Homili 10 Juni 2015

Hari Rabu, Pekan Biasa X
2Kor. 3: 4-11
Mzm. 99:5,6,7,8,9
Mat. 5:17-19

Yesus menyempurnakan segalanya

Fr. JohnAda seorang ayah yang selalu merasa bangga dengan segala sesuatu yang dialami dan dilakukan oleh putranya. Setiap kali putranya melakukan suatu pekerjaan, ia selalu membantunya dengan tulus. Sambil membantu, ia mengingatkan putranya dengan kalimat yang sama: “Tuhan akan menyempurnakan segalanya dalam dirimu.” Pengalaman harian antara ayah dan anak ini selalu dikenang oleh anaknya. Pada saat ayahanda meninggal dunia, putranya bersaksi di depan peti jenazah: “Ayahku adalah seorang pribadi yang baik. Ia selalu membantuku dan mengingatkanku: ‘Tuhan akan menyempurnakan segalanya’. Hari ini saya berdoa dan mau mengatakan kepada ayah: ‘Tuhan juga sekarang menyempurnakan ayah selama-lamanya’. Ini merupakan sebuah pengalaman iman yang sederhana di dalam sebuah keluarga. Tuhan hadir dan menyempurnakan segala sesuatu di dalam hidup kita setiap hari.

Apa yang Tuhan Yesus mau sampaikan kepada kita pada hari ini? Dari atas bukit Sabda Bahagia di Galilea, Tuhan Yesus sudah menjelaskan hal-hal praktis bagi para murid-Nya supaya menjadi garam dan terang bagi dunia. Garam bisa berfungsi ketika ia harus kehilangan wujudnya supaya bisa memberi rasa nikmat dari dalam makanan. Terang bisa berguna ketika berjumpa dengan kegelapan. Terang akan menampakan perbuatan-perbuatan baik sehingga semua orang bisa memuliakan Allah Bapa di Surga.

Pada hari ini Tuhan Yesus melanjutkan penjelasan-penjelasan konkret tentang Sabda Bahagia. Ia menjelaskan tujuan kedatangan-Nya ke dunia ini supaya menggenapi hukum lama dengan kasih yang total, kasih yang sempurna. Pada waktu itu Ia berkata: “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” (Mat 5:17). Apa yang Tuhan Yesus mau katakan kepada kita? Ia mengajar kita semua bahwa Kitab Suci Perjanjian Lama, terutama Torah merupakan bagian dari Wahyu Ilahi. Artinya bahwa di dalam dunia Perjanjian Lama Tuhan menunjukkan diri dan dikenal melalui para nabi. Umat pilihan Allah berkumpul setiap hari Sabtu di dalam Sinagoga untuk mendengar Sabda Tuhan. Orang-orang Yahudi yang baik adalah mereka yang mendengar Sabda dan melakukannya di dalam hidup setiap hari. Hal yang sama kiranya masuk juga di dalam hidup kita, teristimewa kemampuan kita untuk mendengar dan melakukan Sabda Tuhan.

Hanya di dalam Yesus Kristus kita memperoleh pemenuhan Wahyu Ilahi. Dia adalah Sabda, Sabda Tuhan Allah, yang menjelma menjadi daging dan tinggal bersama kita (Yoh 1:14). Allah menunjukkan diri-Nya kepada kita sebagai Allah yang benar dan bagaimana Ia mengasihi kita. Allah sendiri menghendaki manusia agar menunjukkan rasa tanggungjawabnya dalam kasih. Hal ini kiranya sejalan dengan perkataan Yesus: “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti perintah-perintah-Ku” (Yoh 14:15). Kasih adalah segalanya.

Kita juga bisa memahami bacaan Injil hari ini dengan perkataan St. Yohanes: “Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat, sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita.” (1Yoh 5:3-4). Dengan melakukan perintah-perintah Tuhan menunjukkan bahwa kita sungguh-sungguh mengasihi-Nya melalui perbuatan-perbuatan yang nyata. Kasih itu bukan hanya soal rasa, kasih juga harus dibuktikan dalam perbuatan nyata, perbuatan kasih karena Tuhan lebih dahulu mengasihi kita.

Tuhan Yesus mengajar kita untuk mawas diri terhadap suatu skandal yang sangat jahat dalam hidup kita. Ia berkata: “Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.” (Mat 5:19). Karena sebagaimana dikatakan Yohanes: “Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran.” (1Yoh 2:4). Pada saat yang sama, Ia menunjukkan kepada kita betapa pentingnya teladan baik yang harus kita berikan kepada sesama. Teladan yang baik adalah elemen pertama dalam kerasulan kristiani. Di samping teladan baik, butuh juga kesetiaan untuk melakukan perintah-perintah Tuhan.

Satu figur yang kiranya bisa menginspirasikan kita juga adalah St. Paulus. Ia pernah membagi pengalamannya di Korintus seperti ini: “Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah. Ialah membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru, yang tidak terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari Roh, sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan.” (2Kor 3:5-6). Paulus adalah seorang pelayan tulen. Ia tetap tegar melayani, tanpa membuat perhitungan apa pun karena ia percaya sedang melakukan pekerjaan-pekerjaan Allah.

Pengalaman iman Paulus ini menginspirasikan para agen pastoral untuk tetap setia melayani Tuhan. Apa yang dilakukan dalam pelayananmu bertujuan untuk memuliakan nama Tuhan dan menyelamatkan jiwa-jiwa. Saudara, janganlah anda menghitung apa yang anda berikan kepada Tuhan dalam pelayananmu tetapi bersyukurlah karena anda bisa melayani Tuhan dan menghadirkan kemuliaan nama-Nya. Tuhan juga yang akan menyempurnakan semua pelayananmu.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply