Homili 1 Juli 2015

Hari Rabu, Pekan Biasa XIII
Kej. 21:5,8-20
Mzm. 34:7-8,10-11,12-13
Mat. 8:28-34

Kehadiran-Nya bermakna!

Fr. JohnPara murid merasakan kehadiran Tuhan Yesus setiap hari. Namun demikian mereka belum mampu memahami makna kehidupan bersama Yesus. Mereka belum mampu mengenal jati diri Yesus dengan baik. Di dalam pikiran mereka Yesus hanyalah seorang guru yang mengajar dengan kuasa dan wibawa, membuat mukjizat dengan menyembuhkan orang sakit, mengusir setan-setan, membangkitkan orang mati, menguasai alam semesta. Hanya Petrus sendiri yang pernah mengakui imannya bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup (Mrk 8:29). Mungkin saja kita merasa heran dengan perilaku para murid yang belum mengenal jati diri Yesus. Alasannya adalah mereka belum menerima Roh Kudus sehingga mereka juga belum memahami Kitab Suci (Yoh 20:29). Pengalaman para murid ini mirip dengan pengalaman Gereja saat ini. Banyak orang mengaku mengenal nama Tuhan Yesus, mengakui dirinya sebagai pengikut-Nya namun belum menjadi serupa dengan Dia. Ada orang yang mengakui diri mengikuti-Nya dari dekat namun belum sepenuhnya menjadi serupa dengan-Nya. Ini berarti kehadiran Yesus belum memiliki makna yang mendalam.

Tuhan Yesus dalam Injil hari ini coba membuka wawasan kita untuk memahami makna kehadiran-Nya di tengah-tengah kita. Para murid barusan merasakan badai dalam perjalanan di atas danau Galilea. Yesus menunjukkan kuasa-Nya dengan meneduhkannya. Alam yang ganas ditaklukan begitu saja oleh Yesus Raja semesta alam. Kini mereka tiba di seberang danau Galilea, tepatnya di Gadara. Di sana Yesus dan para murid-Nya berjumpa dengan dua orang yang kerasukan setan yang datang dari pekuburan. Mereka sangat berbahaya sehingga tidak seorang pun mendekati mereka. Hal yang menarik perhatian kita adalah setan-setan itu mengenal kuasa Yesus. Itu sebabnya mereka berkata: “Apa urusan-Mu dengan kami, hai Anak Allah? Adakah Engkau ke mari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?” (Mat 8:29). Karena tidak berdaya di hadapan Tuhan Yesus maka mereka meminta supaya berpindah ke dalam kawanan babi. Yesus menanggapi permintaan mereka sehingga Ia mengusir mereka untuk pergi merasuki kawanan babi itu sehingga mereka terjun ke dalam danau dan mati. Orang-orang di daerah itu keluar dan mendesak Yesus untuk meninggalkan daerah Gadara.

Tuhan Yesus hadir dalam kehidupan manusia dan menunjukkan kuasa-Nya yang besar untuk menyelamatkannya. Penginjil Lukas misalnya, mengisahkan kisah yang mirip dengan Penginjil Matius tentang seorang yang kerasukan setan di Gerasa. Ketika orang itu melihat Yesus, ia berteriak lalu tersungkur di hadapan-Nya dan berkata dengan suara keras: “Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus Anak Allah Yang Mahatinggi? Aku memohon kepada-Mu, supaya Engkau jangan menyiksa aku.” (Luk 8:28). Setan mengakui kuasa Yesus yang luar biasa. Perkataan Yesus memiliki kuasa yang luar biasa sehingga kejahatan pun tunduk kepada-Nya. Di dalam Kitab Mazmur, kita membaca: “Walau seribu orang rebah di sisimu, dan sepuluh ribu di sebelah kananmu, tetapi itu tidak akan menimpamu. Sebab Tuhan ialah tempat perlindunganmu, Yang Mahatinggi telah kaubuat tempat perteduhanmu.” (Mzm 91:7.9).

Tuhan Yesus juga menunjukkan kuasa-Nya untuk membebaskan kita semua dari dosa dan salah yang membelenggu kehidupan kita. Banyak orang sudah terbiasa hidup dalam dosa dan merasa tidak berdosa. Tuhan menghendaki supaya kita merasakan kehadiran dan kuasa-Nya di dalam hidup kita. Tantangan bagi kita adalah banyak kali kita merasa akrab dengan Tuhan Yesus dalam doa, dalam pelayanan kasih sehingga gampang melupakan kehadiran-Nya di dalam hidup kita.

Di dalam bacaan pertama, kita mendengar kisah tentang Ismail dan ibunya Hagar diusir oleh Abraham. Sara menyuruh Abraham untuk mengusir Ismail dan Hagar ibunya tetapi hati Abraham sebal karena Ismail juga merupakan darah dagingnya. Namun Abraham taat pada kehendak Tuhan Allah sehingga ia mengusir mereka untuk keluar dari rumah. Hal ini terjadi karena soal ahli waris yang tepat yaitu Ishak, Putra Sara sebagai istri yang sah. Namun demikian Tuhan juga tetap hadir di dalam kehidupan Ismael. Tuhan sendiri berjanji untuk menjadikan keturunannya sebagai bangsa yang besar karena Ismail juga adalah anak Abraham. Mereka mengembara di padang gurun Bersyeba dan Tuhan tetap menunjukkan kuasa-Nya untuk melindunginya dengan memberikan air, tanda kehidupan.

Hidup kita ada di tangan Tuhan. Ia memberikan anugerah kehidupan kepada kita semua. Kuasa-kuasa jahat dilepaskan, penolakan dan pembuangan juga tetap diperhatikan-Nya. Tentu saja ini adalah sebuah pengalaman yang indah untuk selalu bersama dengan Tuhan. Kehadiran dan kuasa-Nya haruslah tetap kita rasakan selamanya.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply