Homili Hari Minggu Biasa XI/B – 2015

Hari Minggu Biasa XI/B
Yeh. 17:22-24
Mzm. 92:2-3,13-14,15-16
2Kor. 5:6-10
Mrk. 4:26-34

Bersyukurlah kepada Tuhan sebab Ia baik

Fr. JohnSaya pernah diundang untuk merayakan misa syukur ulang tahun ke sepuluh berdirinya sebuah sekolah katolik. Tema perayaannya adalah: “Bersyukurlah kepada Tuhan sebab Ia baik.” Mereka memilih tema ini sebagai tanda syukur kepada Tuhan atas berkat dan pertolongan Tuhan yang selalu tepat pada waktunya bagi sekolah ini. Dikisahkan bahwa ketika sekolah ini berdiri, pihak yayasan penyelenggara dan sekolah sebagai lembaga sama-sama mengalami kesulitan dari dalam dan luar. Namun syukur kepada Tuhan karena semua kesulitan itu perlahan-lahan dilalui dengan baik dan kini sekolah itu mengalami perkembangan yang baik. Persentasi kelulusan sejak awal luar biasa. Perayaan misa syukur berlangsung dengan meriah dan semua orang merasakan kasih dan kebaikan Tuhan.

Ketika mendengar situasi perkembangan sekolah ini, saya membayangkannya seperti pohon yang berkembang biak dengan biji. Mulanya hanya berbentuk biji saja, biji itu rela mati di dalam tanah lalu bertumbuh menjadi tanaman baru. Manusia dan alam membantu pertumbuhannya hingga menghasilkan buah pada waktunya. Bayangan saya juga mengarah kepada iman kristen dan pertumbuhannya atau Gereja sebagai umat Allah dan pertumbuhannya. Yesus Kristus telah datang ke dunia, Ia rela wafat di kayu salib untuk menyelamatkan kita. Yesus pernah bersabda: “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.” (Yoh 12:24).

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari Minggu Biasa XI ini mengarahkan kita pada wajah Gereja sebagai Tubuh Mistik Kristus. Hanya di dalam Gereja ada keselamatan dalam nama Yesus Kristus. Injil Yesus Kristus sendiri memiliki daya yang menumbuhkan dan menghasilkan buah-buah rohani dalam hidup manusia. Setiap orang yang dibaptis dalam nama Allah Tritunggal Mahakudus haruslah selalu bersyukur karena iman yang Tuhan berikan dengan cuma-cuma kepadanya. Iman yang diberikan itu haruslah ditumbuhkembangkan dalam hidup setiap hari. Contoh benih-benih ini memang membantu kita untuk menumbuhkan iman kepada Yesus Kristus.

Di dalam bacaan pertama, Nabi Yehezkiel mengatakan bahwa Tuhan Allah sendiri akan mengambil sebuah cabang dari puncak pohon aras yang tinggi, dan menanamnya sendiri di atas sebuah gunung yang menjulang tinggi, gunung Israel. Pohon itu akan bertumbuh dan bercabang banyak, menghasilkan banyak buah. Burung dan unggas akan tinggal di bawahnya, serta bernaung di bawah cabang-cabangnya. Karena Tuhan sendiri yang menumbuhkan pohon itu maka mereka juga akan mengenal-Nya sebagai Tuhan, Pencipta. Dialah yang berkuasa untuk meninggikan pohon yang rendah dan merendahkan pohon yang tinggi, membuat pohon yang tumbuh menjadi layu kering dan membuat pohon layu kering menjadi bertaruk kembali.

Perumpamaan ini berbicara tentang Umat Israel sebagai bangsa terpilih. Anak-anak Israel, mulanya hanya duabelas namun akan bertambah banyak menjadi banyak seperti bintang di langit dan pasir di laut. Ada semacam kebangkitan besar bagi umat Israel, dari pohon yang kecil menjadi pohon yang besar dan berbuah banyak. Hal ini memiliki kemiripan dengan perumpamaan Yesus di dalam Injil. Tuhan juga berkarya diam-diam di dalam diri kita, di dalam Gereja dan menumbuhkannya. Tuhan Yesus mengatakan hal ini dalam bentuk perumpamaan tentang Kerajaan Allah. Perumpamaan pertama, Yesus mengatakan bahwa Kerajaan Allah itu seumpama orang yang menaburkan being di tanah. Alam ciptaan Tuhan sendiri menumbuhkan benih itu, sehingga siang dan malam ia boleh tidur tetapi benih itu bertumbuh dengan mengeluarkan tunas, makin tinggi sehingga bisa berbuah. Prosesnya juga berjalan alamiah dengan mengeluarkan tangkai, bulir, butir-butir mengisi bulir-bulir itu hingga hari penen tiba. Perumpamaan kedua, Kerajaan Allah itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Ukurannya sangat kecil dari semua biji-bijian. Ketika ditaburkan ke dalam tanah, ia akan tumbuh dan menjadi lebih besar dari pada sayur-sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar. Burung-burung di udara pun dapat bersarang di atasnya.

Tuhanlah yang memiliki kuasa atas segala sesuatu. Pohon yang pendek akan ditinggikan dan yang tinggi akan dipendekan. Biji yang kecil akan bertumbuh menjadi besar, bercabang-cabang melebihi segala jenis sayuran. Gereja juga berawal dari para murid yang sederhana, jumlahanya sedikit tetapi karena Tuhan hadir dan menyertai, bekerja di dalam Gereja-Nya maka Gereja menjadi besar dan kuat hingga saat ini. Gereja sebagai tanda kehadiran Allah haruslah memiliki semangat kerendahan hati dalam karya-karya pelayanannya supaya bertumbuh sesuai dengan kehendak Tuhan sendiri.

Saya teringat pada Daud, ia berdoa: “Telah Kauambil pohon anggur dari Mesir, telah Kauhalau bangsa-bangsa, lalu Kautanam pohon itu. Engkau telah menyediakan tempat bagi dia, maka berakarlah ia dalam-dalam dan memenuhi negeri; gunung-gunung terlindung oleh bayang-bayangnya, dan pohon-pohon aras Allah oleh cabang-cabangnya; dijulurkannya ranting-rantingnya sampai ke laut, dan pucuk-pucuknya sampai ke sungai Efrat.” (Mzm 80:8-11). Di pohon-pohon itu diam burung-burung di udara, bersiul dari antara daun-daunan. (Mzm 104:12).

Gereja yang didirikan oleh Tuhan Yesus dari awal bukan hanya kecil lalu bertumbuh menjadi besar saja, tetapi melewati perjalanan yang sulit. Para penganiaya datang untuk menghabisi Gereja, konflik kepentingan di dalam Gereja, perbuatan dosa besar dan kecil oleh anggota Gereja. Semua ini ternyata tidak dapat memisahkan Gereja dari kasih Kristus. Tuhan tetaplah memiliki kuasa yang besar untuk mengubah hidup umat manusia dan menyelamatkannya. Tuhan juga tetap memiliki kehendak supaya Gereja-Nya berkembang dan melindungi serta menyelamatkan umat manusia.

St. Paulus dalam bacaan kedua menegaskan ketabahannya sebagai seorang rasul. Ia melakukan kehendak Tuhan sebagai utusan bagi jemaat di Korintus. Ia mengakui bahwa hidupnya karena percaya bukan karena melihat. Ia juga tetap berprinsip sebagai rasul untuk beralih dari tubuh supaya menetap pada Tuhan. Ia tetap berjuang supaya berkenan kepada Tuhan. Lihatlah bahwa sebagai pengikut Kristus, selalu saja ada kemudahan dan kesulitan. Selagi di dunia ini manusia merasa masih jauh dari Tuhan namun dekat pada-Nya. Ia masih dalam pembuangan tetapi serasa masih di rumah sendiri.

Satu kata yang menjadi pedoman bagi kita hari ini adalah bersyukur. Kita bersyukur kepada Tuhan karena kekal abadi kasih setia-Nya. Ia hadir dan menyertai seluruh Gereja sehinga Gereja bertahan dalam berbagai kesulitan. Gereja bertumbuh laksana benih yang jatuh ke tanah, bertumbuh dan menghasilkan buah. Suka dan duka Gereja mengikuti cara hidup atau jejak Tuhan Yesus Kristus. Semoga kita berani untuk bersaksi akan kasih dan kesetiaan Tuhan.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply