Homili 3 September 2015

Hari Kamis, Pekan Biasa XXII
Kol. 1:9-14
Mzm. 98:2-3ab,3cd-4,5-6
Luk. 5:1-11

Mengetahui Kehendak Tuhan dengan sempurna

Fr. JohnPada suatu hari saya mengikuti perayaan syukur dua puluh lima tahun membiara para bruder di sebuah komunitas. Mereka memilih tema perayaan syukur: “Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu” (Ibr 10:9). Sambil membaca tema perayaan ini saya mengingat figur raja Daud. Dia adalah raja yang mengabdi dan bersahabat dengan Tuhan Allah. Di hadirat Tuhan Allah, Ia berkata: “Aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada di dalam dadaku.” (Mzm 40:8). Ketika Daud mengalami pergumulan hidup, ia berkata: “Ajarlah aku melakukan kehendak-Mu, sebab Engkaulah Allahku! Kiranya Roh-Mu yang baik itu menuntun aku di tanah yang rata.” (Mzm 143:10). Saya lalu membayangkan hidup sebagai biarawan yang mengabdi Tuhan sepanjang hidup. Segala suka dan duka dilewati karena ada keyakinan bahwa Tuhan memiliki kehendak di dalam hidup dan patut untuk ditaati dengan sepenuh hati.

Bagaimana menjadi abdi yang mencari dan melakukan kehendak Tuhan? Kita berjumpa dengan sosok Paus Gregorius Agung yang kita peringati pada hari ini. Orang kudus ini memiliki sikap lepas bebas terhadap semua harta kekayaan. Kehendak Tuhan baginya adalah membebaskan dirinya dari segala ikatan duniawi sehingga ia lebih bebas melayani Tuhan. Ketika diangkat sebagai Paus, ia bercita-cita untuk membebaskan kaum miskin dan lemah, terutama para budak. Ia adalah Paus pertama yang mengumumkan dirinya sebagai kepala Gereja di seluruh dunia. Ia menjadi Paus selama 14 tahun. Ia merendahkan diri sebagai abdi maka semboyannya adalah: “Servus servorum Dei” artinya hamba dari para hamba Allah. Julukan ini bahkan tetap aktual dalam diri para paus di dalam Gereja Katolik hingga saat ini.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini membantu kita untuk mengetahui kehendak Allah dan bertumbuh dalam iman kepada-Nya. St. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Kolose mengingatkan Gereja Kolose untuk mencari dan menemukan kehendak Tuhan secara sempurna. Apa yang Paulus dan para misionaris lakukan di Kolose? Ia mengaku bersama rekan-rekannya merasakan urgensi hidup sebagai misionaris. Mereka selalu berdoa bagi jemaat di Kolose supaya jemaat memperoleh hikmat dan pengertian yang benar, supaya bisa mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna.

Apa yang harus dilakukan oleh Gereja di Kolose? Menurut Paulus, mereka harus hidup layak di hadirat Tuhan dan berkenan kepada-Nya dalam segala hal. Dengan demikian mereka juga akan menghasilkan buah dalam segala pekerjaan baik dan bertumbuh dalam pengetahuan benar tentang Allah. Setiap jemaat akan dilengkapi dengan kekuatan yang berasal dari kemuliaan Allah supaya mereka bisa hidup tekun dan sabar dalam menanggung segala sesuatu, selalu bersyukur dengan sukacita kepada Bapa. Mereka juga harus siap untuk melakukan kehendak Tuhan,  lebih bebas dan setia kepada-Nya. Sebab Ia melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Putra-Nya yang terkasih. Ia juga melepaskan kita dari segala dosa dan salah. Hanya di dalam Yesus, ada penebusan berlimpah.

Di dalam hidup dan karya Paulus, kita melihat bahwa Allah turut bekerja. Ia menggerakkan hati Paulus untuk menjadi abdi yang mencari dan melakukan kehendak-Nya. Kita pun dipanggil setiap saat untuk melakukan kehendak Allah. Sungguh Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu. Kita bisa merasakan kehendak Allah dalam doa, membaca dan merenungkan Sabda Tuhan dan dalam merayakan sakramen-sakaramen di dalam Gereja. Kehendak Allah bagi kita adalah setia melakukan segala pekerjaan Tuhan di dalam hidup kita.

Tuhan Yesus Kristus juga datang ke dunia untuk melakukan kehendak Bapa. Kehendak Allah Bapa bagi Yesus adalah menyelamatkan semua orang. Itulah sebabnya Yesus berjalan dalam lorong-lorong kehidupan manusia sambil berbuat baik. Ia mewartakan Injil dan melakukan tanda-tanda heran. Pada hari ini kita mendengar sebuah kisah Yesus yang menarik perhatian. Ia berdiri di pantai danau Genasaret. Banyak orang memiliki kerinduan untuk mendengar Sabda Allah. Yesus lalu naik ke atas perahu Simon dan mengajar orang banyak dari atas perahu. Tentu saja banyak orang mendengar pengajaran Yesus. Ia mengajar mereka dengan kuasa dan wibawa tidak sama dengan kaum Farisi dan para ahli Taurat.

Setelah mengajar banyak orang, Yesus meminta Simon untuk bertolak ke tempat yang lebih dalam (duc in altum). Tuhan Yesus memberi komando kepada Simon supaya menebarkan jala untuk menangkap ikan. Simon menggunakan pengalamannya sebagai nelayan untuk berargumen dengan Yesus. Ia lupa bahwa Yesus bisa melakukan segalanya. Maka sebelumnya Simon ragu-ragu namun karena perintah Tuhan Yesus maka ia mentaatinya. Apa yang terjadi? Ternyata ketika tinggal bersama Yesus dan mentaati perintah-Nya maka tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Simon dan teman-temannya merasa kaget karena setelah semalaman tidak mendapat apa-apa, kini mereka mendapat ikan yang begitu banyak, jala mereka pun mulai koyak.

Reaksi Simon di hadapan Yesus adalah tanda ia mengenal dirinya dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Ia berkata kepada Yesus: “Tuhan, tinggalkanlah aku, sebab aku orang berdosa” (Luk 5:8). Simon dan teman-temannya merasa takjub karena pengalaman manusiawi mereka sebagai nelayan dikalahkan oleh kuasa Yesus. Pengalaman manusiawi tidak mampu mengalahkan kuasa Tuhan Yesus. Ia mengatakan kepada mereka supaya jangan takut sebab sejak saat itu mereka diubah oleh Yesus untuk menjadi penjala manusia. Simon, Andreas, Yakobus dan Yohanes meninggalkan pekerjaan dan orang tua serta orang-orang upahan untuk mengikuti Yesus. Ini adalah sebuah bukti ketaatan pada kehendak Tuhan.

Kisah Injil hari ini membantu kita untuk bertumbuh dalam iman kepada Tuhan Yesus. Bertumbuh dalam iman dengan mentaati semua perintah-perintah-Nya. Banyak kali kita menyerupai Simon yang lebih mengandalkan dirinya berdasarkan pengalaman sebagai nelayan. Kita berpikir seperti Simon yang merasa lebih tahu, lebih berpengalaman dari pada Tuhan. Hebatnya Simon adalah ia bisa bertobat dan kembali kepada Tuhan. Seharusnya dengan rendah hati kita berkata seperti Petrus: “Tuhan, tinggalkan aku, sebab aku orang berdosa.”

Tuhan terus menerus mendorong kita untuk ber-berduc in altum. Bertolak ke tempat yang dalam, berjuang untuk bertahan hidup, menambah pengalaman baru dalam hidup setiap hari Para rasul yang sebelumnya hanya bekerja sebagai penjala ikan, kini beralih status sebagai penjala manusia. Artinya para rasul itu tidak hanya mengajar katekese, mereka juga ikut memberdayakan manusia supaya bisa hidup sejahtera di dalam komunitasnya. Simon Petrus menjadi penjala manusia bukan lagi menjala ikan. Para murid pertama memiliki sikap istimewa yakni kesiapan untuk meninggalkan segalanya suapaya  bisa mengikuti Yesus.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply