Homili 12 September 2015

Hari Sabtu, Pekan Biasa ke-XXIII
1Tim. 1:15-17
Mzm. 113:1-2,3-4,5a,6-7
Luk. 6:43-49

Mengalami Kasih dan Pengampunan Tuhan

imageAda seorang pemuda yang membagi pengalaman pertobatannya dalam rekoleksi bersama. Ia mengatakan bahwa mengalami pengampunan itu indah dan baik adanya. Ia mengaku, bertahun-tahun ia hidup dalam kegelapan di hadapan Tuhan dan keluarganya. Ia mengalami keraguan iman sampai ke titik nol, sehingga tidak hidup sebagai pengikut Kristus yang baik. Kehidupan doa, devosi, hidup dalam rahmat Tuhan, semuanya berada di luar jangkauannya. Di dalam keluarga, ia juga memiliki dunia sendiri. Orang tua dan saudara-saudaranya sudah lelah mendampinginya maka seolah-olah dibiarkan berjalan sendiri. Namun seluruh kehidupan pribadinya berubah ketika ia diajak seorang sahabatnya untuk menemaninya mengikuti rekoleksi akhir pekan dengan tema “mengalami kasih dan pengampunan Tuhan”. Mulanya dia menutup dirinya tetapi karena alasan persahabatan, ia menemani sahabatnya juga. Ini merupakan sebuah rekoleksi yang indah baginya karena ia merasa Tuhan turut bekerja di dalam hidupnya. Pendamping rekoleksi mengajak mereka semua untuk berdoa dan merenungkan dua kalimat sederhana ini: “Yesus mengasihimu, Yesus mengampuni, tinggallah pada-Nya”. Kalimat ini juga diulang terus menerus selama rekoleksi berlangsung. Sejak saat itu ia berubah menjadi baru dalam Kristus.

Banyak orang mengalami pengampunan dari Tuhan dalam situasi hidupnya yang konkret. Mulanya hati mereka keras dan rasanya bertobat itu hanya sebuah slogan saja. Namun ketika merasakan jamahan Tuhan, mereka bisa berubah secara radikal. St. Paulus memiliki pengalaman rohani yang indah seperti itu. Ia juga pernah mengalami hidup dalam kekelaman namun kasih Tuhan mengubah seluruh hidupnya. Ia mengakui diri sebagai seorang penghujat dan penganiaya tetapi kasih Tuhan Yesus mengubah seluruh hidupnya (1Tim 1:13). Ia menunjukkan kerendahan hati dan kesetiaannya kepada Tuhan Yesus yang lebih dahulu mengasihi dan setia kepadanya.

Pada hari ini St. Paulus bersaksi tentang kebenaran Sabda ini: “Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa” (1Tim 1:15). Kebenaran Sabda ini sebenarnya didasarkan pada pengalaman pribadinya diampuni oleh Tuhan sebagai orang yang paling berdosa (1Tim 1:15). Penginjil Lukas melaporkan kedekatan antara Yesus dan orang-orang berdosa. Dikatakan bahwa Yesus menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka (Luk 15:2). Ia sendiri datang ke dunia sebagai Anak Manusia untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang (Luk 19:10). Yesus memang mengasihi orang berdosa namun membenci dosa-dosa yang dilakukan manusia itu.

Paulus mengakui dirinya sebagai orang yang paling berdosa dan dikasihi oleh Tuhan. Kasih Tuhan Yesus kepadanya selalu diikuti oleh kesabaran-Nya. Paulus lalu mengakui dirinya sebagai contoh bagi kita semua terutama bagaimana Tuhan mengasihi dan mengampuni manusia yang berdosa. Tentu saja harapan dari Paulus adalah kita juga sadar diri untuk memohon pengampunan sebagai orang berdosa dan melakukan pertobatan sehingga bisa memperoleh kehidupan kekal. Pengalaman dikasihi dan diampuni oleh Tuhan menjadi kekuatan bagi kita semua dan patut disyukuri. Paulus sendiri bersyukur sambil berkata: “Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa! Amin.” (1Tim 1:17).

Pengalaman Paulus adalah pengalaman kita semua. Kita juga boleh berkata seperti Paulus: “Akulah yang paling berdosa”. Ungkapan ini menunjukkan kerendahan hati dan kesiapan untuk merasakan pengampunan dari Tuhan. Tanpa kerendahan hati, tentu hati akan tetap tertutup, keras dan tidak akan terbuka kepada keselamatan dari Allah kita.

Dalam bacaan Injil, Tuhan Yesus mengajar sekaligus membuka pikiran kita semua untuk merasakan kasih dan pengampunan-Nya supaya menjadi baru di dalam-Nya. Apa yang mau dikatakan Tuhan dari Injil hari ini kepada kita?

Pertama, pikiran yang baik dan sehat akan menghasilkan buah-buah kebaikan pula. Tuhan Yesus menggunakan contoh dari dunia pertanian untuk membentuk karakter kita sebagai orang kristiani yang baik. Pohon ara adalah tanaman favorit di Palestina pada zaman Yesus. Pohon ini melambangkan kesuburan, damai dan kesejahteraan hidup. Pohon anggur menghasilkan buah anggur untuk membuat minuman anggur sebagai simbol sukacita bersama. Namun ada juga semak duri dan duri-duri yang dipakai sebagai kayu bakar. Nah, orang baik itu laksana pohon ara dan pohon anggur yang selalu membawa buah-buah kebaikan bagi banyak orang. Orang jahat laksana semak duri dan duri-duri yang lebih cocok untuk dibakar karena mereka menyakiti manusia yang lain. Hal yang penting bagi kita adalah kalau kita hidup dengan memiliki pikiran yang baik, pikiran yang sehat maka akan nampak jelas dalam hidup kita juga. Sebagai murid Tuhan, buah-buah yang baik adalah iman, harapan, kasih, keadilan, kebijaksanaan, kekuatan dan keugaharian.

Kedua, Sabda Tuhan menjadi dasar untuk membangun rumah rohani kita. Orang yang mendengar sabda dan melakukannya itu adalah orang bijak, sama seperti orang yang mendirikan rumah di atas batu dan tetap kuat walau ada badai. Orang yang tidak bijak mendirikan rumah di atas pasir dan mudah hancur ketika ada banjir. Hidup itu adalah sebuah perjuangan. Orang yang hidup keras, penuh perjuangan akan merasakan kebahagiaan. Orang yang mencari pola hidup gampang hanya merasakan kehancuran saja. Sabda Tuhan menjadi kekuatan bagi kita.

Ketiga, Karakter pribadi lahir dari pilihan hidup kita. Banyak orang suka memberi nasihat yang bagus-bagus, meskipun terkadang tidak sesuai dengan kehidupan pribadinya.Tuhan selalu melihat hati kita, terutama menyangkut motivasi, intensi, keinginan dan pilihan-pilihan hidup kita. Hal-hal teoritis tidak memiliki kekuatan yang besar dibandingkan dengan hidup yang nyata di hadapan Tuhan dan sesama. Yesus berkata: “Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya.” (Luk 6:45).

Ketiga poin yang saya angkat dari Injil pada hari ini sebenarnya mau membantu kita untuk ikut merasakan kasih dan pengampunan yang indah dari Tuhan. Pada hari ini kita bersyukur seperti Paulus, apa pun hidup kita, Tuhan selalu mencari dan menyelamatkan. Tuhan mengasihi dan mengampuni kita.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply