Homili 9 Juni 2015

Hari Selasa, Pekan Biasa X
2Kor. 1:18-22
Mzm. 119:129-133,135
Mat. 5:13-16

Katakanlah Ya Kepada Yesus!

Fr. JohnSaya pernah mengikuti sebuah acara Kebangunan Rohani Katolik (KRK). Tema Kebangunan Rohani Katolik adalah “Katakanlah Ya Kepada Yesus”. Semua peserta diarahkan oleh pengkotbah dalam Sabda dan Doa untuk semakin dekat dan akrab dengan Yesus. Kedekatan dan keakraban itu diharapkan membantu umat katolik untuk menjadi tanda dan pembawa kasih Allah kepada semua orang. Saya sendiri mengikuti kegiatan rohani ini, kadang saya merasa terganggu karena lagu-lagu dan bunyi musik yang tidak sinkron, banyak yang seolah-olah berteriak bukan bernyanyi. Di saat yang sama saya juga memperhatikan suasana umat yang mengikuti Kebangunan Rohani Katolik ini. Ada yang kelihatan serius berdoa dan mendengar Sabda Tuhan. Ada yang kurang perhatian, seakan hanya ikut-ikutan saja, yang penting bisa didoakan oleh para pendoa. Ada juga yang sibuk sendiri di dalam ruangan, ngobrol satu sama lain, main gadget padahal masih dalam suasana doa. Pokoknya hanya Tuhan yang mengerti isi hati mereka. Terlepas dari semua kelebihan dan kekurangan yang ada, saya tetap tertarik pada tema ini: “Katakanlah Ya Kepada Yesus”. Sebagai seorang imam saya bertanya kepada diri saya sendiri: “Apakah saya sungguh-sunggu mengatakan Ya kepada Tuhan Yesus untuk mengikuti-Nya dari dekat, melayani dan mengasihi-Nya dengan sepenuh hati?”

Tuhan Yesus melalui bacaan Injil hari ini mengingatkan kita akan tujuan hidup sebagai pengikut-pengikut yang disapa-Nya “berbahagialah”. Tujuan hidup kita adalah sebagai anak-anak Tuhan, kita hidup dan memberi kesaksian tentang kasih dan kebaikan Tuhan Allah yang melimpah. Kasih dan kebaikan Tuhan Allah itu kita tunjukkan dalam perbuatan-perbuatan yang nyata. Untuk itu Tuhan Yesus mengambil contoh-contoh sederhana yang bisa membantu proses formasi diri untuk menjadi saksi-saksi-Nya di dunia ini. Ia mengambil contoh garam dan terang untuk menggambarkan tujuan hidup kita.

Tuhan Yesus berkata: “Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.” (Mat 5:13). Tuhan Yesus mengambil contoh garam dan menempatkan garam pada posisi para murid-Nya: “Kamu adalah garam dunia”. Kalau garam tidak asin lagi maka tidak berguna, dibuang di jalan dan diinjak-injak orang. Israel sangat akrab dengan garam. Mereka memiliki laut mati yang kadar garamnya 28 kali lebih asin dari air laut yang lain. Mereka juga memiliki laut tengah yang kadar garamnya juga cukup tinggi.

Garam sejak dahulu kala digunakan untuk memberi rasa nikmat pada makanan, mengawetkan makanan dan mengobati penyakit kulit tertentu. Supaya garam bisa berfungsi maka ia harus kehilangan wujudnya, merembes masuk ke dalam makanan dan memberi rasa dari dalam makanan. Garam itu harus banyak berkurban. Kalau ia tetap menjadi kristal atau butir garam maka fungsinya terbatas tetapi kalau ia sudah melebur dirinya maka ia akan lebih berguna. Orang-orang yang memiliki penyakit kulit tertentu senang merendam dirinya beberapa saat di laut mati atau mengoles bagian tubuhnya itu dengan lumpur laut mati dan kulitnya bisa sembuh.

Orang-orang Kristen atau Kristus kecil haruslah menjadi garam. Untuk melayani dengan baik maka kita harus rela kehilangan jati diri, meninggalkan popularitas diri, membuang sikap egois supaya melayani lebih baik lagi. Melayani dan mengasihi berarti tidak membuat hitungan-hitungan tentang apa yang sudah kita berikan kepada Tuhan dan sesama. Kristus kecil harus masuk melalui pintu Tuhan dan menggarami sesama dari dalam. Perubahan radikal dari dalam akan mengobarkan cinta kasih yang luar biasa.

Tuhan Yesus berkata: “Kamu adalah terang dunia.” (Mat 5:14). Yesus juga menagatakan diri-Nya sebagai Terang dunia (Yoh 8:12). Kota Yerusalem berada di atas bukit maka orang-orang yang berada di posisi yang rendah akan melihat cahaya lampu dan yakin bahwa di sana ada kehidupan. Yesus dan para murid-Nya berada di Galilea. Pada setiap malam mereka melihat ka arah Khorazim, Magdala, Tiberias dan nampak di mata mereka cahaya. Mereka pun yakin bahwa ada kehidupan di sana. Yesus mengatakan bahwa cahaya atau terang harus bertemu dengan gelap supaya bisa menerangi kegelapan itu sehingga segala sesuatu bisa dilihat. Untuk itu pelita harus diletakkan di atas tempatnya supaya bisa menerangi seluruh rumah. Pelita tidak bisa disimpan di kolong tempat tidur karena nanti tidak cukup terangnya. Terang adalah perbuatan baik yang bisa dilakukan kepada sesama. Hidup kristiani menjadi indah karena kita berbuat baik. Yesus berkata: “Hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” (Mat 5:16).

Apakah anda dan saya bisa menjadi garam dan terang bagi dunia? Tuhan sudah memberi komando kepada kita untuk menjadi garam dan terang bagi dunia. Mari kita menggarami dan menerangi dunia dari dalam. Masuklah, bawalah Yesus Kristus untu mengubah dunia ini. Semangat yang teguh, ketulusan dalam melayani akan mendorong kita semua untuk menunjukkan wajah Allah sebagai Bapa yang baik dan kekal. Selalu berbuat baik kepada siapa pun supaya Bapa di surga bisa dimuliakan di atas bumi ini.

Untuk menggarami dan membawa terang Kristus bukanlah perkara yang mudah. St. Paulus bekerja keras melayani jemaat di Korintus. Namun orang-orang di Korintus menilai Paulus sebagai pribadi yang plin-plan. Untuk mempertegas posisinya sebagai rasul maka ia berkata: “Demi Allah yang setia, janji kami kepada kamu bukanlah serentak “ya” dan “tidak”. Karena Yesus Kristus, Anak Allah, yang telah kami beritakan di tengah-tengah kamu, yaitu olehku dan oleh Silwanus dan Timotius, bukanlah “ya” dan “tidak”, tetapi sebaliknya di dalam Dia hanya ada “ya”. (2Kor 1:18-19). Untuk menjadi saksi Kristus yang benar maka hanya ada kata Ya di dalam hidup-Mu. Kalau Ya katakana Ya, kalau tidak maka katakanlah tidak!

Mengapa kita harus mengatakan Ya, bukan tidak? Alasan yang penting di sini adalah: “Sebab Kristus adalah “ya” bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia, kita mengatakan “Amin” untuk memuliakan Allah.” (2Kor 1:20) Yesus juga telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang telah mengurapi, memeteraikan tanda milik-Nya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita.” (2Kor 1:21-22).

Kita bersyukur kepada Tuhan karena Sabda-Nya sudah mengubah hidup kita untuk menjadi tanda dan pembawa kasih kepada kaum muda. Apakah kita berani bersaksi kepada Yesus Kristus. Apakah kita berani berkata Ya kepada Yesus?

P. John Laba, SDB

Leave a Reply

Leave a Reply