Homili 7 Juli 2015

Hari Selasa, Pekan Biasa XIV
Kej. 32:22-32
Mzm. 17:1,2-3,6-7,8b,15
Mat. 9:32-38

Bergumul Sepanjang Hidup

Fr. JohnAda seorang Bapa yang mengatakan bahwa hidupnya begitu indah karena mengalami banyak pergumulan. Semakin banyak mengalami pergumulan hidupnya, ia juga semakin berusaha untuk akrab dan bersahabat dengan Tuhan. Ia sendiri merasa bahwa persahabatan dengan Tuhan adalah modal yang besar dalam hidupnya. Saya mendengar sharing pengalaman ini dengan penuh rasa syukur. Banyak orang mengalami pergumulan hidup, dan yang terjadi pada mereka hanyalah rasa marah kepada Tuhan dan sesama. Mereka bertanya-tanya, kalau Allah mahabaik, mengapa Ia mengijinkan kejahatan merajalela di atas bumi ini? Mengapa ada kematian, bencana alam yang menewaskan banyak orang tak berdosa? Tetapi di dalam diri Bapa yang membagi pengalamannya ini, saya melihat adanya benih-benih iman dan kepercayaan kepada Allah.

Setiap orang memiliki pergumulan-pergumulan tersendiri. Pergumulan itu bisa bersifat pribadi, bisa juga bersifat komunitas. Pergumulan hidup itu kita butuhkan supaya kita juga lebih memiliki makna di dalam hidup kita. Pergumulan hidup itu menyadarkan kita untuk berpasrah kepada Tuhan karena terlepas dari Tuhan, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Tuhan adalah segalanya di dalam hidup kita.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini menghadirkan contoh-contoh orang yang bergumul di hadapan Tuhan dan karena persekutuan dengan Tuhan maka mereka pun bisa mengatasi pergumulan hidupnya. Di dalam bacaan pertama, kita berjumpa dengan figur Yakub. Setelah mendapat berkat kesulungan dari ayahnya Ishak maka Yakub menjauhkan dirinya dari keluarga terutama saudara kembarnya Esau. Ia melakukan perjalanannya dari Bersyeba menuju ke Haran, di mana dalam perjalanannya itu ia bermimpi tentang tangga yang berdiri di atas dunia dan puncaknya di langit. Tangga Yakub memiliki nilai dan makna teologis yang erat terkait dengan keselamatan manusia. Tuhan rela turun untuk bergabung dengan manusia dan diam bersama manusia dalam peristiwa Inkarnasi.

Pada hari ini kita mendengar kisah lain dari kehidupan Yakub. Pada suatu malam ia bangun, membawa kedua istrinya, dua budaknya perempuan dan kesebelas anaknya untuk menyeberangi sungai Yabok. Ia juga menyeberangi segala miliknya ke seberang sungai. Orang-orang Yahudi memiliki ketakutan tersendiri pada air. Mereka percaya bahwa ada kekuatan gaib dan roh-roh jahat yang menghuni air. Maka dalam proses penyeberangan ini, Yakub juga merasa berhati-hati dan berjaga-jaga terhadap kuasa gaib di dalam air sungai Yabok. Selanjutnya Yakub tinggal seorang diri. Muncullah dihadapanya seorang lelaki dan bergulat dengannya sampai fajar menyingsing. Orang itu merasa bahwa ia tidak bisa mengalahkan Yakub sehingga ia memukul pangkal paha Yakub, sehingga sendinya terpelecok. Orang itu memohon supaya Yakub melepaskannya namun Yakub tidak mau. Ia memohon berkat dari orang itu.

Yakub memenangkan pergumulan itu. Ia berubah nama dari Yakub menjadi Israel. Nama Yakub berarti “penipu” karena ia sudah memegang tumit saudara kembarnya Esau ketika lahir. Makna “memegang tumit” adalah orang yang menggunakan lidahnya untuk menipu orang lain. Israel adalah nama baru bagi Yakub “si penipu” yang berarti engkau tekah bergumul melawan Allah dan manusia dan engkau menang. Tempat pergumulan itu dinamakan Pniel yang berarti Aku telah melihat Allah berhadapan muka, tetapi nyawaku tertolong (Kej 32:31).

Di dalam bacaan Injil kita berjumpa dengan orang-orang lain yang bergumul dengan hidupnya. Ada seorang bisu yang kerasukan setan. Tuhan Yesus berhasil mengusir setan itu dari dalam hidupnya sehinga ia boleh berbicara seperti biasa. Reaksi orang juga berbeda-beda. Ada orang yang takjub dan berani berkata “Yang demikian belum pernah dilihat orang Israel” (Mat 9:34). Orang-orang Farisi berkata: “Dengan kuasa penghulu setan Ia mengusir setan.

Tuhan Yesus membagi sukacita-Nya dengan semua orang. Ia berlaku sebagai gembala baik yang berkeliling ke semua kota dan desa untuk mewartakan Injil Kerajaan Sorga. Sebagai seorang gembala, Ia memiliki rasa belas kasih yang besar kepada manusia. Mereka terlantar seperti domba tanpa gembala. Untuk itu butuh gembala-gembala baru, yang semangatnya pun baru. Para gembala adalah milik Tuhan untuk melayani bersama Tuhan.

Sabda Tuhan pada hari ini membantu kita untuk belajar bersyukur kepada Tuhan atas segala pergumulan hidup kita. Ia senantiasa memperhatikan berbagai pergumulan, dan pencobaan di dalam hidup. Hal yang penting bagi kita adalah berusaha sedapat mungkin untuk hidup layak di hadirat-Nya. Pergumulan kita itu bukanlah siksaan dari Tuhan. Pergumulan kita adalah cara Tuhan menyadarkan kita untuk merasakan kasih-Nya.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply