengatakan bahwa ada kebangkitan badan dan kehidupan kekal. Ia menunjukkan bahwa Allah adalah Allah yang hidup dari orang yang hidup. Kitab Suci memberikan bukti yang akurat di mana Allah sendiri menyebut diri-Nya sebagai Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub (Kel 3:6). Allah adalah sahabat Abraham, Ishak dan Yakub ketika mereka masih hidup di atas dunia. Persahabatan mereka ini tidak berhenti atau dipisahkan oleh kematian. Daud pernah berbicara tentang realitas kehidupan kekal bersama Tuhan dalam doa ini: “Tetapi aku tetap di dekat-Mu; Engkau memegang tangan kananku. Dengan nasihat-Mu Engkau menuntun aku, dan kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan.” (Mzm 73:23-24). Roh Kudus sendiri mengajar kita kebenaran ilahi tentang kasih Allah yang kekal kepada kita dan kehidupan yang hendak dibagikan-Nya kepada kita untuk keabadian. St. Paulus menulis: “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.” Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah.” (1Kor 2:9-10; Yes 64:4; 65:17).

Pada hari ini pikiran kita dibuka sekaligus iman kita diteguhkan Tuhan Yesus supaya kita sadar saat menyatakan iman dan kepercayaan bahwa kita percaya akan kebangkitan badan dan kehidupan kekal. Banyak kali kita mendoakannya seakan hanya menyebut kata-kata tersebut dalam rumusan Credo saja. Dengan demikian kita juga akan lebih siap untuk menyambut saudara kematian dengan bahagia. Iman kita juga semakin diteguhkan karena kebangkitan Kristus menjadi dasar kebangkitan kita. Hal konkret yang bisa kita lakukan adalah mendoakan saudari-saudara kita yang sudah meninggal supaya mereka juga ikut bangkit dan menikmati kehidupan kekal di surga.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply