Homili 13 Juni 2015

Hari Sabtu, Pekan Biasa X
2Kor. 5: 14-21
Mzm. 103:1-2,3-4,8-9,11-12
Mat. 5:33-37

Aku bersumpah untuk setia kepada-Mu!

Fr. JohnPada hari ini saya merasa Tuhan benar-benar menyapaku, dan sangat mengasihiku apa adanya. Mengapa saya merasakan pengalaman rohani yang begitu kuat dan istimewa hari ini? Inilah ceritanya: Pada tanggal 10 Juni tahun 1989, saya pertama kali menginjakkan kaki di komunitas Salesian Don Bosco, Fatumaca, Timor Leste. Sejak hari itu saya memulai proses formasi untuk menjadi seorang biarawan dan selanjutnya menjadi imam dalam Kongregasi Salesian Don Bosco (SDB). Saya menjalani masa postulan selama setahun. Pada tanggal 13 Juni 1990 saya diterima untuk memulai masa novisiat selama setahun. Pada tanggal 13 Juni 1991, bertepatan dengan pesta St. Antonius Padua, saya diterima di dalam Kongregasi kebanggaanku ini dengan mengikrarkan kaul pertama. Inilah awal perjalanan saya sebagai biarawan yang terikat kaul-kaul kebiaraan. Ini adalah kesempatan bagi saya untuk hidup sebagai seorang biarawan dalam kongregasi Salesian Don Bosco, yang menghayati hidup taat, miskin dan murni sesuai dengan semangat dan spiritualitas Salesian Don Bosco. Maka hari ini 13 Juni 2015 saya boleh bersyukur kepada Tuhan karena Ia telah memanggil, memilih, mengasihi dan membimbing ziarah panggilanku ini hingga di usia ke-24. Saya sudah berjanji untuk setia sebagai orang yang taat, miskin dan murni di hadapan Tuhan, dan memperjuangkannya selama 24 tahun ini. Terima kasih Tuhan, Engkau sungguh luar biasa bagiku.

Sambil mengenang dan bersyukur kepada Tuhan, saya merasa disapa juga oleh Tuhan melalui Sabda-Nya pada hari ini. Di bukit Sabda Bahagia, Tuhan Yesus berkata kepada para murid-Nya: “Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan.” (Mat 5:33). Saya menyadari bahwa banyak kali saya harus berjuang untuk menghayati nasihat-nasihat Injil yang saya ikrarkan di hadapan Tuhan di dalam Gereja dengan sebaik-baiknya. Nasihat-nasihat Injil yakni ketaatan, kemiskinan dan kemurnian merupakan jalan untuk menjadi kudus. Kadang saya juga bergumul dan berefleksi dalam hati saya dengan bertanya: “Apakah kaul-kaul kebiaraan ini saya hayati sebagai sebuah sumpah yang benar, mengikat dan bukan sumpah palsu di hadapan Tuhan?” Di saat-saat yang sulit, terutama ketika menghadapi godaan yang menggangu ketiga nasihat injil ini, saya selalu berkata kepada Tuhan dalam doa bahwa saya tetap membutuhkan-Nya. Saya percaya Ia tetap hadir buatku.

Apa yang menakutkan saya ketika menghadapi godaan-godaan dalam hidup membiara? Saya mengingat Tuhan Yesus yang menyadarkan saya lewat perkataan-Nya ini: “Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar; janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambutpun.” (Mat 5:34-36). Saya menyadari bahwa saya sudah bersumpah, sudah mengikrarkan kaul secara publik di hadirat Tuhan, di dalam Gereja-Nya yang kudus. Dalam perjalanan menghayati nasihat-nasihat Injil ini saya selalu berusaha untuk setia kepada Tuhan, bukan kepada siapa-siapa atau kepada apa-apa. Saya sadar diri bahwa saya tidak berkaul demi diri saya, atau demi langit dan bumi tetapi demi Tuhan. Semua yang saya lakukan sebagai seorang biarawan itu semata-mata demi kemuliaan nama Tuhan bukan demi diriku sendiri.

Tuhan juga menyadarkan saya pada hari ini untuk konsisten dan jujur dalam menghayati panggilanku. Di dalam Injil Tuhan Yesus berkata: “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.” (Mat 5:37). Ketika mengikrarkan kaul, saya dengan suara lantang mengatakan kepada Tuhan: “Ya” untuk menjadi biarawan Salesian Don Bosco. Berbagai pergumulan hidup selama ini menantang saya untuk setia dan berani berkata “Ya” kepada Tuhan dan berani berkata “tidak” kepada hal yang mengganggu atau menghalangi panggilanku. Sebagai seorang manusia yang sedang berjalan menuju kesempurnaan hidup, saya juga banyak kali lalai dalam doa, mencari alasan untuk membenarkan diri padahal bertentangan dengan nasihat-nasihat injil. Saya menyadari perkataan St. Petrus: “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama.” (1Ptr 5:8-9).

Apa yang membuat saya berusaha untuk setia dalam panggilan? St. Paulus dalam bacaan pertama mengingatkan saya pada alasan mendasar mengapa memilih menjadi seorang biarawan dan imam? Kasih Kristus bagiku adalah segalanya. St. Paulus berkata: “Kasih Kristus telah menguasai kami”. Kalau saja kasih Tuhan Yesus Kristus tidak menguasaiku maka aku tidak akan seperti saat ini, boleh bersyukur atas rahmat panggilan. Tetapi ternyata aku menemukan kasih dan merasakan kasih Tuhan yang benar. Kasih-Nya itu membuatku selalu mencoba untuk setia kepada-Nya.

St. Paulus juga berkata: “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” (2Kor 5:17). Ketika mengikrarkan kaul kebiaraan untuk pertama kali, saya membaharui diri saya sebagai orang yang dibaptis dan percaya bahwa saya juga menjadi ciptaan baru di dalam Kristus. Hidup saya yang lama saya tinggalkan dan memulai hidup yang baru di dalam Kristus. Ini pun masih merupakan perjuangan yang terus menerus di dalam hidupku.

Saya berterima kasih kepada Tuhan atas rahmat panggilan yang diberikannya kepadaku. Saya lemah tetapi menjadi kuat karena kasih karunia-Nya. Ketika saya tidak setia, Ia tetap setia dan menarikku untuk kembali menjadi setia. Ketika saya jatuh, Ia membangunkanku dan selalu mengatakan: “Tenanglah, Aku ini, jangan takut!” (Yoh 6:20). Terima kasih Tuhan Yesus atas rahmat panggilan ini. Terima kasih keluargaku dan para konfrater yang setia mendukung dan membentuk diriku untuk menjadi seorang biarawan dan imam dalam Kongregasi Salesian Don Bosco. Bunda Maria yang tak bernoda doakanlah aku. St. Antonius Padua, doakanlah aku. Amen

P.John SDB

Leave a Reply

Leave a Reply